09 Berseni Dan Berhalus Dalam Berjuang
Salah Faham Makna Berjuang dan Berjihad Fisabilillah
Kegairahan umat nampaknya bertambah dalam menyatakan dan memperjuangkan Islam. Kalau kegairahan ini diteruskan berjalan di atas landasan dan cara yang tepat yang dikehendaki oleh Allah dan rasulNya, maka kita akan sampai di satu era kehidupan yang mulia dan agung, yakni terbangunnya jamaah dan ummah Islamiah. Akan lahir sebuah jamaah dan masyarakat yang ahlinya tunduk patuh dalam menerima dan mempraktekkan Islam serta menjadi rahmat bagi seluruh manusia. Namun satu hakikat mesti diakui, bahwa untuk mencapai hal itu tidaklah semudah yang kita rasakan dan gambarkan. Di samping penentang dan musuh yang pasti tidak akan mengalah dengan kita, juga pengaruh faham sekulerisme yang sangat kuat dalam sanubari umat. Kita sendiri sebenarnya sangat kabur tentang jalan-jalan yang dapat menyampaikan kita kesana.Umat Islam sendiri masih banyak yang kabur dan tidak faham tentang makna berjuang dan berjihad. Berjuang dan berjihad artinya sudah dipesongkan dan dipersempit hanya dengan perjuangan bersenjata. Maka timbullah berbagai kelompok umat Islam yang menggunakan kekerasan dan senjata sebagai alat perjuangan mereka untuk membela umat Islam yang tertindas di mana-mana. Tentu saja musuh-musuh Islam sangat menyukai hal ini karena ada alasan bagi mereka untuk melabelkan kelompok umat Islam tersebut sebagai kelompok pengganas atau teroris. Padahal merekalah yang menindas umat Islam.
Kata fisabilillah artinya untuk tuhan bukan untuk diri, kelompok, golongan atau untuk bunuh orang bukan Islam. Tentu saja perjuangan itu dengan menggunakan cara-cara Tuhan yang cerdik, pemaaf, pengasih, penyayang dan lain-lain. Patutnya bila kita berjuang untuk membunuh orang dengan cara dan alasan apapun, jangan dibuat atas nama Islam atau Tuhan. Ini tidak, sebut berjuang fisabilillah, tetapi dia bunuh orang, sama dengan orang kafir. Badan-badan, partai-partai dan organisasi Islam sebaiknya jangan menggunakan nama Islam, supaya kalau badan, partai dan organisasi itu cacat dan tidak membawa ciri-ciri yang Islami, maka Islam tidak rusak. Allah dan Rasul tidak cacat. Kalau kita dapat menepati fisabililah itu tidak apa. Tetapi bagaimana kalau tidak menepati ?
Yang dimaksud dengan berjuang dan berjihad dalam islam dan yang paling diredhai oleh Allah ialah berjuang ke arah meninggikan kalimah Allah, baik secara langsung atau tidak langsung. Jadi tanggung jawab yang telah dibebankan oleh Allah kepada semua umat lslam ialah untuk menghidupkan dan meninggikan kalimah Allah di muka bumi ini agar kalimah Allah diamalkan dan didaulatkan sepanjang waktu dan di semua lapangan hidup. Yang dimaksud dengan perkataan kalimah yang sebenarnya menurut sumber Al Quran dan hadits serta menurut pendapat ulama-ulama di antaranya ialah :
- Akidah yang sah.
- Menunaikan janji yaitu perintah suruhan fardhu dan sunat,
- Menjauhi larangan haram dan makruh
- Iman, Islam dan Ihsan
- Tauhid, Fiqih dan Tasawuf
- Menegakkan hukum yang wajib, sunat, haram, makruh dan mubah
- Membangun syariat Allah.
Artinya : Allah akan mengutus kepada umat ini di setiap awal kurun orang yang memperbaharui urusan agama.Sehebat manapun ujian yang Allah berikan kepada umat Islam, mereka tidak akan kafir, hanya jadi fasik saja, tak kafir. Maka lahirlah berbagai kelompok dan tarekat untuk menjaga bara api Islam agar tidak padam : tarikat Naqsyabandi, Qadiriah, Samaniayah, Tijaniah. Mereka tidak menggunakan nama Islam atau tidak melabelkan dengan label Islam, supaya kalau tidak mampu untuk ikut Allah dan Rasul secara langsung, mereka dapat mengikut guru mursyid mereka. Maka tarikat tu disebut dengan menggunakan nama gurunya. Jadi kalau perjuangan mereka melalui tarekat itu tidak tepat secara islam, maka tidak akan menjatuhkan islam. Apakah mereka itu tidak faham?. Tidak, sebenarnya mereka lebih faham dari kita, tetapi mereka sangat berhati-hati, berakhlak dan beradab. Tidak ada 1 tarekat yang diberi nama atas nama Islam. Mazhab Syafei, Hambali, Hanafi, mengapa tidak disebut mazhab Islamiyah Syafeiah, Islamiyah Hambaliah, atau Islamiyah Hanafiah. Mereka sangat faham, sangat beradab dan karena itu sangat berhati-hati. Kalaupun tarekat, mazhab atau jamaah yang mereka bawa dan perjuangkan tidak menepati Islam, tidak akan merusak Islam. Tidak akan mengotori nama Islam dan nama Tuhan.
Berjuanglah dengan Seni dan Berhalus
Islam ada yang lahir ada yang batin, ada yang tersurat ada yang tersirat. Ada yang nampak oleh mata dan akal, ada yang hanya dapat difahami oleh hati yang bersih. Islam itu sangat seni. Karena itu memperjuangkan Islam mesti dangan berhalus dan seni. Tetapi banyak orang yang tidak nampak dan faham hal ini, sehingga mereka berjuang dengan cara yang kasar. Akhirnya umat Islam huru hara di dunia hari ini. Mereka sangat berani, kegigihan dalam berusah luar biasa. Mereka banyak di muka bumi ini, bahkan di beberapa negara umat Islam adalah mayoritas. Tetapi mana kejayaan umat Islam sehingga pengaamalan Islam mereka nampak indah dan orang banyak mendapat banyak keuntungan dan rahmat dari umat islam. Belum ada lagi, bahkan di mana-mana di dunia ini umat islam sangat tertindas, kaasar dan sebagian dijuluki militant atau teroris.Mengapa hal ini terjadi? Jangan kita menyalahkan musuh yang telah menyebabkan keadaan ini semua, sebab memang itulah kerja musuh. Di antara sebab mengapa umat islam belum nampak indah dan menjadi rahmat bagi umat-umat lain adalah karena dalam mereka berjuang tak ada seni. Islam ini berhalus, ada seni. Jika umat Islam berseni dan berhalus dalam berjuang, disitulah mereka dapat mengetuk fitrah orang, mengubah orang, sehingga mereka terasa keindahan Islam dan akhirnya masuk ke dalam Islam. Kalau kita berjuang tak berseni, bagaikan mendengar tukang besi sedang menempa besi. Perasaan berserabut. Akhirnya sakit jiwa. Islam itu seni. Cobalah lihat bagaimana seninya Rasulullah SAW dalam berjuang dan mendidik para sahabat.
Suatu hari Rasulullah SAW mengajak Saidina Umar bin Khattab r.a. untuk berjalan-jalan di padang pasir. Rasulullah SAW tahu bahwa Saidina Umar bin Khattab r.a. ini seorang pemberani yang berjiwa kuat. Maka Rasulullah SAW ingin mendidik dia. Tibalah mereka disatu lembah yang disebut wadi. Di dalam lembah itu banyak bangkai dan tulang-belulang : ada bangkai kambing, kuda, tengkorak manusia dan lain-lain. Rasulullah SAW berkata : "wahai Umar, apa yang engkau lihat di lembah ini". Umar menjawab, "Ini tempat busuk, berbagai bangkai ada di sini". Zaman itu belum ada lagi peraturan dan Undang-Undang yang mengatur pembunuhan dan kejahatan, maka orang senaknya membunuh manusia lalu membuang mayatnya begitu saja. Jadi berbagai bangkai manusia dan binatang bercampur. Mendengar kata-kata Saidina Umar bin Khattab r.a., Rasulullah SAW berkata : "Inilah hakekat dunia. Orang yang memburu dunia senasib dengan bangkai orang yang dibunuh tadi". Ini kan cukup seni, mana ada guru yang membawa muridnya berkuliah di depan bangkai, sehingga mendatangkan keinsyafan yang mendalam dalam diri muridnya itu..
Pada contoh lain, Rasulullah SAW mendidik sahabat secara lisanul hal di dalam masjid. Pada suatu hari, ketika Rasulullah bersama para sahabat, seorang Arab Badawi kencing di dalam masjid. Maklumlah Arab badawi, ia tidak paham adab dan akhlak, sebab peradaban mereka waktu itu sangat rendah. Ia tidak belajar. Sehingga walau ia sudah masuk Islam, ia masih kencing di dalam masjid. Sahabat waktu itu belum sempurna, masih dalam proses didikan Rasulullah SAW. Sebab itu ada sebagian sahabat yang dana da yang hendak bertindak memberi teguran dan peringatan kepada sahabat badawi tersebut. Tetapi Rasulullah SAW mencegah sahabat bertindak dan menghukum sahabat badawi tersebut, bahkan Rasulullah SAW membersihkan najis itu dari lantai masjid. Para sahabat terpukul dan mendapat pelajaran melihat betapa mulianya akhlak Rasulullah SAW, sedangkan sahabat badawi yang buang air kecil itu juga insyaf. Dalam 1 kali tindakan Rasulullah SAW telah mendidik semua orang yang ada di sekelilingnya ketika itu. Begitulah betapa seni dan berhalusnya Islam. Kalau pendakwah dan pejuang Islam tidak berhalus dan berseni dalam mengajak manusia kepada Allah, orang akan menolaknya, karana caranya tidak sesuai dengan fitrah.
Begitu juga dalam berdakwah dan mengajak manusia kepada Allah, Rasulullah SAW kalau dia nampak orang, dia akan hampiri orang tersebut. Tidak menunggu jadwal ceramah atau kuliah resmi. Rasulullah SAW hampiri orang tersebut, duduk di sebelahnya. Bertanya-tanya dan berbincang-bincang. Ceritakan tentang Tuhan. Jadi bukan secara resmi dan formal. Jika Rasulullah SAW pergi ke pasar maka Rasulullah SAW akan membayarkan orang-orang yang berbelanja di pasar itu. Jadi sikap dan percakapan Rasulullah SAW sangat menarik hati orang sehingga orang jatuh hati kepadanya dan ikut seruannya untuk memeluk agama Allah. Begitulah islam yang ssiperjuangkan Rasulullah SAW, sangat indah dan sangat seni.
Suatu hari Rasulullah SAW berjalan menuju pasar dengan membawa uang 6 Dirham. Di tengah perjalanan dia berjumpa dengan seorang anak kecil yang sedang menangis. Rupanya dia seorang hamba. Rasulullah SAW bertanya kepada anak itu, 'mengapa engkau menangis wahai anakku'. Ia menjawab, 'saya diminta tuan saya untuk membeli sesuatu dan dibekalkan uang 2 dirham. Tetapi uang itu hilang. Saya menangis karena takut dipukul tuan saya'. Rasulullah SAW dengan serta merta memberinya 2 dirham dan beliau melanjutkan perjalanannya. Setelah Rasulullah SAW selesai berbelanja di pasar, dia berjalan menuju rumahnya. Di tengah perjalanan dia jumpai lagi anak kecil tadi sedang menangis lagi.
Rasulullah SAW bertanya kepada anak itu, 'mengapa engkau menangis lagi wahai anakku?' Anak itu menjawab, ' tadi saya menangis karena telah menghilangkan uang tuan saya, sekarang saya menangis sebab saya terlambat pulang, saya takut dimarahi tuan saya'. Mendengar hal itu, maka Rasulullah SAW mengantarkan anak kecil itu pulang dan melihat yang mengantar adalah Rasulullah tentu saja tuannya terkejut dan malu. Ia tidak jadi marah kepada anak itu. Begitulah betapa berseni dan berhalusnya Rasulullah SAW dalam berdakwah dan menyeru masyarakat kepada Allah.
Berseni dan Berhalus Ukuran Keikhlasan dalam Berjuang
Rasulullah SAW telah mencontohkan kepada kita betapa halus dan seninya beliau berdakwah. Sebagai pejuang dan pendakwah, kita juga mesti faham seni-seni dalam menyampaikan dakwah, memberi nasehat dan berdiskusi dengan masyarakat. Kalau kurang berseni, ada kemungkinan kerusakannya lebih banyak dari kebaikannya. Masyarakat atau sasaran dakwah akan semakin jauh dari Allah. Misalnya dalam menegur orang, kalau kita faham dengan teguran kita itu ia akan marah atau berdendam dengan kita bahkan dengan anak-isteri dan keluarga kita, haram hukumnya kita menegurnya. Sebab agama adalah nasehat. Tujuan memberi nasehat adalah untuk menghilangkan kejahatan. Kalau dengan nasehat malah lebih membesarkan kejahatan atau kemungkaran, haram hukumnya dilakukan.Jadi menyampaikan nasehat tidak boleh dibuat secara sembarangan. Misalnya ada 4-5 orang yang kita nilai mampu untuk memberi nasehat pada seseorang dengan halus dan seni, maka kita pilih yang akan memberi kesan yang paling mendalam. Kehalusan dalam berdakwah dan menyampaikan nasehat ini ada hubungannya dengan keikhlasan seseorang. Semakin tinggi keikhlasannya, semakin tinggilah kehalusannya dan semakin seni.
Dalam memberi nasehat jangan mengambil peluang di atas kesalahan orang lain. Katalah orang yang membuat salah itu sudah lama kita tidak senang dengan dia. Maka kita-pun memberi nasehat pada dia di atas kesalahannya itu. Lahirnya memberi nasehat, tetapi hatinya mengambil kesempatan, misalnya untuk membuat malu. Kalau tidak memberi malu, mungkin ada tujuan lain, misalnya supaya kawan-kawan mengatakan hebat, pandai memberi nasehat, ilmunya luas. Sebab itu kalau kita perlu untuk memberi nasehat orang, sebaiknya kita nilai diri kita dulu. Kalau kita rasa dengan nasehat kita tidak akan memperbaiki keadaan, kita cari dulu orang-orang yang kita nilai dapat memberi nasehat yang memperbaiki keadaan, misalnya kawan-kawan baiknya, orang yang dihormatinya dan sebagainya
Jangan mengharap imbalan materi
Dalam berdakwah mengajak masyarakat kepada Allah melalui ceramah, Motivasi, nasyid, mengajar untuk mendidik manusia, selain mesti berseni dan berhalus, para pendakwah dan guru jangan mengharapkan bayaran materi dari ceramah, nasyid dan pengajarannya. Mengenai rezeki, gantungkan harapan kepada Allah. Bila seseorang berceramah atau mengajar dengan tujuan mengharapkan imbalan materi, maka dakwah, ceramah dan pengajarannya hilang keberkatannya dan tidak akan berkesan untuk mengubah prilaku dan akhlak masyarakat. Masyarakat yang mendengar ceramahnya atau murid-murid yang diajarnya tidak terdorong untuk sungguh-sungguh merubah diri mereka.Dalam kitab diceritakan tentang seorang imam masjid yang ketika ditanya malaikat Munkar dan Nakir, ia tidak dapat menjawabnya. Setelah itu tiba-tiba datang seorang pemuda yang menjawab semua pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir dengan sangat baik sehingga terselamatlah imam masjid itu dari siksa kubur. Imam itu bertanya kepada pemuda itu, 'siapakah engkau yang telah begitu baik membantu aku menjawab semua pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir tadi'. Pemuda itu menjawab, 'akulah ibadah-ibadah engkau'. Imam tersebut bertanya lagi, 'mengapa engkau terlambat datang?'. Jawab pemuda itu, 'aku lambat datang, karena dalam pekerjaaanmu sebagai imam engkau mengambil bayaran'. Imam itu bertanya lagi, 'tetapi bayaran itu bukan untuk pribadi aku, untuk perjuangan islam'. Pemuda itu menjawab, 'kalau untuk pribadi engkau, aku langsung tidak akan datang membantu engkau. Kau hadapilah sendiri semua pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir'.
Marilah kita teladani Rasulullah SAW, para sahabat dan ulama-ulama pewaris nabi yang tidak pernah mengharapkan bayaran manusia dalam mereka berdakwah dan mengajarkan islam kepada masyarakat. Yang mereka harapkan adalah redho dan bayaran dari Allah SWT. Hasilnya, dakwah mereka berkesan merubah masyarakat dan mereka akan terselamat dari siksa kubur.
Kesilapan dakwah masa kini
Di akhir zaman ini walaupun masih banyak orang yang Islam, tetapi mereka sudah terlalu jauh dari agama yang sebenar. Karena itu diperlukan kehalusan dan seni dalam berdakwah kepada masyarakat. Berdakwah dan mengajak manusia untuk membangun masyarakat Islam yang aman damai dan harmoni, tidak dapat dimulai dengan memperkenalkan syariat dulu, halal-haram dulu. Mesti kenalkan Tuhan dulu, agar dari kenal ini akan timul rasa cinta dan takutkan Tuhan. Dari rasa cinta dan takutkan Tuhan inilah, manusia akan terdorong membuat kebaikan dan menghindari kejahatan.Tetapi hari ini hal ini tidak terjadi. Para pendakwah dan mubaligh sibuk memperkenalkan syariat, hudud, halal-haram. Orang yang sudah berminat kepada agama diajaknya untuk melihat dan mengkaji kitab-kitab syariat. Yang menyampaikan dakwah dan ceramah-pun, kadang-kadang nama Tuhan atau Allah tak disebut, sebab itu dakwah mereka tidak berkesan. Masyarakat tidak berubah.
Dalam berjuang di zaman ini kita juga mesti menggunakan segala alat dan kemudahan yang ada di zaman ini seperti kendaraan, lighting, sound system yang canggih, alat-alat multimedia, teknologi, video conferencing dan lain-lain. Tidak cukup hanya dengan ceramah biasa saja. Kaedah dakwah yang dipakai tidak hanya melalui pengajian-pengajian di surau, masjid atau majelis taklim, tetapi juga meniti di atas laluan ekonomi, pendidikan, pertanian, kebudayaan termasuk sajak, nasyd, film, drama dan lain-lain. Para pendakwah mesti kreatif dalam menyampaikan dakwahnya. Insya Allah kalau caranya sesuai akan menyentuh hati banyak orang dan orang akan membuat perubahan.
Sekarang ini ekonomi, kebudayan, pendidikan yang ada milik barat. Atas nama islam, atas nama taqwa tidak ada jamaah yang membuatnya. Mengusahakan taqwa itu sangat penting. Sebab tuhan sudah berjanji akan memberi bantuan kepada hambaNya yang bertaqwa. Usaha orang kafir maksimal hanya memberi 10% kejayaan sedangkan atas nama taqwa 90%. Umat Islam berusaha macam manapun, kalau tidak berdasarkan taqwa, mustahil dapat berjaya mengalahkan Amerika. Tetapi kalau umat Islam bertaqwa, usaha mereka yang sekedar 10 % itu dengan izin Allah dapat mengatasi Amerika sebab Allah membantu mereka sebanyak 90%. Atas nama taqwa, Rasulullah SAW dan para sahabat berhasil membangun empire Islam hanya dalam 23 tahun.
Sekarang ini umat Islam ingin melawan orang kafir atas dasar usaha ikhtiar saja, sedangkan pintu taqwa tidak mereka usahakan. Orang mengerjakan sholat, membayar zakat, melaksanakan haji tidak bertaqwa. Mereka buat dalam keadaan lalai. Islam sekadar ibadah saja, tidak terwujud dalam aspek-aspek kehidupan lainnya. Islam sudah tidak dijadikan sebagai cara hidup. Maka walau diberi berbagai bantuan oleh pemerintah, organisasi-organisasi dan jamaah-jamaah Islam tidak dapat membangun apalagi menguasai ekonomi asia atau dunia.