Sabtu, 27 Februari 2021

Sifat Paling Dibenci Allah SWT

Karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani sebagaimana disyarahkan oleh Syekh Muhammad Nawawi Banten mengutip keterangan ulama yang menyebutkan 10 sifat paling dibenci Allah SWT pada karyanya Nashaihul Ibad. Karya Imam Al-Asqalani menyebut 10 sifat buruk yang patut dijauhi.

Syekh M Nawawi Banten dalam karyanya Nashaihul Ibad pada halaman 63 mengatakan bahwa sifat-sifat buruk yang dibenci Allah sebenarnya lebih dari sepuluh. Hanya saja 10 sifat ini merupakan sifat yang paling dibenci Allah.

أكبر بغضا من غيرهم


Artinya, “Tetapi 10 hal ini paling dibenci (dibandingkan hal lainnya),” (Syekh M Nawawi Banten, Nashaihul Ibad, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 63).

Imam Al-Asqalani menyebut secara rinci 10 sifat-sifat buruk yang perlu dijauhi:


1. Kebakhilan orang kaya. Sifat bakhil melenyapkan sifat kemanusiaan dan menetapkan sifat kebinatangan.

2. Kesombongan orang fakir miskin.

3. Ketamakan ulama.

4. Kehilangan rasa malu kalangan perempuan.

Syekh Nawawi mengutip hadits riwayat Ad-Dailami yang artinya, “Orang yang tidak memiliki rasa malu, maka tidak ada agama padanya. Siapa saja yang tidak malu di dunia, niscaya ia tidak masuk surga.”

5. Cinta duniawi (hubbud duniya) orang-orang tua setengah baya ke atas.

6. Kemalasan anak-anak muda.

7. Kezaliman penguasa.

Syekh Nawawi mengutip hadits riwayat Al-Hakim yang artinya, “Siapa saja yang meridhai penguasa dengan sesuatu yang membuat Allah murka, niscaya ia telah keluar dari agama Allah.”

8. Rasa takut para tentara/militer dalam menghadapi musuh. Rasa takut adalah kelemahan jiwa yang merintangi tentara untuk berhadapan dengan tentara musuh.

9. Sikap ujub ahli zuhud.

Syekh Nawawi mengutip hadits riwayat Abu Nu'aim yang artinya, “Siapa saja yang memuji dirinya sendiri atas sebuah amal saleh, maka pujiannya itu salah jalan dan gugurlah (pahala) amalnya.”

10. Sikap riya para hamba Allah yang ahli ibadah/ubbad.

Syekh Nawawi Banten mengutip hadits riwayat Ad-Dailami yang artinya, “Waspadalah kalian mencampur ketaatan kepada Allah dengan menyukai pujian manusia karena dapat mengugurkan amal kalian.

” Syekh Nawawi Banten menambahkan catatan pengecualian atas pujian orang lain tanpa ia sendiri menyukainya karena hal itu tidak termasuk riya. Syekh Nawawi Banten mengutip hadits riwayat Imam Muslim dari sahabat Abu Dzar RA yang mengisahkan pertanyaan sahabat, “Bagaimana pendapatmu wahai Rasul tentang seseorang yang berbuat baik dan orang lain memujinya?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Demikian itu adalah kabar gembira yang cepat bagi orang beriman.

Semua ini patut menjadi catatan agar masing-masing orang dapat berbuat sesuatu sesuai dengan kemampuannya dan menjauhkan sifat-sifat tercela. Wallahu a’lam.