Isnin, 27 Oktober 2014

Isu Fitnah ke atas Ustaz Azhar Idrus oleh : Ustaz Shahul Hamid


Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar berita yang tidak jelas asal-usulnya. Kadang kadang isu kecil di perbesarkan dalam berita yang di edarkan atau sebaliknya. Kadang kadang berita itu berkait dengan kehormatan seseorang muslim. Bagaimanakah sikap kita terhadap berita yang belum tahu kebenarannya dan bersumber dari orang yang belum kita ketahui kejujurannya?

Bagaimana seharusnya sikap seorang muslim terhadap berita-berita yang belum jelas kebenarannya itu.

Allah berfirman, maksudnya:-

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].

Dalam ayat ini, Allah melarang hamba-hambanya yang beriman percaya kepada berita angin. Allah menyuruh kaum mukminin memastikan kebenaran berita yang sampai kepada mereka. Tidak semua berita itu benar, dan juga tidak semua berita yang disampaikan ada faktanya. Ingatlah, musuh-musuh kamu senantiasa mencari kesempatan untuk menjatuhkan kamu. Maka wajib atas kamu untuk selalu berwaspada, hingga kamu boleh kenal pasti orang yang hendak menyebarkan berita yang tidak benar.

Allah berfirman, maksudnya:-

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”

Maksudnya, janganlah kamu menerima (begitu saja) berita dari orang fasik, sebelum kamu periksa, teliti dan mendapatkan bukti kebenaran nya.

(Dalam ayat ini) Allah memberitahu, bahwa orang-orang fasik itu pada dasarnya (jika berbicara) dia dusta, akan tetapi kadang kala ia juga benar. Karena, berita yang disampaikan tidak boleh diterima dan juga tidak ditolak begitu saja, kecuali setelah diteliti. Jika benar sesuai dengan bukti, maka diterima dan jika tidak, maka ditolak.

Kemudian Allah menyebutkan illat (sebab) perintah untuk meneliti dan larangan untuk mempercayai berita-berita tersebut. Allah berfirman.

“Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya”.
Kemudian nampak bagi kamu kesalahanmu dan kebersihan mereka.“Yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al Hujurat : 6]

Sesungguhnya semua kaum muslimin perlu menghayati ayat ini, untuk di baca dan renungi, lalu beradab dengan adab yang ada padanya. Betapa banyak fitnah yang terjadi akibat berita bohong yang disebarkan orang fasiq yang jahat! Betapa banyak darah yang tertumpah, jiwa yang terbunuh, harta yang terampas, kehormatan yang terkoyak, akibat berita yang tidak benar! Berita yang dibuat oleh para musuh Islam. Dengan berita itu, mereka hendak menghancurkan persatuan umat Islam , dengan menyemarakkan dan mengobarkan api permusuhan diantara umat Islam.

Betapa banyak dua saudara, berpisah disebabkan berita bohong! Betapa banyak suami-isteri berpisah karena berita yang tidak benar! Betapa banyak bangsa bangsa, dan kumpulan kumpulan, parti parti,jemaah jemaah dan negara negara saling memerangi, karena tertipu dengan berita bohong!

Allah Azza wa Jalla Yang Maha Lembut dan Maha Mengetahui, telah meletakkan satu kaedah bagi umat ini untuk memelihara mereka dari perpecahan, dan membentengi mereka dari pertikaian, juga untuk memelihara mereka dari api fitnah.

Tetapi sayang tidak ada satu pun masyarakat muslim yang bebas dari orang-orang munafiq yang memendam kedengkian. Mereka tidak senang melihat kaum muslimin berbaik baik menjadi masyarakat yang bersatu dan bersaudara.

Wajib atas kaum muslimin untuk berhati-hati dan berwaspada dengan musuh-musuh mereka. Dan hendaklah kaum muslimin mengetahui, bahwa para musuh mereka tidak pernah tidur (tidak pernah berhenti) merancang tipu daya terhadap kaum muslimin. Maka wajiblah atas mereka untuk senantiasa waspada, sehingga boleh mengetahui sumber kebencian, dan bagaimana rasa saling permusuhan dikobarkan oleh para musuh.

Sesungguhnya keberadaan orang-orang munafiq di tengah kaum muslimin dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar. Akan tetapi yang lebih berbahaya, ialah keberadaan orang-orang mukmin berhati baik yang selalu menerima berita yang dibawakan orang-orang munafiq. Mereka membuka telinga lebar-lebar mendengarkan semua ucapan orang munafiq, lalu mereka berkata dan bertindak sesuai dengan berita itu. Mereka tidak peduli dengan bencana yang bakal menimpa kaum muslimin akibat percaya kepada orang munafiq.

Al Qur’an telah mencatatkan buat kita satu bencana yang pernah menimpa kaum muslimin, akibat dari sebagian kaum muslimin yang mengikuti orang-orang munafiq yang dengki, sehingga boleh mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang sebelum kita.

Bacalah Surat An Nur dan renungilah ayat-ayat penuh barakah yang Allah ucapkan tentang kebersihan Ummul Mukminin ‘Aisyah  dari tuduhan kaum munafiq. Kemudian sebagian kaum muslimin yang jujur terikut ikut menuduh tanpa meneliti bukti-buktinya. Allah berfirman.

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa ifki adalah dari golongan kamu juga.Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu.Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya, dan barangsiapa diantara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya adzab yang besar”. [An Nur : 11].

“Janganlah kamu kira berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu”. [An Nur : 11].

Tidak semua perkara-perkara itu boleh dinilai hanya melalui zahirnya saja. Karena terkadang kebaikan atau nikmat itu datang dalam satu bentuk yang kelihatannya menyusahkan. Diantara kebaikan (yang dijanjikan Allah buat keluarga Abu Bakar), ialah Allah menyebut mereka di malail a’la. Dan Allah menurunkan beberapa ayat yang boleh dibaca mengenai keadaan (keluarga Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu).

Dengan turunnya ayat ini, maka hilanglah mendung dan tersingkaplah kegelapan itu. Lenyap sudah gunung kepedihan yang berlegar dalam kalbu Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, suaminya, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayahandanya. Sebagaimana juga hilangnya kepedihan si penuduh, iaitu seorang sahabat yang jujur Shafwan bin Mu’atthil.

Kemudian ayat selanjutnya mengajarkan kepada kaum mukminin, bagaimana menyikapi berita. Allah berfirman.

“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu, orang-orang mu’minin dan mu’minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata:”Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.” [An Nur : 12].

Wahai kaum msulimin, inilah langkah pertama yang harus engkau lakukan, jika ada berita buruk tentang saudaramu, yaitu berhusnuhan (berperasangka baik) kepada dirimu. Jika engkau sudah husnuzhan kepada dirimu, maka selanjutnya kamu wajib husnuzhan kepada saudaramu dan (menyakini) kebersihannya dari cela yang disampaikan. Dan engkau katakan,

“Maha Suci Engkau (Allah) , ini merupakan kedustaan yang besar”. [An Nur : 16].

Inilah yang dilakukan oleh sebagian shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika sampai berita kepada mereka tentang Ummul Mukminin.

Diceritakan dari Abu Ayyub, bahwa istrinya berkata,”Wahai Abu Ayyub, tidakkah engkau dengar apa yang dikatakan banyak orang tentang Aisyah?” Abu Ayyub menjawab,”Ya. Itu adalah berita bohong. Apakah engkau melakukan perbuatan itu (zina), hai Ummu Ayyub? Ummu Ayyub menjawab,”Tidak. Demi Allah, saya tidak melakukan perbuatan itu.” Abu Ayyub berkata,”Demi Allah, A’isyah itu lebih baik dibanding kamu.”

Kemudian Allah berfirman.

“Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu. Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta”. [An Nur : 13].

Inilah langkah yang kedua, jika ada berita tentang saudaranya. Langkah pertama, mencari dalil yang bersifat batin, maksudnya berhusnuzhan kepada saudaranya.

Langkah kedua mencari bukti nyata.

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti”. [Al Hujurat : 6].

Maksudnya mintalah bukti kebenaran suatu berita dari si pembawa berita. Jika ia boleh mendatangkan buktinya, maka terimalah. Jika ia tidak boleh membuktikan, maka tolaklah berita itu di depannya; karena ia seorang pendusta. Dan cegahlah masyarakat agar tidak menyampaikan berita bohong yang tidak ada dasarnya sama sekali. Dengan demikian, berita itu akan mati dan terkubur di dalam dada pembawanya ketika kehilangan orang-orang yang mau mengambil dan menerimanya.

Seperti inilah Al Qur’an mendidik umatnya. Namun sayang sekali , banyak kaum muslimin yang tidak konsisten dengan pendidikan ini. Sehingga jika ada seorang munafik yang menyebarkan berita bohong, maka berita itu akan segera disebarkan di masyarakat samada melalui percakapan atau melalui media termasuk melalui internet tanpa periksa dan meniliti kebenarannya. Dalam hal ini Allah berfirman.

“(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut”.[An Nur : 15].

Pada dasarnya ucapan itu diterima dengan telinga, bukan dengan lisan. Akan tetapi Allah ungkapkan tentang cepatnya berita itu tersebar di tengah masyarakat. Seakan-akan kata-kata itu keluar dari mulut ke mulut tanpa melalui telinga, dilanjutkan ke hati yang memikirkan apa yang didengar, selanjutnya memutuskan boleh atau tidak berita itu disebar luaskan.

“Kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.Padahal dia pada sisi Allah adalah besar”. [An Nur : 15].

Allah mendidik kaum mukminin dengan adab ini. Mengajarkan kepada mereka cara menghadapi berita serta cara membanterasnya, sehingga tidak tersebar di masyarakat. Setelah itu Allah mengingatkan kaum mukminin, agar tidak membicarakan sesuatu yang tidak mereka ketahui. Allah juga mengingatkan mereka, agar tidak menyertai bantu para pendusta penyebar berita bohong. Allah berfirman.

“Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman”. [An Nur : 17].

Kemudian Allah menjelaskan, membantu para pendusta bererti mengikuti langkah-langkah syaitan. Allah berfirman.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syetan, maka sesungguhnya syetan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar”. [An Nur : 21].

Dalam ayat selanjutnya Allah menerangkan, lisan dan semua anggota badan lainnya akan memberikan kesaksian atas seorang hamba pada hari kiamat. Allah berfirman.

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka adzab yang besar, pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Pada hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka, bahwa Allah-lah Yang Benar, lagi Yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)”. [An Nur 23-25].


Wahai para penyebar berita palsu (fitnah)! Wahai para pendusta! Hai orang yang tidak senang melihat orang mukmin saling berbaik baik sehingga dipisahkan! Hai orang yang tidak suka melihat kaum mukmin aman! Hai para pencari aib orang yang baik! Tahanlah lidahmu, karena sesungguhnya kamu akan diminta pertanggungjawaban kata-kata yang engkau ucapkan. Allah berfirman.

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkan, melainkan ada di dekatnya Malaikat pengawas yang selalu hadir”. [Qaf : 18].

Tahanlah lidahmu! Jauhilah perbuatan bohong dan janganlah menyebar fitnah! Janganlah menuduh kaum muslimin tanpa bukti, dan janganlah berburuk sangka kepada mereka! Seakan-akan aku dengan engkau, wahai saudaraku, berada pada hari kiamat; hari kerugian dan hari penyesalan. Sementara para seterumu merebutmu. Yang ini mengatakan “engkau telah menzalimiku”, yang lain mengatakan “engkau telah menfitnahku”, yang lain lagi mengatakan, “engkau telah mengaibkanku”. Sementara engkau tidak mampu menghadapi mereka. Engkau mengharap kepada Rabb-mu agar menyelamatkanmu dari mereka, namun tiba-tiba engkau mendengar.

“Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya”. [Al Mukmin : 17].

Lalu engkaupun menjadi yakin dengan neraka. Engkau ingat firman Allah.

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang dzalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak” [Ibrahim : 42].

Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan. Dan semoga Allah memberikan taufik dan hidayahNya.

Oleh DR Abdul Azhim Al Badawi

Sabtu, 25 Oktober 2014

HIJRAH DAN PEMBANGUNAN oleh Ustaz Tarmizi Shamsul Arif Surau Ar-Raihan 25 Okt 2014



Allah s.w.t telah berfirman di dalam surah Ar-Ra’d ayat 11 yang bermaksud:
'Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka'.(Ar-Ra’d ayat 11)

Firman Allah s.w.t dalam surah Muhammad ayat 7 yang bermaksud :
'Wahai orang-orang yang beriman, kalau kamu membela (agama) Allah, nescaya Allah membela kamu (untuk mencapai kemenangan) dan meneguhkan tapak pendirian kamu'.
(surah Muhammad ayat 7)

Allah s.w.t di dalam surah Ali Imran ayat 110 yang bermaksud :
'Kamu (wahai umat Muhammad ) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan bagi (faedah) umat manusia, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman)'.

'Aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, di mana kamu semua tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang teguh kepada kedua-duanya, iaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul'.
(Hadith Riwayat Imam Malik)

Isnin, 20 Oktober 2014

Pertempuran berterusan di Tebing Barat.

Pertempuran berterusan di Tebing Barat. Pertempuran yang berlaku di Kufr Qaddum, di mana zionis Israel menembak gas pemedih mata, peluru besi bersalut getah, dan juga peluru hidup. Askar zionis juga turut menyembur bahan kimia yang berbau busuk, 'skunk', untuk meleraikan pertempuran.

Sebulan yang leaps, zionis Israel menawarkan pembukaan jalan kepada penduduk Nablus jika demonstrasi berakhir. Tetapi, penduduk Nablus mahukan permit untuk bergerak ke mana-mana, tetapi permintaan tersebut diabaikan.

Maka, pertempuran berterusan. Adakah kita masih bersama?

sumber: International Solidarity Movement [Ph]










Pertubuhan Hal Ehwal Sekolah Agama Kedah (HESA) Lawatan ke Pattani.

Pertubuhan Hal Ehwal Sekolah Agama Kedah (HESA) ke Pattani. Majlis Ijtimak Ulamak Kedah & Pattani. Rombongan HESA diiringi oleh Ketua polis wilayah songkla pattani.

Kita doakan agar keselamatan Ulamak-ulamak Kedah ke sana selamat.



Sumber : Dppkawasan Sik

Khamis, 16 Oktober 2014

Penggulungan Kutuk Serangan Israel Ke Atas Palestin | YB Ustaz Nassuruddin Daud



Penggulungan Usul Tergempar Mengutuk Serangan Israel Ke Atas Palestin & Mohon Israel Dihadapkan Ke ICC (Mahkamah Jenayah Antarabangsa) yang disampaikan oleh YB Dato' Hj Ustaz Nassuruddin Daud, Pengerusi Jawatankuasa Pembangunan Islam, Dakwah, Penerangan dan Hubungan Seranta Kelantan.

Penggulungan disampaikan dalam Persidangan Kali Yang Ketiga (Belanjawan), Bagi Tempoh Penggal Yang Kedua, Dewan Negeri Kelantan Ketigabelas bertempat di Dewan Undangan Negeri Kelantan, Kota Darulnaim, Kota Bharu, Kelantan Sesi Petang.

19 Zulhijjah 1435H/ 14 Oktober 2014M

KelantanTV: Tepat dan Informatif


Selasa, 14 Oktober 2014

Ribut Puting Beliung Di Kampung Alor Besar, Pendang Kedah

Kejadian ribut puting beliung berlaku jam 5.30 petang tadi di Kampung Alor Besar, Pendang, Kedah. Bangunan sekolah dan beberapa rumah mengalami kerosakan yang teruk, namun tiada kemalangan jiwa dilaporkan.




Sekurang-kurangnya 15 rumah kediaman di dua lokasi masing-masing di Pendang dan Kuala Kedah dilapor rosak selepas dilanda angin puting beliung, petang tadi.






Kejadian kira-kira jam 4 petang itu turut menyebabkan sebuah sekolah di Kampung Alor Besar di Pendang, dekat sini terjejas apabila bumbung bangunan dan makmal komputer dikatakan mengalami kerosakan.

Turut mengalami kerosakan, tiga rumah di Taman Seri Kota di Kuala Kedah akibat insiden sama.

[RAKAMAN][131014][NE4] Jutawan Dan Stokin Buruk - Ustaz Shamsuri Hj Ahmad



Kuliah Tafsir Nurul Ehsan oleh Ustaz Shamsuri Hj Ahmad di Parit Buntar Pulau Pinang. Kuliah pada 13/10/2014 - Isnin

Ahad, 12 Oktober 2014

Kezhaliman, kejahatan, dan penipuan yang dilakukan oleh para pemimpin akan menghalanginya untuk mendapatkan syafa'at Rasulullah saw.


Bekas menteri besar Kelantan Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat kesal dengan tindakan Putrajaya yang masih menggunakan Jabatan Pembangunan Persekutuan (JPP) sebagai saluran bantuan ke negeri itu.

Mengulas tentang Bajet 2015, Nik Aziz menyifatkan saluran dana pembangunan Kelantan melalui JPP itu tidak telus kerana Putrajaya masih berkuasa memegang tender projek.

“Kenapa Kerajaan Pusat salur duit untuk pembangunan di negeri ini melalui JPP. Ini adalah dosa dunia akhirat. Selagi kuasa tender ada di Pusat, mustahil untuk buat apa-apa, semua itu mengarut,” katanya dipetik laporan Sinar Harian. Berita selanjutnya

Ancaman keras kepada Pemimpin Zalim

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, "Rasulullah saw. bersabda, 'Ada tiga jenis yang Allah tidak akan mengajak berbicara mereka pada hari kiamat, tidak akan mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka dan bagi mereka siksaan yang pedih. Orang tua yang berzina, raja yang berdusta, dan orang miskin yang sombong'," (HR Muslim [107]).

Diriwayatkan dari Ma'qil bin Yasar r.a, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, "Tidak seorang hamba pun yang mendapat amanah dari Allah untuk memimpin rakyat, lantas ia meninggal pada hari meninggalnya dalam keadaan mengkhianati rakyatnya kecuali Allah haramkan atasnya surga," (HR Bukhori [7150]).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda, "Tidaklah seorang lelaki memimpin sepuluh orang atau lebih kecuali ia akan mendatangi Allah Azzawajalla dalam keadaan terikat dari tangan hingga lehernya pada hari kiamat. Kebaikan yang ia lakukan akan melepaskannya dari ikatan atau dosanya akan membuat dirinya celaka. Awalnya celaan, pertengahannya penyesalan dan akhirnya merupakan kehinaan pada hari kiamat," (Hasan, HR Ahmad [V/267]).

Masih diriwayatkan dari Abu Umamah r.a, Rasulullah saw. bersabda, "Ada dua jenis ummatku yang tidak akan mendapat syafa'atku: pemimpin yang zhalim dan berbuat semena-mena, setiap orang yang melapui batas dan sesat," (Hasan, HR ath-Thabrani [8027]).

Diriwayatkan dari Amr bin Murrah, ia berkata, "Aku katakan kepada Muawiyyah bin Abi Sofyan, 'Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda, 'Tidaklah seorang pemimpin atau seorang penguasa menutup pintunya dari orang-orang yang memiliki kebutuhan dan keperluan serta orang-orang fakir, kecuali Allah akan menutup pintu langit dari keperluan, kebutuhan, dan hajatnya'."

Amr bin Murrah berkata, "Sejak itu Muawiyah menunjuk seorang wakilnya untuk mengurusi kebutuhan masyarakat," (Shahih, HR at-Tirmidzi [1332]).

Kandungan Peringatan:

1. Ancaman keras dan celaan terhadap pemimpin lalim yang diangkat Allah untuk memerintah rakyat, namun mereka justru mengkhanati, menyianyiakan, mengzhalimi, menipu, dan membohongi rakyat. Mereka selalu memberi iming-iming namun tidak pernah ditepati. Oleh karena itu, semua hamba yang terzhalimi akan menuntut mereka pada hari kiamat kelak, akibatlah timbullah kerugian, kehinaan, dan penyesalan.

2. Sepantasnya seorang pemimpin senantiasa membuka pintunya untuk memenuhi kebutuhan rakyat, untuk mendengar laporan orang-orang yang terzhalimi. Barangsiapa menutup pintunya maka Allah akan menghukumnya dengan tidak menerima do'anya dan tidak akan diperkenankan segala permohonannya.

3. Kezhaliman, kejahatan, dan penipuan yang dilakukan oleh para pemimpin akan menghalanginya untuk mendapatkan syafa'at Rasulullah saw. Dari sini jelaslah bahwa dosa mereka lebih besar daripada pelaku dosa-dosa besar, sebab syafa'at Rasulullah saw. tetapi diberikan kepada ummat beliau yang melakukan dosa besar.

4. Kekuasaan dan kepemimpinan adalah sebuah beban. Bagi orang yang mau menerima bahan tersebut sudah selayaknya melaksanakan semua kewajibannya agar ia tidak menjadi seorang pengkhianat lalu dicampakkan ke dalam Jahannam dalam keadaan yang hina-dina.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar'iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi'i, 2006), hlm. 3/557-560

Sabtu, 11 Oktober 2014

BAJET 2015 BAJET ORANG KAYA Oleh: Dr Tanaka Mustafa


Oleh: Dr Tanaka Mustafa

1) Saya tak mahu ulas lagi mengenai projek Lebuh-lebuh raya dan MRT yang menelan puluhan bilion ringgit. Biarpun projek ini adalah untuk meningkatkan kemajuan infratsruktur, ia akan mengkayakan orang yang sedia kaya - yakni kontraktor kroni serta yang berkaitan dengannya.

2) Saya mahu sentuh bahagian bonus 1/2 bulan gaji kepada penjawat awam. Sekali dengar, seronoklah para penjawat awam, akan menikmati gula-gula 1/2 bulan bonus awal tahun depan.

3) 1/2 bulan gaji hanyalah untuk keseronokan orang kaya. Orang yang bergaji besar. Gaji sebulan RM20 ribu, januari 2015 akan jadi RM30 ribu. Orang bergaji 10 ribu, akan dapat RM15ribu awal tahun depan. Tapi penjawat awam bergaji RM1200, awal tahun depan akan dapat RM1800. Bonus RM600... sama mcm BR1M saja.

4) Sama mcm one off BR1M. Orang bergaji besar, bonusnya besar. Jadi, Bajet ini sebenarnya untuk raikan orang kaya. Yang selalu sebut "bersyukulaa dapat juga 500...drpd tak dpt langsung.. sayang DS Najib...muuaaahhh..." adalah yg dapat bonus kecil.

5) Bukan tak mahu berterima kasih. Sepatutnya perangkaan pemberian bonus, mestilah meraikan golongan berpendapatan rendah, untuk survive dalam era raionalisasi dan pemotongan subsidi.

6) Sepatutnya orang bergaji RM20ribu dapat bonus RM600, yang bergaji RM1200 dapat bonus RM10ribu. Baru mesra rakyat. Ini contoh sahaja. Mesti pandang rakyat bawah yang menderita. Baru Ketua Pembangkang pun akan kelu membisu tak tau nak kondem apa-apa.

7) Pegawai kerajaan yg tinggi-tinggi goyang kaki goyang telor, dapat bonus ribu-ribu. Penjawat awam bawahan kerja bagai nak rak, terpaksa ada side business untuk tampung perbelanjaan... dapat bonus RM500, RM800... One Off sahaja. Jika ada penstrukturan semula gaji adalah lebih baik drpd bonus one off.

8 ) Inilah hasilnya apabila mamat keturunan bangsawan jadi PM. Mana laa nak nampak orang bawahan. Tak pernah pun selami susah payah orang bawahan. Duk berasa megah konon Bajet bagus dan power. Oghe kapung maki, mung dop tahu!
Sekian

 KERAJAAN LANUN

Rabu, 8 Oktober 2014

Israel halang bahan pembinaan masuk ke Gaza


7 Okt, Gaza - Pihak zionis Israel menghalang kemasukan 60 buah trak yang penuh dengan bahan-bahan pembinaan daripada masuk ke Gaza.

Semasa 51 hari Gaza 'disembelih', Israel memusnahkan 15,671 unit rumah di sepanjang Gaza, termasuk 2,276 yang musnah teruk.

Lebih 2,150 orang penduduk Gaza, kebanyakannya penduduk awam terbunuh, dan 11,000 orang cedera semasa serangan membabi-buta tersebut.

Sabtu, 4 Oktober 2014

KENAPA MANUSIA DICIPTAKAN DAN APAKAH TANGGUNGJAWABNYA?


Perlu kita perhatikan tiga persoalan asas yang berkaitan dengan seluruh kehidupan kita. Persoalan-persoalan tersebut ialah:

1.    Dari manakah kita datang?
2.    Mengapakah kita didatangkan?
3.    Kemanakah kesudahan kita?

Untuk mencari jawapan-jawapan yang tepat maka perlulah kita merujuk kepada apa telah dinyatakan oleh Allah S.W.T. di dalam al-Quran al-Karim.

Persoalan Pertama

Dari mana kita datang?

Jawapannya kita dapati dari Firman Allah S.W.T.:

“Wahai sekelian manusia! Jika kamu masih ragu-ragu terhadap hari qiamat sesungguhnya Kami (Allah S.W.T.) telah jadikan kamu dari tanah, kemudian daripada air mani dan mani menjadi darah sampai ia menjadi sepotong daging yang telah sempurna kejadiannya dan yang belum sempurna, supaya Kami beri keterangan kepada kamu dan Kami tetapkan di dalam kandungan (rahim) ibu mengikut kehendak Kami, sampailah waktu tertentu maka Kami keluarkan kamu dari kandungan ibumu menjadi kanak-kanak kemudian sampai kamu menjadi orang dewasa. Di antara kamu ada orang yang dimatikan dan ada yang dipanjangkan hidupnya sampai terlalu tua hingga tidak dapat mengetahui apa-apa sedangkan sebelumnya kamu mengetahui.” - Surah al-Hajj: ayat 5.

Dengan meneliti ayat tersebut dapatlah kita ketahui dari manakah datangnya kita dan terjawablah persolan tersebut.

Persoalan Kedua

Mengapa kita didatangkan atau mengapa kita dijadikan oleh Allah S.W.T.?

Jawapan kepada persoalan ini terdapat di dalam Firman Allah S.W.T.:

“Tidak Aku (Allah) jadikan jin dan manusia melainkan untuk mengabdikan diri kepada-Ku.” - Surah az-Zariyat: ayat 56.

Para ulama’ muktabar telah menghuraikan pengertian ibadah itu dengan panjang lebar yang mana perkataan ibadah ada kesyumulannya (kesempurnaannya) dan mempunyai runag lingkup yang luas, tidak semata-mata terhad kepada fardhu solah, puasa, zakat dan haji semata-mata, bahkan tugas dan kewajipan kita di dunia ini adalah beribadah dan memperhambakan diri kepada Allah S.W.T. berdasar Firman-Nya tersebut.

Untuk menepati kehendak ibadah dalam seluruh hidup ini maka setiap perbuatan yang kita lakukan itu mestilah semata-mata kerana Allah S.W.T. serta mengikut betul-betul arahan yang telah disampaikan oleh Rasulullah S.A.W..

Jika demikian segala makanan, minuman, pelajaran, pekerjaan, pendidikan jasmani, perkahwinan dan mendidik anak adalah merupakan jalan-jalan atau faktur-faktur yang membantu kita untuk taatkan Allah S.W.T. serta teguh beribadah kepada-Nya. Juga menjadikan kita bertaqarrub (menghampirkan diri) kepada Allah S.W.T.. Ini bermakna rumah, sekolah, kilang, pejabat, sawah ladang, padang permainan, gedung perniagaan dan sebagainya adalah medan beribadah. Bahkan seluruh bumi Allah S.W.T. ini merupakan ‘masjid’, tempat menunaikan ibadah dalam realiti kehidupan.

Sehubungan dengan itu Syaikh al-Islam Ibn Taimiyyah telah menyatakan bahawa: “Setiap perkara yang telah Allah S.W.T. perintahkan hamba-hamba-Nya melaksanakan adalah dikira sebagai ibadah. Ibadah yang meliputi apa sahaja yang diredhai oleh Allah S.W.T. sama ada tutur kata, perbuatan dan tingkah laku.”

Prof. Dr. Yusuf Qaradhawi menyatakan di dalam bukunya, al-’Ibadah Fi al-Islam, bahawa: “Sesungguhnya beribadah kepada Allah S.W.T. tidaklah terhad kepada mengerjakan solah, puasa, zakat dan haji dan perkara yang berkaitan dengannya seperti tilawah al-Quran, zikir, berdoa, beristighfar dan sebagainya sahaja sebagaimana fahaman sesetengah golongan Islam (yang mendakwa Islam). Ramai yang telah menyangka bahawa apabila mereka telah menunaikan fardhu-fardhu dan syiar-syiar yang tersebut bererti mereka telah manyempurnakan hak Allah S.W.T. terhadap mereka sepenuhnya. Mereka menyangka sudah selesai ditunaikan kewajipan ‘Ubudiyyah terhadap Allah S.W.T.. Pada hal tanggapan tersebut meleset daripada hakikatnya yang sebenar”.

Beliau membuat penjelasan lagi bahawa: “Tidaklah dikira ibadah kepada Allah S.W.T. jika seseorang itu berfahaman: Aku solah, aku berpuasa, aku berzakat dan aku menunaikan haji tetapi aku bebas makan daging babi, minum arak, makan riba, berjudi serta menolak hukum-hukum syariat Allah S.W.T. yang tidak sesuai dengan pandanganku. Juga tidak dikira ibadah kepada Allah S.W.T. bagi orang yang menganggap ibadahnya hanya berada ketika di kawasan masjid, tetapi apabila ia keluar dari masjid dan mencebur diri dalam bidang-bidang kehidupan lain dia menjadi hamba kehendak dirinya, bebas mengikut kehendak hawa nafsunya dengan tidak menghiraukan hukum-hukum Allah S.W.T.”

Oleh kerana itu maka setiap orang yang terkeliru mesti memperbetulkan fahamannnya kembali mengenai Islam dan ibadah kepada Allah S.W.T..

Semoga seluruh kehidupannya berada dalam keredhaan Allah S.W.T.. Cukuplah bagi seseorang Muslim itu berfikir bahawa ia adalah Khalifah Allah S.W.T. di muka bumi ini untuk menjalankan tugas dan arahan   Allah S.W.T. serta melaksanakan kewajipan ber’ubudiyyah kepada Allah S.W.T. semat-mata. Memadai ia berbuat demikian untuk mencorakkan segala jenis  amalannya dengan corak Islam hinggalah segala perkataan, perbuatan dan diamnya itu ibadah kepada Allah S.W.T..

Menurut al-Qaradhawi lagi bahawa ibadah itu merangkumi dua tugas besar yang menjadi teras bagi semua perkara yang tersebut sebelum ini. Tugas tersebut ialah:

1.    Menyeru kepada kema’rufan dan mencegah daripada kemunkaran.

2.    Berjihad ke jalan Allah S.W.T..

Menurut huraian asy-Syahid Sayyid Qutb bahawa kerja-kerja menyuruh kepada ma’ruf serta mencegah daripada munkar tidak boleh dipandang ringan. Umat ini tidak berjaya selagi ma’ruf tidak tertegak sebagai ma’ruf dan munkar tidak dimusnahkan sebagai munkar. Untuk melaksanakan tugas yang besar itu maka perlulah kepada pembentukan Ummah. Ummah yang tertegak atas dasar Iman kepada Allah S.W.T. dan Persaudaraan kerana Allah S.W.T. agar hukum-hukum Allah S.W.T. terlaksana, kerja-kerja ma’ruf berjalan dengan senang, kebenaran mengatasi kepalsuan, kebaikan sentiasa disokong dan kemungkaran sentiasa di tentang. Untuk sampai kepada ummah Islam sedemikian maka jihad yang berterusan diperlukan dan mengikuti jalan-jalan yang betul sebagaimana yang telah digariskan oleh Rasulullah S.A.W.

Persoalan Ketiga

Kemanakah kesudahan kita?

Persoalan ini tidak memerlukan huraian yang panjang kerana setiap orang yang menyedari asal-usulnya serta mengetahui tugas kewajipannya, maka InsyaAllah ia akan menyedari pula ke manakah kesudahannya. Walaupun demikian jawapannya tetap telah dinyatakan oleh Allah S.W.T. dalam FirmanNya:

“Sesungguhnya kepada Tuhan (Allah) kesudahan kamu (tempat kembali). Dialah yang membuatkan kamu tertawa dan Dia juga yang membuatkan kamu menangis. Dialah yang mematikan kamu dan menghidupkan kamu kembali.”
- Surah an-Najm: ayat 42-44.

Jumaat, 3 Oktober 2014

Memahami Perjuangan Gerakan Islam - PRESIDEN PAS



Perjuangan Islam bermaksud perihal umat Islam berusaha mempertahankan agamanya dan mengatasi pihak-pihak yang menentangnya. Oleh kerana perkataan juang itu sendiri bermaksud melawan, maka persoalan perjuangan Islam itu menggambarkan betapa unsur perlawanan dn persaingan adalah satu perkara rutin dan lumrah yang pasti ada di dalam Islam dah dihadapi oleh umat Islam tidak kira bila atau di mana mereka berada.

Mahu tidak mahu, setiap Muslim terpaksa menghadapi realiti perlawanan atau perjuangan sama ada dalam bentuk perseorangan atau perkumpulan, hebat atau hanya pertentangan kecil mengikut tahap keimanan seseorang. Demikianlah, sejak generasi Islam yang pertama pada zaman Rasulullah lagi, umat Islam telah dihadapkan dengan suasana perjuangan yang penuh dengan tekanan dan ujian.Perjuangan Dan Jihad

Di dalam bahasa Arab, perkataan yang paling sesuai dan sinonim dengan perjuangan adalah jihad. Jihad adalah kata terbitan (masdar) yang berasal dari perkataan "JAHADA" bererti bersungguh-sungguh dan tekun mengerjakan sesuatu. "Jahada" pula bererti memerah tenaga. Jahada al-'aduww, bererti memerangi musuh. Dari segi bahasa, jihad membawa pengertian berjuang berhabis-habisan untuk meningkatkan sesuatu matlamat. Al-Jihad menurut kebanyakan kamus bererti perang mempertahankan agama.

Dalam konteks Islam, pekerjaan yang paling bersungguh dan paling banyak berisiko adalah peperangan atau usaha menegakkan kalimah Allah di hadapan ancaman pemerintah yang zalim sebagaimana dinyatakan dalam hadith Rasulullah S.A.W yang berbunyi; Daripada Abu Sa'id al-Khudri katanya, Rasulullah telah bersabda; "Sebaik-baik jihad adalah perkataan yang benar di hadapan pemerintah yang zalim."

Sebab itulah kebanyakan pentakrifan jihad pada zaman silan lebih merujuk kepada aspek peperangan. Contohnya, ulama' Mazhab Syafie memberi definisi jihad sebagai perang ke atas orang kafir untuk memenangkan Islam. Manakala ulama’ Mazhab Hanafi pula mendefinisikannya sebagai menyeru kepada agama yang sebenar dan memerangi orang yang tidak menerimanya, dengan harta dan nyawa.

Imam Hassan al-Banna pula menyatakan bahawa, "Islam mewajibkan jihad ke atas penganut-penganutnya bukanlah bertujuan untuk mencari permusuhan di antara sesama manusia. Bukan pula untuk membuka jalan ke jurang tamak dan haloba kepada harta benda dunia secara merampas dengan kekerasan. Sebaliknya jihad itu diwajibkan semata-mata bertujuan untuk menjamin keamanan dan perdamaian dengan menunaikan perutusan agama yang diamanahkan Allah ke atas pundak tiap-tiap Muslim. Amanah menyampaikan risalah agama yang memberi petunjuk kepada manusa menuju ke arah pintu gerbang keadilan dan kebenaran."

Persoalan mengenai perjuangan dalam Islam juga merangkumi usaha umat Islam mengembangkan agama ini dengan menjalankan gerakan dakwah ke merata tempat di serata pelusuk dunia. Lalu, di dalam usaha berdakwah itu, mereka menghadapi sekatan, ancaman dan cabaran yang datang dari kebanyakan orang-orang kafir serta sasaran dakwah yang tidak bersikap terbuka untuk mendengar dahulu seruan Islam.

Di dalam suasana ini, timbul perlawanan dan perjuangan menentang halangan, sekatan dan ancaman dari musuh dakwah. Namun dalam konteks zaman mutakhir ini, perjuangan Islam khususnya dengan pengertian jihad, merangkumi aspek yang luas dengan tidak tertumpu kepada aspek peperangan bersenjata sahaja. Bahkan ia lebih banyak cenderung kepada persoalan memperbaiki umat dan mempertahankan hak-hak umat Islam sama ada melalui gerakan bersenjata, penentangan terhadap pemerintah yang tidak melaksanakan Islam dengan saluran pilihanraya, penulisan dan sebagainya.

Pokoknya, di dalam usaha tersebut pada sepanjang zaman, mereka akan menghadapi cabaran dan tentangan dari musuh yang merupakan sebahagian dari ujian Allah Taala. Cabaran dan tentangan tersebutlah yang melahirkan reaksi dalam bentuk perjuangan.

Aqidah Asas Perjuangan

Islam meletakkan aqidah sebagai asas utama dalam perjuangan. Bahkan ia merupakan rahsia kekuatan Islam sepanjang zaman. Dengan kata lain, Islam tidak menjadikan isu sebagai landasan utama kerana persoalan aqidah adalah bersifat menyeluruh dan evergreen. Perjuangan yang berasaskan isu akan tamat dengan selesainya isu berkenaan. Sebaliknya Islam sentiasa mengetengahkan isu-isu yang berpaksi pada aqidah untuk menjelaskan tuntutan sebenar tauhid. Kalimah syahadah La ilaha illa Allah yang menjadi tema tauhid itu sendiri adalah suatu cetusan revolusi atau perubahan besar-besaran di dalam jiwa dan kehidupan manusia kerana ia bererti pengakuan kepada kekuasaan menghukum dan memerintah tertinggi yang diserahkan hanya kepada Allah.

Ia adalah cetusan revolusi terhadap kuasa duniawi yang telah merampas suatu sifat khusus Tuhan yang utama iaitu menentukan perjalanan dan peraturan hidup manusia. Islam adalah revolusi terhadap kenyataan hidup yang bersandarkan kepada rampasan hak Tuhan itu dan juga merupakan suatu pukulan maut ke atas sebarang peraturan dan kekuasaan yang tidak diredhai Allah. Sebaliknya Islam menuntut manusia tunduk dan patuh kepada Allah selaras dengan pengertian kalimah Islam sendiri.

Syed Qutb menyifatkan Islam merupakan revolusi di dalam kehidupan manusia. Dalam hubungan ini Syed Qutb menyatakan, "Seorang yang menganut Islam itu sebenarnya telah melucutkan dari dirinya segala sesuatu dari zaman lampaunya di alam jahiliyah. Dia merasakan ketika dia mula menganut Islam bahawa dia memulakan zaman baru dalam hidupnya; terpisah sejauh-jauhnya dari hidupnya yang lampau di zaman jahiliyah. Sikapnya terhadap segala sesuatu yang berlaku di zaman jahiliyah dahulu ialah sikap seorang yang sangat berhati-hati dan berwaspada."

Dalam perkara ini, Allah Taala berfirman dalam Surah al-Nahl ayat 36 :

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap umat seorang Rasul (dengan memerintahkannya menyeru mereka); Hendaklah kamu menyembah Allah dan jauhilah Taghut. Maka di antara mereka (yang menerima seruan Rasul itu), ada yang diberi hidayah petunjuk oIeh Allah dan ada pula yang berhak ditimpa kesesatan. Oleh itu mengembaralah kamu di bumi, kemudian lihatlah bagaimana buruknya kesudahan umat-umat yang mendustakan Rasul-rasulnya."

Peranan utama Para Rasul yang diutuskan Allah adalah membawa petunjuk kepada hamba-Nya. Ia terdiri dari dua perkara penting yang saling perlu-memerlukan dan menyempurnakan di antara satu sama lain iaitu :

Menyeru supaya beribadah dan mengabdikan diri hanya kepada Allah Yang Maha Esa. Menyeru supaya menjauhi taghut.

Jelas bahawa seruan Islam bukan setakat mengajak kepada kebaikan dengan menyembah Allah dan mentaati-Nya, tetapi dalam masa yang sama hendaklah menjauhi dan menentang taghut.

Matlamat Perjuangan Islam

Matlamat utama perjuangan Islam adalah untuk meninggikan kalimah Allah iaitu dengan terlaksananya syariat-Nya dan tunduknya segala fahaman, agama dan ajaran yang lain. Sabda Rasulullah S.A.W yang bermaksud; Diriwayatkan daripada Abu Musa al-Asy'ari bahawa sesungguhnya seorang lelaki Badwi datang menemui Baginda Nabi S.A.W dan bertanya,

"Wahai RasulAllah! Ada seseorang yang berperang untuk mendapatkan harta rampasan, ada juga seseorang yang berperang untuk membuktikan kejaguhannya. Oleh itu, siapakah di antara mereka yang berada di jalan Allah?"


Rasulullah S.A.W menjawab, "Barangsiapa yang berperang demi menegakkan kalimah Allah, maka beliaulah yang berada di jalan Allah." - Riwayat Muslim

Allah Taala menuntut agar agama-Nya ini diletakkan mengatasi segala ajaran yang lain. Tuntutan ini jelas dinyatakan oleh Allah ketika menjelaskan tentang matlamat pengutusan Rasulullah S.A.W kepada manusia. Firman Allah Taala :

"Dialah (Allah) yang telah mengutus Rasul-Nya dengan hidayah petunjuk dan agama yang sebenar supaya dimenangkan-Nya atas segala agama walaupun dibenci oleh orang-orang musyrikin." (al-Saff:9)

Imam Abu A'la Al-Maududi menyatakan, "Sebagaimana halnya dengan din-din (agama) lainnya, din Allah ini juga menuntut bahawa seluruh wewenang mesti diserahkan kepadaNya semata-mata. Sedangkan semua din yang berlawanan dengannya mesti ditundukkan. Kalau tidak, ia akan dapat menuntut kepatuhan rakyat, kerana dalau din ini telah berlaku, maka tidak akan ada lagi din kerakyatan, kerajaan atau din kaum komunis."

Tuntutan ini tidak bererti bahawa Islam bertindak memaksa manusia memeluk Islam dan menghapuskan terus ajaran lain secara kekerasan kerana kekerasan dan paksaan tidak akan menghapuskan apa yang ada dalam hati dan fikiran manusia. Ini dijelaskan dalam konsep dan etika peperangan dalam Islam antaranya ialah larangan manakut-nakutkan orang ramai, melampau, membunuh wanita, kanak-kanak, orang tua yang sudah kabur pandangan, paderi-paderi, penjaga gereja, membakar pokok dan membunuh haiwan tanpa maslahah. Demikian juga difahami dari ayat ke 40 Surah al-Hajj:

"Iaitu mereka yang diusir dari kampung halamannya dengan tidak berdasarkan sebarang alasan yang benar, (mereka diusir) semata-mata kerana mereka berkata; Tuhan kami ialah Allah. Dan kalaulah Allah tidak mendorong setengah manusia menentang pencerobohan setengahnya yang lain, nescaya runtuhlah tempat-tempat pertapaan serta gereja-gereja (kaum Nasrani), dan tempat-tempat sembahyang (kaum Yahudi), dan juga masjid-masjid (orang Islam) yang sentiasa disebut nama Allah banyak-banyak padanya dan sesungguhnya Allah akan menolong sesiapa yang menolong agamaNya (ugama Islam); sesungguhnya Allah Maha Kuat, lagi Maha Kuasa."
Tuntutan itu sebenarnya adalah supaya Islam mendominasikan seluruh suasana dan kekuasaan pemerintahan agar manusia dapat melihat kehebatan dan keagungan Islam lalu mereka akan menerima Islam sama ada sebagai agama anutan atau sebagai pemerintahan yang adil dengan secara rela.

Firman Allah di dalam Surah at-Taubah, ayat 40 :

"Kalau kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad) maka sesungguhnya Allah telahpun menolongnya, iaitu ketika kaum kafir (di Makkah) mengeluarkannya (dari negerinya Makkah) sedang ia salah seorang dari dua (sahabat) semasa mereka berlindung di dalam gua, ketika ia berkata kepada sahabatnya; Janganlah engkau berdukacita, sesungguhnya Allah bersama kita. Maka Allah menurunkan semangat tenang tenteram kepada (Nabi Muhammad) dan menguatkannya dengan bantuan tentera (malaikat) yang kamu tidak melihatnya. Dan Allah menjadikan seruan (syirik) orang-orang kafir terkebawah (kalah dengan sehina-hinanya), dan Kalimah Allah (Islam) ialah yang tertinggi (selama-lamanya), kerana Allah Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana."

Tuntutan menzahirkan agama ini dijelaskan sehinggalah dalam soal peperangan. Tujuan peperangan dalam Islam sendiri adalah untuk memastikan bahawa Islam menjadi penentu dalam percaturan politik dan hidup manusia. Firman Allah :

"Dan perangilah mereka sehingga tidak ada lagi fitnah, dan (sehingga) menjadilah agama itu seluruhnya (bebas) bagi Allah semata-mata. Kemudian jika mereka berhenti (dari kekufurannya dan gangguannya, nescaya mereka diberikan balasan yang baik) kerana sesungguhnya Allah Maha Melihat akan apa yang mereka kerjakan." - Surah al-Anfal:39

Perjuangan Tidak Bernoktah

Islam sentiasa menghadapi tentangan. Hasil daripada dua faktor di atas, lalu timbul pula reaksi di kalangan manusia yang enggan tunduk kepada seruan dakwah Islam. Reaksi itulah yang menyemarakkan lagi pertentangan di antara Islam dengan musuh-musuhnya. Contoh yang paling ketara daripada sirah Rasulullah S.A.W ialah apabila Baginda berdakwah dengan orang ramai tentang Islam supaya mengucap syahadah, dua orang lelaki Badwi dari kalangan yang hadir berkata,

"Ini adalah perkara yang dibenci oleh raja-raja (pemerintah). Kerana inilah kamu akan diperangi oleh orang-orang Arab dan orang-orang 'Ajam (bukan Arab)."

Peristiwa ini menggambarkan bahawa penentangan terhadap Islam adalah perkara yang sentiasa berlaku sebagaimana ia telah berlaku ke atas Para Nabi yang terdahulu. Namun faktor utama penentangan itu bukanlah kerana faktor batang tubuh individu atau golongan yang menyeru, tetapi kerana seruan Islam itu sendiri. Sebagaimana Rasulullah S.A.W sendiri ditentang bukan kerana peribadi Baginda yang sudah terkenal sebagai al-Amin dan pernah diberi kepercayaan menjadi hakim menyelesaikan masalah perletakan Hajar al-Aswad dalam peristiwa banjir besar di Makkah sebelum kenabian Baginda S.A.W.

Rasulullah S.A.W bersabda (bermaksud), "Jihad itu berterusan sejak aku dibangkitkan sehingga umatku yang terakhir membunuh Dajjal."

Konsep Kemenangan Islam Yang Hakiki

Kemenangan adalah satu perkara yang sentiasa menjadi matlamat dalam setiap perjuangan. Tidak kira perjuangan itu benar (haq) atau batil, pejuang itu Muslim atau tidak, masing-masing meletakkan harapan untuk mencapai kemenangan dengan berusaha untuk mengatasi yang lain. Islam mempunyai pandangannya yang tersendiri tentang kemenangan, berbeza dengan konsep kemenangan dalam agama atau ideologi serta fahaman lain. Di dalam al-Quran, Allah Taala menggunakan beberapa istilah kemenangan iaitu al-falah, al-fawz, al-nasr dan al-fath. Masing-masing mempunyai pengertian yang berbeza.

Kemenangan dengan istilah "al-falah" melambangkan kemenangan yang umum dan menyeluruh meliputi segala aspek individu, masyarakat umum, dunia dan akhirat. Kemenangan "al-fawz" pula digunakan secara lebih khusus kepada kemenangan atau kejayaan di akhirat. Manakala kemenangan "al-nasr" pula adalah kemenangan dalam jihad kerana membela agama Allah ke atas musuh-musuhNya. "Al fath" pula kejayaan yang diperolehi setelah melalui pelbagai jenis ujian seperti kekalahan, kelemahan, kesedihan dan kesengsaraan.

Kemenangan di Dunia

Di dalam al-Quran, golongan yang memperolehi kemenangan dunia (al-nasr) ini disebut sebagai ghalibun dan dzahirun. Ghalibun memberi maksud orang-orang yang mengalahkan, manakaladzahirun bermaksud orang yang menang. Kemenangan di dunia disebut juga al-fath. Istilah al-fath digunakan oleh al-Quran dalam banyak ayat yang menyentuh tentang kemenangan besar. Contohnya, Allah Taala berfirman dalam Surah al-Fath ayat 1 :

"Sesungguhnya Kami telah membuka bagi perjuanganmu (wahai Muhammad) satu jalan kemenangan yang jelas nyata."

Ulama' sejarah menggunakan istilah al-fath (pembukaan) di dalam setiap kejayan tentera Islam menawan sesuatu wilayah kerana mengambil pengajaran dari al-Quran. Sifat penaklukan itu bukan pemaksaan dan penjajahan, tatapi ia adalah pendedahan manusia kepada Islam, pemerintahannya dan keadilannya. Kemenangan di dunia dapat dilihat dari beberapa aspek sebagaimana dinyatakan di dalam Surah al-Nur ayat 55 :

"Allah menjanjikan orang-orang yang beriman dan beramal soleh dari kalangan kamu (wahai Muhammad!) bahawa Dia akan menjadikan mereka khalifah-khalifah yang memegang kuasa pemerintahan di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka khalifah-khalifah yang berkuasa dan Dia akan menguatkan dan mengembangkan agama mereka dan Dia juga akan menggantikan bagi mereka keamanan setelah mereka mengalami ketakutan (dari ancaman musuh)."

Tiga bentuk kemenangan al-nasr yang dijanjikan itu adalah :

Mendapat kuasa pemerintahan di muka bumi dengan penguasaan pendukung-pendukung ke atas negara atau wilayah dan memegang tampuk pimpinan.

Menguatkan agama Islam dengan mengurniakannya kewibawaan untuk menentukan kehidupan manusia. Dengan kata lain, Islam menjadi asas kehidupan dan undang-undang dalam negara.

Mewujudkan keamanan dalam kehidupan setelah mereka berhadapan dengan pelbagai ancaman, rintangan dan risiko dalam mengharungi perjuangan.

Kemenangan Di Akhirat

Kemenangan di akhirat (al-fawz) adalah kemenangan yang sebenar. Walaupun pejuang-pejuang Islam itu kalah atau gugur di medan peperangan atau sebarang medan perjuangan lain, namun pada hakikatnya mereka telah beroleh kemenangan. Kemenangan inilah yang menjadi matlamat sebenar di dalam perjuangan Islam. Allah Taala menawarkan kemenangan di dalam firmanNya dalam Surah al-Saff ayat 10-12 :

"Wahai orang-orang yang beriman! Mahukah Aku tunjukkan sesuatu perniagaan yang boleh menyelamatkan kamu dari azab seksa yang tidak terperi sakitnya?"

"Iaitu, kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta kamu berjuang membela dan menegakkan agama Allah dengan harta benda dan diri kamu; yang demikian itulah yang lebih baik bagi kamu, jika kamu mengetahui."

"(Dengan itu) Allah akan mengampunkan dosa-dosa kamu dan memasukkan kamu ke dalam taman-taman ( syurga) yang mengalir di bawahnya beberapa sungai, serta ditempatkan kamu di tempat-tempat tinggal yang baik dalam syurga 'Adn. Itulah kemenangan yang besar."

Berdasarkan ayat di atas, kemenangan di akhirat itu meliputi empat perkara :

Mendapat jaminan keselamatan dari azab yang pedih di akhirat.
Mendapat keampunan dari Allah Taala di atas segala dosa yang telah dilakukan.
Dimasukkah ke dalam syurga yang mengalir di bawahnya beberapa sungai yang mengalir.
Mendapat tempat tinggal yang baik khusus di yurga yang bernama 'Adn.

Kemenangan Adalah Janji Allah

Di dalam Islam, kemenangan adalah suatu yang pasti dan perlu diyakini oleh setiap Muslim. Mereka perlu mengimani masa hadapan yang baik dan gemilang untuk Islam. Ini kerana terdapat banyak nas al-Quran dan al-Hadith yang memberitakan bahawa Islam akan berjaya pada suatu hari kelak. Ayat 55 Surah al-Nur di atas tadi dimulakan dengan lafaz - wa'ada - bermaksud "telah menjanjikan", di mana kemenangan di dunia (al-nasr) telah dijanjikan oleh Allah sebagai satu kemestian kepada orang-orang yang beriman dan beramal soleh apabila tiba masanya.

Janji ini bukan sahaja dikhususkan buat umat Muhammad S.A.W, bahkan ia telah dinyatakan oleh Allah Taala sejak zaman Nabi Daud A.S lagi. Firman Allah Taala dalam ayat ke 105 Surah al-Anbiya' :

"Sesungguhnya telah kami wartakan dalam kitab Zabur selepas peringatan bahawa bumi ini akan diwarisi oleh hamba-hambaku yang soleh."Janji Allah Taala ini disebut pula dalam hadith Rasulullah S.A.W (maksudnya); Dari Tamim al-Dari katanya; Aku mendengar Rasulullah S.A.W bersabda, "Akan sampai urusan ini (agama Islam) ke setiap tempat yang sampai padanya malam dan siang. Dan Allah tidak akan membiarkan walau sebuah rumah di bandar dan perkampungan mahupun di pedalaman melainkan akan dimasukkanNya agama ini melalui kemuliaan orang yang mulia atau kehinaan orang yang hina. Dengan kemuliaan Allah memuliakan Islam dan dengan kehinaan Allah menghina kekufuran."

Tamim al-Dari menyatakan bahawa aku telah mengalami perkara itu dalam keluargaku, yang Islam mendapat kebaikan, kemuliaan dan kehebatan, manakala yang kafir mendapat kehinaan, merasa kerdil dan membayar jizyah.

Hadith ini menerangkan bahawa agama Islam akan berkembang seluas-luasnya ke setiap penjuru dunia. Janji Allah dan RasulNya ini telah berlaku untuk peringkat pertamanya dengan berlakunya peristiwa pembukaan-pembukaan negara Islam dan berkembangnya wilayah taklukan Islam sejak zaman Rasulullah S.A.W hingga kurun ke-14 Hijrah.

Kemenangan Adalah Pertolongan Allah

Persoalan pokok dan perkara penting yang membezakan konsep Islam terhadap kemenangan dengan konsep-konsep agama, ideologi dan fahaman lain adalah unsur pertolongan Allah, Islam amat menitik-beratkan hubung-kait manusia Islam dengan Tuhannya dalam perjuangan bahkan dalam setiap aspek kehidupan. Para pendukung perjuangan Islam sentiasa diingatkan tentang peri pentingnya bergantung kepada Allah dan menyakini bahawa kemenangan hanya datang dari Allah apabila dikehendakiNya. Allah Taala berfirman dalam ayat 160 Surah al-Imran :

"Jika Allah menolong kamu mencapai kemenangan maka tidak ada sesiapa pun yang akan dapat mengalahkan kamu; dan jika Ia mengalahkan kamu, maka siapakah yang akan dapat menolong kamu sesudah Allah (menetapkan yang demikian)? Dan (ingatlah), kepada Allah jualah hendaknya orang-orang yang beriman itu berserah diri."

Al-Nasr dalam ayat ini memberi pengertian pertolongan dan kemenangan di dalam perjuangan. Allah Taala mengaitkan persoalan kemenangan dalam ayat ini dengan pernyataan bahawa Allah Yang Maha Perkasa untuk menunjukkan bahawa Dia-lah yang berkuasa memberi kemenangan kepada orang-orang beriman sekalipun jumlah mereka sedikit dan kelengkapan mereka kurang berbanding dengan pihak lawan. Manakala pernyataan bahawa Allah Maha Bijaksana menegaskan bahawa Dia-lah yang lebih mengetahui bilakah masa yang paling sesuai untuk mengurniakan kemenangan dan sebab apakah kemenangan itu tidak diberikan dalam semua keadaan.

Setiap pejuang Islam perlu menyakini bahawa kemenangan adalah kurniaan Allah dan bergantung kepada izin dan kehendak Allah. Bila-bila masa Dia (Allah) boleh mengurniakan kemenangan atau menarik nikmat itu dan memberikan kekuasaan kepada golongan lain. Justeru, para pejuang Islam perlu mengambil berat hakikat ini agar kemenangan Islam itu dibina atas dasar kefahaman dan penghayatan Islam dalam mengisi kemenangan.

- PRESIDEN PAS