Golongan munafik adalah segolongan manusia yang menyusup ke tengah
barisan orang-orang beriman. Mereka memiliki banyak topeng palsu untuk
melindungi wujud asli mereka demi menyukseskan misi penghancuran barisan
kaum muslimin melalui jalur internal.
Golongan munafik yang berada dalam tubuh umat Islam menyimpan banyak
strategi dan siasat yang begitu licik tanpa peduli halal-haram. mereka
adalah mata-mata yang menyesatkan. Mereka adalah mata orang-orang kafir
dan musuh Islam yang sengaja ditanam. Mereka akan selalu mencari celah
untuk merusak tatanan kehidupan, mental spiritual, dan persatuan kaum
muslimin.
Golongan munafik adalah golongan penduduk bumi yang paling keji. Mereka sangat membahayakan Islam dan kaum muslimin.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِنْ
يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ ۖ
يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ ۚ
قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan
kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka.
Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa
tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah
musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah
membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari
kebenaran)?” (QS. Al-Munafiqun: 4)
Golongan munafik adalah musuh. Mereka adalah musuh nyata yang sangat
membahayakan umat Islam. Oleh sebab itu, keberadaan mereka di tubuh umat
ini harus segera diungkap. Identitas mereka harus segera diungkap.
Strategi-strategi mereka dalam menghancurkan persatuan umat harus segera
dibongkar.
Golongan munafik adalah segolongan manusia yang menampakkan wajah
Islam namun menyembunyikan kekafiran. Golongan munafik pada aslinya
bukanlah golongan orang-orang mukmin. Semua pencitraan yang dilakukan
oleh orang-orang munafik membawa misi membuat kerusakan, fitnah,
mengacaukan serta memperburuk citra Islam dan kaum muslimin.
Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq ath-Thuraifi fakkallahu asrah mengatakan,
“Allah ‘azza wajalla menyebut golongan munafik di dalam al-Quran
lebih banyak dari menyebut kaum Yahudi, sebab golongan munafik
menggunakan perantara-perantara syar’i untuk menghancurkan prinsip dasar
Islam. Keberadaan mereka tersamarkan dari khalayak.”
Golongan munafik adalah kawanan yang berbahaya. Bahaya yang mereka
ciptakan lebih berbahaya dari bahaya yang diciptakan musuh yang memiliki
wujud yang jelas. Oleh sebab itu, Allah ‘azza wajalla menyebut mereka
dengan “Mereka adalah musuh, maka berhati-hatilah,” Allah ‘azza wajalla tidak menyebut mereka dengan “Mereka adalah bagian dari musuh.”
Allah ‘azza wajalla berfirman,
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9)
Allah ‘azza wajalla telah mengungkap banyak sifat munafik di banyak
tempat dalam al-Quran. Sifat-sifat munafik yang ditunjukkan oleh Allah
‘azza wajalla inilah yang dapat dijadikan acuan bagi orang mukmin untuk
mendeteksi keberadaan mereka di balik persembunyiannya di dalam tubuh
barisan kaum muslimin.
Di Dalam Hati Golongan Munafik Terdapat Penyakit
Golongan munafik sejatinya sama sekali tidak memiliki keberanian
mental untuk menunjukkan wujud asli mereka di hadapan orang mukmin.
Mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan kemurnian
keimanan mereka, jika mereka bersikukuh mengaku beriman. Mereka tidak
akan pernah mau terang-terangan jika mereka sebenarnya sangat
mengingkari kebenaran.
Mengapa bisa demikian? Sebab dalam hati golongan munafik terdapat
penyakit. Sejatinnya hati mereka sakit sehingga mereka menyimpang dari
jalan iman.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10)
Golongan Munafik adalah Perusak yang Mengaku Pembawa Perbaikan
Di antara ciri munafik adalah selalu mengaku-aku sebagai pembawa
perbaikan, padahal sebenarnya mereka itulah golongan yang selalu
melakukan aktivitas perusakan di muka bumi ini. Mereka berusaha sekuat
tenaga untuk menghancurleburkan tiap gagasan-gagasan kebaikan.
Dan anehnya, setelah mereka menyelesaikan program-program
penghancuran tersebut, dengan bangga dan tanpa merasa bersalah mereka
mendeklarasikan diri sebagai golongan yang membawa perubahan yang
menebar kebaikan.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
“Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang
yang mengadakan perbaikan’.” (QS. Al-Baqarah: 11)
Fenomena pihak-pihak yang secara lantang mengaku-aku sebagai sang
pembawa perbaikan, mengaku-aku sebagai pahlawan revolusi perbaikan
masyarakat, sebagai tokoh pembangunan negara, negara pengatur perdamaian
dunia, dan semisalnya, padahal secara nyata dan fakta mereka yang
mengaku-aku ini sebenarnya adalah pihak perusak yang harus
mempertanggungjawabkan kerusakan akibat perbuatan mereka di hadapan
umat.
Allah ‘azza wajalla dengan sangat tegas membongkar karakter munafik
mereka ini dengan argumentasi final; merekalah sebenarnya sang perusak
tatanan kehidupan manusia dan alam ini! Merekalah golongan yang
sebenarnya sedang memerangi proyek perbaikan yang dilakukan oleh
orang-orang yang beriman!
Allah ‘azza wajalla berfirman,
أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِنْ لَا يَشْعُرُونَ
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 12)
Golongan Munafik Adalah Golongan Orang-orang Dungu Level Ilusi
Salah satu ciri karakter orang dungu adalah merasa lebih tinggi
levelnya dari orang lain. Mereka lebih suka mengaku diri sebagai
golongan yang memiliki keimanan dan keikhlasan yang kuat. Padahal
sejatinya itu hanyalah ilusi dan klaim belaka. Karena sejatinya mereka
adalah orang-orang dungu yang gemar melakukan penyimpangan. Itulah
mengapa mereka termasuk dalam golongan munafik.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا
أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ
وَلَٰكِنْ لَا يَعْلَمُونَ
“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Berimanlah kamu sebagaimana
orang-orang lain telah beriman’. Mereka menjawab: ‘Akan berimankah kami
sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?’ Ingatlah,
sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (QS. Al-Baqarah: 13)
Golongan Munafik Adalah Manipulator dan Ahli Konspirasi
Golongan munafik memang dikenal sebagai manusia yang paling licik
dalam membuat siasat. Segala bentuk sifat kekejian, pengecut, busuk, dan
kotor melekat pada diri mereka. Mereka memasang wajah palsu sesuai
dengan situasi dan kondisi yang menguntungkan.
Jika mereka sedang berada di tengah kerumunan orang beriman, mereka
mengenakan topeng keimanan hingga tampak samar perbedaan antara
kemunafikan mereka dengan umat beriman. Mereka baru akan membuka topeng
wajah ketika berada di tengah kerumunan orang-orang kafir dan
setan-setan berwujud manusia yang notabene adalah kawan perjuangan
mereka.
Allah ‘azza wajalla berfiman,
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا
خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ
مُسْتَهْزِئُونَ
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: ‘Kami telah beriman’. Dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’.” (QS. Al-Baqarah: 14)
Akan tetapi, Allah ‘azza wajalla menghadapi mereka dengan ancaman
mengerikan yang dapat mengguncang eksistensi mereka sehingga mereka
menjadi kehilangan arah dan terpukul. Jalan yang telah mereka pilih
sejatinya adalah jalan yang menambah parah kesesatan dan permusuhan
mereka terhadap umat beriman.
أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ
“Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka
tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 16)
Bukankah mereka ini adalah segolongan manusia yang menyukai jalan
kemunafikan yang mereka tempuh? Bukankah sebenarnya keimanan telah
berada di depan mata mereka? Bukankah petunjuk Allah ‘azza wajalla telah
nyata di sekeliling mereka?
Namun, karena mereka lebih memilih jalan kemunafikan, maka mereka merasakan sensasi kesesatan jalan yang mereka pilih sendiri.
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا
أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي
ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ
“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya
(yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak
dapat melihat.” (QS. Al-Baqarah: 17)
Dan akhirnya, mereka menanggung hukuman berupa guncangan hati, kesesatan pikiran, dan kebingungan jalan hidup.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ
وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ
حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ
“Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit
disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya
dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan
mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 19)
Mereka pun akhirnya juga harus menanggung kegelapan dan kebutaan penglihatan dan bashirah.
يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ
لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ
اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap
kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan
bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki,
niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya
Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20)
Golongan Munafik Paling Hobi Berkhianat
Golongan munafik di permukaan telah membuat janji dengan Allah ‘azza
wajalla untuk melaksanakan berbagai amal kebaikan, berkomitmen untuk
melaksanakan perintah Allah ‘azza wajalla, namun karena para pengkhianat
janji itu hatinya hampa, akalnya kosong, dan setan-setan telah berhasil
menjajah diri mereka, akhirnya dengan begitu mudahnya mereka berkhianat
terhadap perjanjian yang tela mereka buat dengan Allah ‘azza wajalla.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah:
“Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami,
pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang
yang saleh.” (QS. At-Taubah: 75)
فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ
“Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari
karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka
memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. At-Taubah: 76)
فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ
يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا
يَكَذِبُونَ
“Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai
kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri
terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena
mereka selalu berdusta.” (QS. At-Taubah: 77)
Golongan Munafik Selalu Loyal Kepada Orang Kafir dan Benci Kepada Orang Mukmin
Golongan munafik di mana pun mereka berada pasti menganggap
kemuliaan, kejayaan, dan kemajuan peradaban itu ada pada orang-orang
kafir, sehingga loyalitas mereka persembahkan untuk orang-orang kafir
tersebut.
Sementara rasa benci orang-orang munafik tersebut terhadap
orang-orang beriman tak berkurang sedikit pun meskipun mereka berada di
tengah-tengah mereka.
Mata mereka akan lebih terasa sejuk ketika mendapat informasi tentang
kemajuan ekonomi, teknologi, dan peradaban bangsa-bangsa kafir. Akan
tetapi mereka akan merasa sangat sedih dan kecewa manakala
kemajuan-kemajuan tersebut berada di tangan kaum mukminin.
Kecintaan orang-orang golongan munafik terhadap orang-orang kafir
mereka letakkan jauh di atas dan selalu dijunjung tinggi. Sementara itu,
mereka sama sekali tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap
orang-orang beriman.
Orang-orang munafik lebih senang bergaul dengan orang-orang kafir,
sementara keberadaan mereka di tengah kaum muslimin hanyalah sebuah
kedok palsu yang tampak dari luar di mana mereka memiliki kepentingan
busuk untuk mengacaukan barisan kaum muslimin.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ
لِلَّهِ جَمِيعًا
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi
teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah
mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua
kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An-Nisa’: 139)
Golongan Munafik Senantiasa Merapat ke Barisan Orang Mukmin ketika Kemenangan di Tangan Mereka
Salah satu karakter orang munafik adalah main enaknya sendiri. Ketika
kemenangan jatuh ke tangan kaum beriman, orang-orang munafik ini
merapat kepada mereka untuk mengharap bagian ghanimah.
الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ
مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ
نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ ۚ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan
terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu
kemenangan dari Allah mereka berkata: ‘Bukankah kami (turut berperang)
beserta kamu?’ Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan
(kemenangan) mereka berkata: ‘Bukankah kami turut memenangkanmu, dan
membela kamu dari orang-orang mukmin?’ Maka Allah akan memberi keputusan
di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi
jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang
beriman.” (QS. An-Nisa’: 141)
Golongan Munafik Merasa Bahagia Jika Umat Beriman Ditimpa Musibah dan Ujian
Merupakan karakter dan sifat orang munafik adalah selalu merasa
bahagia ketika umat beriman ditimpa musibah dan ujian. Sebaliknya,
kesedihan dan duka cita mereka tertumpah ketika orang-orang beriman dan
para mujahid fi sabilillah mendapat kebahagiaan dan kemenangan.
إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ
سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا ۖ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا
يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati,
tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika
kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak
mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala
apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran: 120)
Golongan Munafik Adalah Para Penyandang Gelar Murjifun
Al-Irjaf adalah aktivitas menebar berita heboh, bombastis,
tapi kontennya dusta, yang tujuannya untuk menciptakan sebuah kegaduhan
dan kepanikan. Orang yang suka melakukan perbuatan itu disebut dengan Murjif, jamaknya Murjifun.
Tipikal Murjif seperti itu terdapat pada diri golongan
munafik. Mereka gemar menebar berita heboh dan bombastis namun kontennya
dusta. Tujuan mereka adalah memecah belah barisan kaum muslimin,
membuat gaduh, memunculkan kepanikan, adu domba, dan fitnah, sehingga
umat beriman kehilangan persatuan, jati diri, dan kekuatan mereka.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا
“Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang
berpenyakit dalam hatinya berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya tidak
menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya’.” (QS. Al-Ahzab: 12)
Golongan Munafik Adalah Orang-orang Pengecut
Orang-orang munafik akan tampak sifat kemunafikannya ketika mereka
berada dalam situasi yang mencekam seperti ketika sedang terjadi
pertempuran dengan musuh, ketika ditimpa musibah, ujian, dan cobaan yang
begitu berat.
Mereka akan menjadi golongan yang pertama kali lari darinya, mereka
akan menjadi orang yang pertama kali tampak rasa ketakutannya, dan
mereka akan terlihat sebagai orang-orang yang mundur ke belakang dari
medan pertempuran dengan musuh.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
لَئِنْ أُخْرِجُوا لَا يَخْرُجُونَ مَعَهُمْ وَلَئِنْ
قُوتِلُوا لَا يَنْصُرُونَهُمْ وَلَئِنْ نَصَرُوهُمْ لَيُوَلُّنَّ
الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ
“Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak
akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi,
niscaya mereka tidak akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka
menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian
mereka tidak akan mendapat pertolongan.” (QS. Al-Hasyr: 12)
Golongan Munafik Akan Selalu Menolak Berhukum dengan Hukum Allah ‘azza wajalla
Ciri-ciri dan sifat orang munafik yang paling tampak nyata adalah
penolakan mereka terhadap berhukum dengan hukum Allah ‘azza wajalla.
Mereka akan selalu melakukan pencegahan dengan berbagai macam cara dan
modus jika ada syariat Allah ‘azza wajalla yang akan diterapkan untuk mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan berbangsa.
Sebaliknya, orang-orang munafik ini justru akan merasa sangat senang
jika hukum Thagut diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka akan
mencari-cari argumentasi untuk membenarkan dan menguatkan legalitas
pemberlakuan hukum selain dari hukum Allah ‘azza wajalla tersebut.
Mereka akan menempuh berbagai upaya untuk menghancurkan narasi
penegakan syariat dan hukum Allah ‘azza wajalla demi menjaga eksistensi
hukum buatan manusia tersebut. Hati nurani mereka benar-benar telah
dikunci mati oleh Allah ‘azza wajalla dari cahaya kemuliaan Islam.
Isinya hanya benci dan permusuhan terhadap syariat Allah ‘azza wajalla.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا
بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ
يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ
وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالاً بَعِيداً
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya
telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang
diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal
mereka telah diperintah mengingkari thagut itu. Dan setan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa: 60)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ
وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُوداً
“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah kamu (tunduk) kepada
hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul’, niscaya kamu
lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya
dari (mendekati) kamu.” (QS. An-Nisa: 61)
Membongkar Identitas Golongan Munafik, Menyatukan Kembali Barisan Umat Muslim
Keberadaan orang-orang munafik dalam tubuh umat Islam bak duri dalam
daging. Ulah mereka akan selalu memberikan efek negatif bagi umat;
barisan umat terpecah belah, narasi al-Haq dan al-Batil tercampur aduk,
umat menjadi bingung, dan mental umat jatuh.
Oleh sebab itu, para ulama, da’i, dan penyeru umat harus terus
berusaha membongkar identitas oknum-oknum munafik yang bersarang di
dalam tubuh umat ini. Sebagai langkah untuk menyatukan kembali barisan
umat yang telah terlalu lama tercerai-berai.
Kondisi yang menimpa umat saat ini merupakan satu indikasi bahwa
orang-orang munafik yang menyelinap ke dalam tubuh kaum muslimin tidak
diam. Mereka terus bekerja menciptakan kekacauan.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ
وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ
وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik
dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Jahanam dan
itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. At-Tahrim: 9)
Ketika mereka terus bergerak menghancurkan umat dengan strategi
liciknya dari dalam tubuh kaum muslimin, maka perintah Allah ‘azza
wajalla tegas; membongkar identitas mereka, membongkar strategi-strategi
kemunafikan mereka, perangi mereka, dan mengeluarkan mereka dari
barisan kaum muslimin. Para ulama dan pemimpin umat harus segera
bahu-membahu dan merapatkan barisan untuk menyelesaikan amanah umat ini.
Sangat menarik kalimat yang diucapkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq ath-Thuraifi fakkallahu asrah. Beliau mengatakan,
“Allah hanya menyebutkan ciri-ciri golongan munafik dalam Al-Quran
tanpa menyebutkan nama orangnya. Sebab, nama mereka akan berubah di
setiap zaman. Dengan hanya menyebut ciri-ciri mereka, nama mereka akan
muncul dengan sendirinya dan berkumpul untuk mempertahankannya.
Orang-orang akan segera menyaksikan mereka.” Wallahu a’lam [Shodiq/dakwah.id]