Sabtu, 6 Mac 2021

AKIBAT MELUPAI ALLAH

Kedatangan nabi-nabi, rasul-rasul, mujaddid-mujaddid kepada umat manusia adalah untuk membawa rahmat Tuhan bagi seluruh alam. Rahmat Tuhan yang paling besar adalah kenal Tuhan. Bila manusia kenal Tuhan maka ia akan cinta, takut, rindu, terima kasih dan mendorongnya untuk beribadah dan menyembah Tuhan. Hasil dari kenal Tuhan dan ibadah yang dihayati ini akan mendorongnya berbuat kebaikan kepada manusia dan makhluk-makhluk lain ciptaan Tuhan sehingga wujudlah keamanan, keharmonian dan kasih sayang dalam masyarakat.

Tetapi malangnya di dunia hari ini walaupun manusia masih percaya adanya Tuhan tetapi sudah kehilangan Tuhan dalam kehidupan mereka. Hampir seluruh lapisan dan peringkat masyarakat sudah melupakan Tuhan dalam kehidupan mereka. Rakyat awam, praktisi, pelaku dan pengamat sosial kemasyarakatan, seluruh lapisan rakyat, para pebisnis & pengusaha, guru dan kalangan pendidik, para dai, ulama dan mubaligh, aparat penegak hukum, elemen yudikatif, legislatif serta kalangan pemerintahan pengambil berbagai kebijakan, semuanya sudah melupakan Tuhan. Kalaupun ada hanya sebatas ritual fisik belaka yang tidak mampu mencegah insan-insan tersebut dari kemungkaran dan kejahatan.

Hasil dari melupakan Tuhan ini maka hilanglah cinta terhadap sesama. Kalau terhadap Tuhan yang terlalu berjasa kepada manusia, sehingga patut dicintai, manusia sudah melupakan dan tidak mencintaiNya, maka atas alasan manusia dapat mencintai sesama. Manusia lain itu mungkin tidak ada jasanya kepada dia. Kesan negatifnya terlalu banyak. Manusia sudah tidak berkasih sayang, tidak pemurah, tidak amanah, tidak ada tenggang rasa, tidak ada perikemanusiaan, tidak keadilan dan kerja sama. Kalaupun ada kerjasama bukan atas dasar cinta, tidak ikhlas dan ada kepentingan, mungkin karena ingin keuntungan ataupun untuk menjaga harga diri. Karena itu ikatannya terlalu tipis dan dapat berpecah kapan saja.

Orang yang kehilangan Tuhan bukan saja di kalangan orang yang tidak ikut syariat, bahkan orang yang mengerjakan shalat, membayar zakat, mengerjakan haji dan umroh-pun sudah kehilangan Tuhan. Walaupun mereka banyak di mesjid, tetapi sebenarnya bukan dibuat atas dasar mencintai Tuhan. Sebab itulah tidak lahir kasih sayang, pemurah, kerja sama, bermaaf-maafan. Akibatnya di dalam masjid pun sering terjadi pertengkaran dan perkelahian. Yang menjadi pembohong, memfitnah, menipu, korupsi dan lain-lain kejahatan adalah di kalangan mereka yang shalat, puasa, naik haji, umrah dll. Ibadahnya tidak berbuah. Itulah tandanya ikut Islam tetapi tidak kenal Tuhan. Bukan saja orang politik, pengusaha, polisi, tentara, bahkan ulama dan orang yang shalat pun sudah terpisah dengan Tuhan. Sholat dibuat dalam keadaan hati yang lalai dengan Tuhan. Selepas sholat, meraka menipu, korupsi, membohong memfitnah dan lain. Sholatnya tidak memberi kesan dalam kehidupan sehari-hari.

Cinta Tuhan Jalan Keluar dari Krisis

Penyakit masyarakat ini pernah terjadi juga di zamaan Rasulullah SAW. Untuk mengobati penyakit masyarakat tersebut Rasullah mencanangkan dan menanam kembali rasa tauhid seperti yang begitu tipis di kalangan masyarakat jahiliah ketika itu. Rasulullah mencanangkan kembali supaya manusia terasa akan kebesaran Tuhan, akan kehebatan Tuhan dan akan keperkasaan Tuhan. Rasulullah membaca ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Tuhan itu Maha Perkasa, Maha Agung. Maha Pencipta dan Maha Menjadikan. Tuhan itu yang menghidup dan mematikan kita. Dialah yang memberi nikmat kepada orang yang baik dan akan mengazab orang yang jahat, ketika di atas muka bumi lagi.
Hasil dari usaha ini manusia takut kembali kepada Tuhan, mereka menjadi gerun/gentar dengan kekuasaan Tuhan. Ada para pengikut, terutamanya di kalangan para sahabat yang gemetar apabila mendengar nama Tuhan atau apabila mendengar orang menyebut-nyebut tentang kekuasaan Tuhan.

surat:8 ayat:2Artinya : “Orang Mukmin itu apabila disebut saja nama Tuhan, rasa gerun, rasa takut, dan apabila dibaca ayat-ayat Tuhan, hukum-hukum Tuhan, bertambah iman kepada Tuhan, bertambah percaya kepada Tuhan“, (langsung menyerah diri kepada Tuhan, bertawakkal kepada Tuhannya tanpa syarat) (Al Anfal:2)

Mereka terlalu sensitif dengan Allah. Terasa besarnya nikmat dan kasih sayang Allah kepada mereka yang telah mencurahkan terlalu banyak nikmat dan rahmat. Hal ini mendorong mereka untuk jatuh cinta kepada Allah, melaksanakan apa yang Allah sukai dan meninggalkan semua yang Allah larang. Dari sini lahirlah satu masyarakat yang mengusahakan taqwa, bersungguh-sungguh untuk menjadi orang Tuhan, orang yang hatinya selalu bersama Tuhan. Mereka terdorong untuk menyayangi sesama manusia, berbuat baik kepada orang lain tanpa memandang agama, bangsa dan negara. Buahnya mereka dibantu oleh Allah seperti janjiNya dalam Al Qur’an :

surat:45 ayat:19Allah pembela orang bertaqwa” (Al Jasiyah:19)

Kepada masyarakat yang bertaqwa ini Allah menurunkan keberkatan dari pintu langit dan bumi sebagaimana firmanNya yang bermaksud :

surat:7 ayat:96Seandainya penduduk satu kampung beriman dan bertaqwa, maka akan Kami turunkan keberkatan dari langit dan bumi“. (Al A’raf 96)

Dari sini akan wujudlah satu masyarakat yang begitu unik, indah, menyenangkan, nyaman karena di dalamnya penuh dengan sifat-sifat dan ciri-ciri ukhuwah, kasih sayang, toleransi, rasa bersama, bekerjasama, menyenangkan, nyaman, bersatu padu, bertolak ansur, bermaaf-maafan, doa-mendoakan, bertolong bantu, pemurah, berani di sudut kerohaniannya, berdisiplin, bersih daripada dosa dan noda. Kalau terjadi juga kejahatan, maka terlalu sedikit atau ada tetapi tidak dapat dilihat karena ia telah tenggelam dengan pahala atau kebaikan yang tercetus dari masyarakat Islam.

Buatlah kebaikan atas dasar Cinta Tuhan

Orang yang sudah kenal dan cinta Tuhan, maka sholatnya akan berbuah. Dia bahkan tidak terfikir untuk hasad dengki dengan orang. Ia terlalu bersangka baik pada Tuhan, terlalu melihat keadilan Tuhan pada setiap kejadian yang menyebabkan dia begitu mabuk pada Tuhan. Sholatnya memberi kesan yang mendalam dalam hati dia sehingga dia asyik mahsyuk dengan Tuhan. Melihat kesuksesan dan keberhasilan orang lain, tidak ada sedikitpun hasad dengki di dalam haatinya, bahkan dia ikut menumpang gembira di atas keberhasilan itu. Dia sangat menjaga seluruh anggota badannya dari membuat maksiat, perkara yang sia-sia dan menyakiti orang lain. Jelaslah bahwa cinta dan takuntukan Allah merupakan anak kunci kebaikan dan membunuh kejahatan.

Untuk mendapatkan ini, bermula dengan aqidah. Kalau orang yang nampak baik, tetapi kebaikan itu tidak bertunjang kepada tauhid, tidak dibuat atas dasar untuk mencari redho Tuhan, maka kebaikan itu adalah baik fitrah atau semula jadi. Baik sebenarnya ada beberapa jenis:

1. Baik secara fitrah.

Seseorang itu baik sebab dia hidup dalam lingkungan yang baik. Ayah ibunya, abang adiknya, tetangganya semuanya baik. Di dalam kehidupannya dia tidak pernah melihat orang bertengkar, bergaduh, dia hidup dalam environment yang baik. Tetapi kebaikan itu bukan karena iman dan Tuhan. Itu baik fitrah dan baik fitrah ini tidak ada pahala dari Tuhan, sebab dia buat bukan karena mencari redho Tuhan. Kalau suatu hari orang ini pergi ke luar negeri dia melihat berbagai kejahatan di sana, maka dia akan menjadi rusak. Sebab dia menjadi baik itu bukan di bina oleh iman tetapi oleh lingkungan. Dia tidak tahan uji, mudah tergelincir ke dalam maksiat.

2. Baik berpura-pura

Ada orang yang nampaknya baik, tetapi bukan ditunjang oleh iman. Dia berpura-pura atau bersandiwara untuk jadi baik karena dia memiliki tujuan atau target tertentu, seperti mendapat pujian orang, mudah naik pangkat, mendapatkan proyek dan sebagainya. Orang ini sebenarnya munafiq. Kebaikan yang dia buat tidak kekal. Ia akan baik selama ia ada kepentingan, tetapi begitu kepentingan sudah tercapai, berubahlah wataknya manjadi jahat lagi.

3. Baik atas dasar tauhid

Kebaikan yang dibuat karena seseorang itu cinta dan takuntukan Tuhan, untuk mencari redho Tuhan. Kebaikan inilah yang alami dan biasanya akan berkekalan. Orang yang demikian, kadang bila melihat kesalahan orang lain, dia tidak sanggup menegur secara terbuka karena dia merasakan dirinya lebih jahat dari orang tersebut. Dia doakan. Tetapi bila keadaan berbahaya dia akan tegur dan sekali dia menegur, akan memberi kesan dan perubahan kepada orang yang bersalah tersebut.

Cinta dan Takut Tuhan Kunci Kebaikan Dalam Masyarakat

Dalam Al Qur’an ada ayat yang mengatakan lebih kurang maksudnya orang mukmin itu dia tidak takut dan tidak berduka cita. Sedangkan dalam ayat lain Allah menyuruh kita untuk takut kepada Allah. Pada ayat lain disebut, hanya dengan mengingati Allahlah hati menjadi tenang. Sepintas lalu ayat-ayat ini nampak bercanggah, padahal kalau kita kaji secara mendetail, tidak ada percanggahan.

Duka cita, sedih ini atau jiwa tidak tenang ini ada 2 kategori yang berbeza :

  1. yang berhubungan dengan soal-soal akhirat
  2. yang berhubungan dengan soal-soal dunia

Orang yang tidak kenal Tuhan, dia pemarah, emosi, sedih bukan karena cinta dan takuntukan Tuhan, bukan karena akhirat, bukan karena dosa, tetapi karena takut kehilangan dunia, misalnya karena isteri tidak masak, karena suami lambat pulang, karena anak-anak nakal, karena duit sudah habis, karena kawan marah, ayah ibu marah. Kita takut, risau dan gelisah karena takut kehilangan dunia, takut kehilangan suami yang akan kawin lagi.

Tetapi orang yang beriman dan memiliki rasa bertuhan lain. Dia tidak gelisah, tidak susah hati karena orang marah kepada dia, karena dia tidak ada duit atau tidak ada dunia. Dia susah, gelisah, sedih, risau karena berkaitan dengan hal-hal Tuhan, akhirat, mati. Sebab itu di dalam Qut’an ada 2 bentuk takut : takut dengan tuhan dan takut dengan dunia.

Ada ayat yang mengatakan, ketahuilah bahwa hanya dengan mengingati Allah hati menjadi tenang. Pada ayat lain dikatakan, orang mukmin itu bila disebut nama Allah gemetarlah hatinya. Nampaknya macam doube standard, yang pertama tenang, yang ke-2 gemetar. Walau dia sakit kritis, memiliki berbagai kesusahan dan ujian dunia, jiwanya tidak susah. Tetapi dengan Tuhan, hatinya selalu berombak karena terkenang-kenangkan dosanya selalu, baik fisik dia sakit ataupun tidak sakit. Yang tidak tenang itu dengan Tuhan, dengan akhirat, bukan dengan dunia.

Kita dapat membedakan, orang yang beriman yang tidak tenang dengan akhirat, dengan tuhan, maka dia akan jadi insan yang tenang, tidak emosi, tidak pemarah. Tetapi kalau dia tidak tenang dengan dunia, maka biasanya dia menjadi insan yang pemarah, meragam meradang, gelisah, buat masalah. Pemarah, ego, sombong dan berbagai sifat mazmumah yang lain ada hubungannya dengan rasa bertuhan. Orang yang rasa bertuhannya lemah, walau dia ulama yang banyak ilmu, orang yang banyak sholat dan ibadah, ilmu, sholat dan ibadahnya itu tidak ada hubungan dengan Tuhan, sebab pengaruh dunia pada diri dia lebih besar dari pada pengaruh Tuhan. Kalau Tuhan lebih berpengaruh pada diri dia, maka dia tidak akan jadi emosi, peradang, pemarah, gelisah dan lain-lain.

Dalam sejarah Islam diceritakan ada orang yang pingsan bahkan ada yang mati karena terlalu gelisah dan takuntukan Tuhan. Para sahabat kalau ada angin yang lebih kuat sedikit saja dari biasanya, mereka sudah ketakutan. Bukan ketakutan karena angin itu, tetapi mereka teringat kisah kaum yang mendurhakai Tuhan dahulu. Angin itu kutukan Tuhan. Jadi mereka kaitkan dengan hukuman Tuhan yang sudah membuat banyak dosa. Mereka gelisah, merasa kiamat sudah hampir, sedangkan mereka masih banyak dosa lagi. Kalau takut kepada Tuhan itu sampai menyebabkan dia mati, maka takut itulah yang akan menjadi syafaat di akhirat. Takut dan gelisah dengan Tuhan ini mendorong para sahabat dan salafusaleh untuk berbuat berbagai kebaikan dalam masyarakat bagi menebus dosa-dosa dan kelalaian dia. Akhirnya lahirlah berbagai kebaikan dalam masyarakat.

Kenali Tuhan untuk Cinta dan takut Tuhan

Pepatah Melayu ada mengatakan, tak kenal maka tak cinta. Bagaimana kita akan cinta pada seseorang yang tidak kita kenal? Begitu juga dengan Tuhan. Kita belum kenal Tuhan. Bagaimana kita akan cinta dan takut Tuhan.

Percaya dengan kenal tidak sama. Kadang percaya tidak kenal tidak apa. Percaya saja tanpa yakin tidak akan datang takut, tidak akan datang cinta. Bila tak yakin, maka Tuhan tidak jadi pelindung.

Kalau kita sudah cinta seseorang, maka bila kita ingin berbuat sesuatu, maka dia mesti akan bertanya orang yang dia cintai dulu. Macam kita sayang isteri, bila kita akan berbuat sesuatu, kita mesti bertanya isteri dulu, berbincang dulu. Begit juga kalau kita takuntukan seseorang, kita tidak akan buat sesuatu melainkan melihat dan memperhatikan respon dia. Macam kita takut ayah, sebelum berbuat sesuatu, kita akan tanya ayah dulu, boleh tidak buat ini. Kalau kita cinta pada ayah-ibu kita akan tanya dulu apa saja yang kita akan buat agar menyenangkan hati ayah ibu.

Begitu juga Tuhan. Sekarang orang tidak kenal Tuhan. Orang mengerjakan sholat, membayar zakat, mengerjakan haji, tetapi tidak kenal Tuhan. Bagaimana mereka akan buat sholat, membayar zakat, mengerjakan haji dengan rasa takut. Akhirnya orang yang sholat dengan yang tidak sholat sama saja. Yang tidak sholat menipu, yang sholat juga menipu. Yang tidak sholat rasuah atau korupsi, yang sholat juga rasuah atau korupsi. Yang tidak sholat tidak berkasih sayang, yang sholat juga tidak berkasih sayang. Kalau begitu sholat itu apa gunanya. Syariat sudah jadi macam idiologi, macam kita faham nasionalis, komunis, sosialis. Cara hidupnya tidak ada hubungan dengan Tuhan. Semuanya macam idioloji cuma dilabelkan Islam. Inilah yang sedang melanda semua golongan di dunia, termasuk ulama, kadi-kadi, kiai-kiai.

Sebab itu Rasulullah SAW mengenalkan Tuhan dahulu selama 13 tahun pertama kenabian sebelum memperkenalkan syariat. Syariat yang beribu banyaknya dikenalkan Rasulullah SAW kepada para sahabat hanya selama 10 tahun. Jadi selama 11 tahun para sahabat belum sholat, membayar zakat dan lain-lain. Mengerjakan sholat, membayar zakat tetapi tidak dibuat atas dasar Tuhan, untuk apa. Sebab itu Rasulullah SAW menanamkan cinta Tuhan sampai mereka mabuk dengan Allah. Begitu juga dengan salafusaleh. Begitu mereka kenal dan cinta kepada Allah sampai bercakap-cakap dengan Allah. Misalnya, bila akan keluar rumah dia berkata : Wahai Tuhan, saya akan keluar tolong jaga rumah saya. Sampai di tepi laut akan menangkap ikan, dia bercakap : Tuhan saya di rumah tidak ada lauk, anak ada 3-4 orang, bagilah beberapa ekor ikan. Kalau Engkau tidak bagi pada saya, saya mungkin boleh bersabar, tetapi bagaimana dengan anak saya. Petani, bila dia akan pulang ke rumah, ia akan berkata : Tolong jaga kebun saya wahai Tuhan. Janganlah diserang tikus. Kebun saya tidak banyak, hanya sehektar saja.

Begitulah bila sudah cinta dengan Tuhan, Tuhan akan jadi segala-galanya. Tetapi hari ini sudah tidak ada orang yang berbuat demikian, sebab semua sudah kehilangan Tuhan. Mereka yang haji, sholat, zakat, puasa, sudah kehilangan Tuhan. Akhirnya haji, sholat, zakat, puasa tidak membawa kesan kepada masyarakat. Masyarakat tetap jahat dan bermasalah. Untuk itu marilah kita mulakan kerja-kerja kita dengan mempromosikan Tuhan.