Jumaat, 25 November 2011

Hikmah dibalik Ujian: Kutipan Sejumlah Hadist

Hikmah Dibalik Ujian


Assalamualaikum.

“Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicuba dengan suatu musibah).” (HR. Bukhari)

“Apabila Allah menyenangi hamba, maka dia diuji agar Allah mendengar permohonannya (kerendah-hatian dirinya).” (HR. Al-Baihaqi)

“Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku ganti kedua matanya dengan surga.” (HR. Ahmad)

“Tiada seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit, atau kesedihan (kesusahan), sampai pun duri yang menusuk (tubuhnya), kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya.” (HR. Bukhari)

“Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa.” (HR. Bukhari)

“Barangsiapa ditimpa musibah dalam hartanya atau pada dirinya lalu dirahasiakannya dan tidak dikeluhkannya kepada siapapun, maka menjadi hak atas Allah untuk mengampuninya.” (HR. Ath-Thabrani)

“Barang siapa diuji lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, dizalimi lalu memaafkan, dan menzalimi lalu beristighfar, maka bagi mereka keselamatan dan mereka tergolong orang-orang yang memperoleh hidayah.” (HR. Al-Baihaqi)


“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya ujian dan cobaan. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla bila menyenangi suatu kaum, Allah menguji mereka. Barangsiapa bersabar maka baginya manfaat kesabarannya dan barangsiapa murka maka baginya murka Allah.” (HR. Tirmidzi)

“Sa’ad bin Abi Waqqash berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berat ujian dan cobaannya?” Nabi SAW menjawab, “Para nabi kemudian yang meniru (menyerupai) mereka dan yang meniru (menyerupai) mereka. Seseorang diuji menurut kadar agamanya. Kalau agamnya tipis (lemah) dia diuji sesuai dengan itu (ringan) dan bila imannya kokoh dia diuji sesuai itu (keras). Seorang diuji terus-menerus sehingga dia berjalan di muka bumi bersih dari dosa-dosa.” (HR. Bukhari)

“Allah menguji hamba-Nya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu (kualitasnya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan itu yang memang ditimpa fitnah (musibah).” (HR. Ath-Thabrani)

“Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya maka Allah menguji dan mencobanya agar dia mencapai derajat itu.” (HR. Ath-Thabrani)

“Sesungguhnya Allah Azza Wajalla menguji hambanya dalam rezeki yang diberikan Allah kepadanya. Kalau dia ridho dengan bagian yang diterimanya, maka Allah akan memberkahinya dan meluaskan pemberianNya. Kalau dia tidak ridho dengan pemberian-Nya, maka Allah tidak akan memberinya berkah.” (HR. Ahmad)

“Tidak semestinya seorang muslim menghina dirinya. Para sahabat bertanya, “Bagaimana menghina dirinya itu, ya Rasulullah?” Nabi SAW menjawab, “Melibatkan diri dalam ujian dan cobaan yang dia tak tahan menderitanya.”" (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

“Bukanlah dari (golongan) kami orang yang menampar-nampar pipinya dan merobek-robek bajunya apalagi berdoa dengan doa-doa jahiliyah.” (HR. Bukhari)
konteks hadist: ketika seseorang ditinggalkan anggota keluarganya (akibat kematian) pada jaman jahiliyah.

Wassalamualaikum Wr Wb.