Isnin, 25 Julai 2011

Menjawab PERSOALAN HUKUM baju ....... markaz pas fb

بسم الله الرحمن الرحيم

إنَّ الحَمدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا، وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِى اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَ مَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ  أَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ . صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أَمَّا بَعْدُ…
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَأَحْسَنَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمُّدٍ  صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار(صحيح مسليم

Sesungguhnya segala puji hanyalah bagi Allah. Kami memuji-Nya, meminta pertolongan dari-Nya dan meminta ampun kepada-Nya. Dan kami berlindung dengan Allah daripada kejahatan diri-diri kami dan keburukan pekerjaan kami. Dan barangsiapa yang Allah berikan petunjuk maka tiada kesesatan baginya dan barangsiapa yang Allah sesatkan maka tiada petunjuk baginya. Aku bersaksi bahawasanya tiada tuhan yang layak diabdikan diri melainkan Allah, yang Maha Esa (tunggal), tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahawasanya Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya. Semoga Allah melimpahkan salawat dan salam kepada baginda, keluarga dan sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dengan baik hingga Hari Kiamat.
Seterusnya…
Maka sesungguhnya sebenar-benar pertuturan ialah Kitab Allah azzawajalla, dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk Muhammad ﷺ, dan seburuk-buruk urusan ialah perkara-perkara baru (di dalam agama). Maka sesungguhnya setiap perkara baru itu adalah  bid’ah dan setiap bid’ah itu adalah kesesatan, dan setiap kesesatan itu adalah di dalam api neraka.
[Shahih Muslim]
==================

HUKUM PERASAAN VS HUKUM ALLAH...

Firman Allah :
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (البقرة: 216
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu me-nyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)

Ayat ini mengandung hukum wajibnya berjihad di jalan Allah setelah sebelumnya kaum muslimin diperintahkan untuk meninggalkannya, karena mereka masih lemah dan tidak mampu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah ke Madinah dan jumlah kaum muslimin bertambah banyak dan kuat, Allah memerintahkan mereka untuk berperang, dan Allah mengabarkan bahwasanya peperangan itu sangatlah dibenci oleh jiwa karena mengandung keletihan, kesusahan, menghadapi hal-hal yang menakutkan dan membawa kepada kematian. Tapi sekalipun demikian berjihad itu merupakan kebaikan yang murni, karena memiliki ganjaran yang besar dan menghindarkan dari siksaan yang pedih, pertolongan atas musuh dan kemenangan dengan ghanimah dan sebagainya, yang memang menimbulkan rasa tak suka.

وَعَسَى أَن تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ "Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu". Hal itu seperti tidak ikut pergi berjihad demi menikmati istirahat, itu adalah suatu keburukan, karena akan mengakibatkan kehinaan, penguasaan musuh terhadap Islam dan pengikutnya, terjadinya kerendahan dan hina dina, hilangnya kesempatan mendapat pahala yang besar dan (sebaliknya) akan memperoleh hukuman.

Ayat ini adalah umum lagi luas, bahwa perbuatan-perbuatan baik yang dibenci oleh jiwa manusia karena ada kesulitan padanya itu adalah baik tanpa diragukan lagi, dan bahwa perbuatan-perbuatan buruk yang disenangi oleh jiwa manusia karena apa yang diperkirakan olehnya bahwa padanya ada keenakan dan kenikmatan ternyata buruk tanpa diragukan lagi.

Perkara dunia tidaklah bersifat umum, akan tetapi kebanyakan orang bahwa apabila ia senang terhadap suatu perkara, lalu Allah memberikan baginya sebab-sebab yang membuatnya berpaling darinya bahwa hal itu adalah suatu yang baik baginya, maka yang paling tepat baginya dalam hal itu adalah ia bersyukur kepada Allah, dan meyakini kebaikan itu ada pada apa yang terjadi, karena ia mengetahui bahwa Allah Ta’ala lebih sayang kepada hambaNya daripada dirinya sendiri, lebih kuasa memberikan kemaslahatan buat hambaNya daripada dirinya sendiri, dan lebih mengetahui kemaslahatannya daripada dirinya sendiri, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, وَاللهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ "Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". Maka yang pantas bagi kalian adalah kalian sejalan dengan segala takdir-takdirNya, baik yang menyenangkan ataupun yang menyusahkan kalian.

Pelajaran dari Ayat:

Ayat tersebut merupakan penetapan kewajiban jihad dari Allah Ta’ala bagi kaum muslimin. Agar mereka menghentikan kejahatan musuh dari wilayah islam. Dan juga agar supaya tidak tersisa di bumi Allah ini fitnah dan perbuatan syirik.

Ketidaktahuan seseorang terhadap akibat atau balasan sebuah perbuatan ataupun ketentuan Allah, menjadikannya menyenangi perbuatan yang dibenci atau diharamkan, dan menjadikannya membenci dan menjauhi perbuatan yang sebenarnya dicintai dan diridhai Allah, walaupun terkadang bertentangan dengan keinginan dan hawa nafsunya.
Seluruh perintah Allah adalah baik, dan seluruh larangan-laranganNya adalah buruk. Maka dari itu wajib bagi setiap muslim untuk melaksanakan seluruh perintahNya dan menjauhi seluruh larangan-laranganNya.
==================

KALIMAH ALLAH PADA PERALATAN ATAU PAKAIAN : ANTARA ISU dan SENSITIVITI.

Apa akan berlaku apabila melihat sesuatu yang janggal atau pelik yang berkaitan hal keagamaan?? Tepuk dada tanyalah ilmu dan faham serta iman yang berlandaskan displin ilmu sebenar dan janganlah bertanyakan nafsu diri yang tidak berlandas.

Ada yang sekadar berdiam. Persoalan dalam hati ini mungkin ada yang melafazkan atau mungkin sekadar berdiam, boleh jadi kerana tidak mahu kecoh atau tak mau dikatakan jahil (tak tau bertanyalah itu sebaiknya).

Ada segolongan juhala’ pula yang saja-saja kecoh  kerana nak tunjuk pandai apabila melihat para ulama’ berdiam diri dalam hal yang dianggap mereka perkara yang besar seolah-olah ianya dasar agama. Walaupun hakikatnya dalam sesuatu hal yang janggal bagi juhala’ ini tidak janggal pada ulama’.

Golongan ulama hakikatnya berdiam diri kerana hanya sesuatu hukumnya yang tidak bersifat qat’ie sedangkan perkara munkar yang wajib dicegah hanyalah apa yang dikategorikan sebagai munkar qat’ie sahaja. Apalagi jika khilafnya hanyalah dalam skop makruh atau harus.

Berbeza dengan sikap juhala’ mereka kecoh hanya sebab mereka ini merasakan diri terlebih alim daripada para ulama’. Takbur, ujub, riya’ dan sum’ah adalah sifat mazmumah yang menjadi adat para juhala’  ini mesti dibuang-gantikannya dengan sifat mahmudah. Tepuk dada tanya ilmu yang ada..faham yang bagaimana telah dimiliki.

Ada juga yang tidak seronoknya apabila ada pertanyaan yang selalu timbul dibenak fikiran ramai orang dalam hal yang pelik dan janggal ini kadang-kadang terlafaz dalam emosi kemarahan kerana perasaan hub akan kesucian Islam.  Bukankah syaitan itu sering menipu dan memperdaya kita dalam emosi yang pelbagai kadang-kadangnya kerana terlampau ghairah, gembira, sedih, marah, benci, takut atau apa saja. Maka berhati-hatilah dengan sensitiviti kita.

Jika tiada displin dalam mengorek hukum secara berdisplin maka lafaz-lafaz soalannya pasti hanyalah daripada pegangan ‘tansikhul aqli’ samaada sengaja atau tidak. Bukankah Bani Israel itu bersikap melampau dalam persoalan dan pertikaian sehinggakan menyusahkan diri mereka. Bukankah kaedah spekulatif dalam hal agama telah merosakkan ummat terdahulu?

Persoalan ini sering timbul dalam banyak perkara yang pelik dan janggal. Di antaranya, apabila melihat seseorang yang peralatan seperti alat hiasan diri seperti cincin atau pakaiannya bertulis kalimah yang suci seperti asma’ Allah tanpa mengira apa bahasa sekalipun..

Di antara beberapa persoalan yang timbul dan tohmahan daripada sangkaan :
Apa boleh ke baju yg ade tulis Allah bawak masuk toilet..ishh..mesti dia masuk toilet jugak tanpa pecat baju..#$^&* .. Bodoh dan bangang menyusahkan diri takde dosa cari dosa .. pelbagai lagilah ungkapan yang mungkin patut diungkapkan atau tidak akan berlaku sama ada pada hati dan perbuatan; sama ada dalam bentuk kata atau tindakan..

Perasaan janganlah dijadikan hukum TIDAKKAH FIRMAN ALLAH dalam AL BAQARAH : 216 telah menyatakannya ..

Celakalah, para juhala’ yang sombong seperti ustaz terompoh kayu umngok yang kecoh apabila kalimah Allah digunakan secara janggal oleh ulama yang berbeza aliran dengan mereka!! Isu sebegini telah, sedang dan akan terus dipermainkan oleh juhala' ini seperti dalam beberapa isu yang lepas kerana membabitkan kemudaratan kepada politik parti sokongan mereka yang kotor.

Namun tidak dinafikan ada yang jujur, mereka melihat hal ini kerana ‘hubb’nya dengan anggapan hal ini bukan berbicara tentang mohor raja-raja, tetapi  berbicara tentang mohor Tuhan - nama Nya yang dizahirkan, tidak kira di atas apa pun. Apapun niat tidaklah menghalalkan cara sebagaimana telah disebutkan ulamak sufi yang terkenal iaitu Fudhail Bin ‘Iyadh rhm : Niat yang benar (suci) mestilah dilaksanakan dengan cara yang benar (mengikut syariat)

Begitu juga dengan isu baju yang bertuliskan slogan ALLAH, contoh: ALLAH MATLAMAT KAMI atau Semoga ALLAH like! Jika mereka banyak songeh jawab je dengan mudah macammana dengan lencana / logo PDRM.. bukankah bertulis kalimah Allah dan Muhammad???

==================
PERBAHASAN HUKUM.

Berlandaskan kaedah menghukum dalam mazhab Syafi’e iaitu :
الاصل الاشياء الإباحة حتى يدل الدليل التحريم
(asal setiap perkara adalah diperbolehkan sehingga adanya dalil yang menunjukkan akan keharamannya).

Justeru itu, untuk mengatakan tidak boleh mesti ada dalil yang jelas dan khusus tentang larangan perbuatan tersebut selagimana tiada maka ia kekal diperbolehkan.

Dalam hal ini jika ada yang mengatakan hadith yang melarangnya semestinya hanyalah bersandarkan hadith sepertimana hadith dalam Sunan Abi Daud rhm.
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلاءَ وَضَعَ خَاتَمَهُ
Adalah Nabi SAW apabila masuk ke tempat sunyi (tandas / tempat untuk qada hajat) baginda meletakkan meletakkan cincin baginda (diluar)

Lihatlah beberapa komentar para fuqaha mengenai hal ini :
1. Imam asy-Syirazi Rahimahullah berkata dalam kitabnya al- Muhadzdzab : “Jika ada seseorang ingin memasuki tandas dan bersama-samanya ada sesuatu yang terdapat padanya zikir-zikir Allah, maka baginya menjauhkan benda tersebut daripada dirinya  (tidak membawanya masuk ke tandas), kerana telah diriwayatkan oleh Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam apabila hendak memasuki tandas, Baginda meletakkan cincin Baginda itu di luar, ini kerana di atas cincin Baginda itu ada tertulis perkataan محمد رسول الله yang Baginda jadikan sebagai mohor atau cap Baginda dalam urusan surat menyurat.”

ulasan : Imam asy - Syirazi Rhm hanya melafazkan kalimah 'menjauhkan' dengan tidak menyebut hukumnya.

2. Imam an-Nawawi Rahimahullah ketika mengulas kata-kata pengarang kitab al-Muhadzzab ini telah berkata : “Para ulama asy- Syafi‘eyyah telah bersepakat mengatakan bahawa adalah sunat dijauhkan sesuatu yang ada padanya zikir-zikir Allah ketika seseorang itu hendak masuk tandas dan tidaklah wajib ianya dijauhkan daripada dirinya (membukanya).”

Imam an-Nawawi Rahimahullah seterusnya menambah: “Sama ada benda yang tertulis padanya zikir-zikir Allah itu duit perak (dirham) atau emas (dinar) atau cincin atau lainnya, begitu juga jika ada bersama-samanya tangkal ataupun azimat, sunat dijauhkan benda-benda itu daripada dirinya ketika hendak memasuki tandas.”

  ulasan : Imam an-Nawawi pula hanya menyebutkan sunat sebagai ulasan beliau terhadap lafaz 'menjauhkan' dan tidak wajib membukanya sedangkan risiko percikan najis wujud dalam hal ini. (Apakah pula hukumnya jika membasuh pakaian yang tertera kalimah Allah bersama-sama pakaian yang terkena najis? pandai-pandai koranglah!)

Walaubagaimanapun jika dihukumkan makruh jika dibawa masuk ke tandas oleh mana-mana ulama'. Pastinya hanyalah bertujuan bagi memuliakan ayat-ayat al-Qur’an yang terdapat pada alat-alat tersebut dan sebagai mencontohi perbuatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang meletakkan cincin Baginda (di luar) apabila hendak masuk ke tandas kerana terdapat padanya ukiran perkataan محمد رسول الله .

Dalam erti kata yang lain hukum-hukum ini cumalah lebih berkonsepkan fadhailul amal.

MENGAPAKAH HUKUM INI MENJADI KHILAFIAH??

Sedarkah KITA hadith yang menjad perbahasan hukum ini sebenarnya adalah tergolong dalam hadith dhaif,  kerana ia telah di dhaifkan sendiri oleh Imam Abu Daud rhm yang telah mengatakan hadith ini sebagai hadith mungkar.

Di mana Imam Abu Daud rhm menyentuh bab ini di dalam kitab beliau (Sunan Abi Daud) :
   "بَاب الْخَاتَمِ يَكُونُ فِيهِ ذِكْرُ اللَّهِ تَعَالَى يُدْخَلُ بِهِ الْخَلاءُ"
Bab : Cincin Yang Padanya Zikrullah Ta'ala Di Bawa Ke Dalam Tandas

Lihat apa yang tercatat :

-حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ أَبِي عَلِيٍّ الْحَنَفِيِّ عَنْ هَمَّامٍ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْخَلاءَ وَضَعَ خَاتَمَهُ قَالَ أبو داود هَذَا حَدِيثٌ مُنْكَرٌ وَإِنَّمَا يُعْرَفُ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ زِيَادِ بْنِ سَعْدٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا مِنْ وَرِقٍ ثُمَّ أَلْقَاهُ وَالْوَهْمُ فِيهِ مِنْ هَمَّامٍ وَلَمْ يَرْوِهِ إِلا هَمَّام

Nasr bin Ali telah meriwayatkan kepada kami daripada Abu Ali al-Hanafi daripada Hammam daripada Ibnu Juraij daripada Zuhri daripada Anas, beliau berkata:
“Nabi s.a.w. bila hendak masuk ke tempat sunyi (untuk qada hajat)  baginda meletakkan cincinnya (di luar)”.
Abu Daud mengatakan hadits ini adalah hadits mungkar. Di mana beliau menyebut
Hadits ini hanya diketahui daripada Ibnu Juraij daripada Ziyad bin Sa’d daripada Zuhri daripada Anas: “Bahawa Nabi s.a.w. telah memakai cincin perak kemudian baginda membuangnya”. ‘Waham’ dalam hadits ini berpunca dari Hammam dan tidak ada yang meriwayatkannya selain daripada Hammam.

WALLAHU A'LAM..

==================
KESIMPULAN.
Dalam hal ini terutamanya jika menyangkut pakaian yang bertuliskan sesuatu dasar amalan Islam seperti : ALLAH MATLAMAT KAMI, RASUL IKUTAN KAMI, AL QURAN PANDUAN KAMI, JIHAD JALAN KAMI, SYAHID CITA-CITA KAMI. INILAH PERJUANGAN KAMI..

Maka penulis memilih untuk berpakaian sebegitu kerana selain boleh menyebarkan dakwah, penulis juga boleh melunaskan tanggungjawab untuk menyatakan pendirian perjuangan jama'ah yang didokongi untuk memahamkan masyarakat yang menyokong kumpulan atau individu yang bersangka buruk..dengan erti kata lain berusaha menyelematkan mereka dari memfitnah perjuangan Islam.

Apapun buatlah pilihan anda sendiri sama ada nak berhukum dengan hukum harus atau makruh bila nak bawa masuk tandas tu.. pilihlah nak pahala sunat meninggalkan atau tidak

Kaedah Fiqh menyebut :
الإجتهاد لا ينقض بالإجتهاد
Tidak tertolak sesuatu ijtihad dengan (adanya) ijtihad yang lain.

Jelas sekali tidak salah berikhtilaf dalam hukum yang pasti salah dan haram serta dosanya adalah apabila bercakaran sesama sendiri.

Segala yang baik itu datangnya daripada Allah SWT dan yang buruk itu datangnya daripada diri ini yang hina.
==================
PENUTUP

Sebarang kelemahan dan kesilapan di dalam penulisan saya ini di harap mendapat teguran dan tunjuk ajar dari semua pihak, semoga jasa baik yang dicurahkan mendapat pembalasan sebaik-baiknya dari Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani.

Saya sudahi perbicaraan ini dengan menukilkan ucapan Nabi Allah Syu’ib AS yang termaktub ucapannya di dalam Al Quran, ayat ke88 daripada surah Hud. Firman Allah :
Aku hanya bertujuan hendak memperbaiki sedaya upayaku; dan tiadalah aku akan beroleh taufik untuk menjayakannya melainkan dengan pertolongan Allah. KepadaNya jualah aku berserah diri dan kepadaNyalah aku kembali.

SP D.AMAN
23 Sya'ban 1432 / 25 Julai 2011 - 1.50pm
Al Faqir ila afwi Rabbih
Ibn Abdol Haleem As Shindi.