Jumaat, 4 Mac 2016

Negara Teluk Tetapkan Hizbullah Lebanon Kelompok Teroris



Negara-negara Teluk (GCC) telah menyatakan bahwa Hizbullah Lebanon sebagai sebuah kelompok teroris. Pernyataan itu menjadi keputusan terbaru terkait kelompok Syiah yang mendukung rezim Suriah pimpinan Bashar Assad itu.

“GCC mengambil keputusan terkait Hizbullah sebagai tindakan permusuhan terhadap milisi yang merekrut orang-orang muda (dari Teluk) untuk melakukan aksi teror,” kata Sekretaris Jenderal GCC Abdullatif Al-Zayani, Rabu (02/03).

GCC merupakan organisasi gabungan dari enam negara yaitu Arab Saudi, Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Penetapan Syiah Hizbullah sebagai kelompok teroris itu merupakan tindakan lanjutan negara Teluk yang diterapkan terhadap Lebanon.

Sebelumnya, Arab Saudi membatalkan pemberian bantuan bagi Lebanon sebesar USD 3 miliar atau senilai lebih dari Rp 39 triliun. Rencananya bantuan tersebut untuk pengadaan perlengkapan militer dari Prancis. Tak bisa dilepaskannya pengaruh Hizbullah dari Beirut menjadi salah satu alasan pembatalan itu.

Syiah Hizbullah merupakan kelompok yang mendapatkan dukungan dari Iran. Keduanya merupakan sekutu utama rezim Bashar Assad. Dalam konflik Suriah dan Yaman kedua negara berlawanan sikap dengan Arab Saudi dan negara-negara Teluk.

Riyadh pun telah memutuskan untuk menghentikan hubungan diplomatik dengan Teheran. Langkah itu diambil menyusul serangan terhadap kantor kedutaan dan konsulat Saudi di Iran, setelah eksekusi mati tokoh Syiah Nimr Al-Nimr.

Sumber: Al Arabiya
Penulis: Imam Suroso



Hizbullah: Gerakan Syiah Dari Lebanon

Hizbullah (Bahasa Arab: ‮حزب الله‬ Hezbollah, Bahasa Indonesianya berarti "Partai Allah / Partai Tuhan") adalah organisasi politik dan paramiliter dari kelompok Syiah yang berbasis di Libanon. Hizbullah didirikan pada tahun 1982 dan mempunyai pengaruh besar dalam politik Libanon dengan memberikan pelayanan sosial, mendirikan sekolah-sekolah, rumah sakit, membuka daerah pertanian serta perlayanan lainnya untuk ribuan warga Syiah Libanon. Dengan sendirinya, Hizbullah kemudian dianggap sebagai cermin gerakan perlawanan di dunia Arab dan Muslim dunia.

Pada awalnya para pemimpin Hizbullah mengatakan bahwa gerakan ini bukanlah sebagai sebuah organisasi, oleh karena itu tidak mempunyai kartu anggota, hiraki kepemimpinan dan struktur organisasi yang jelas.

Sejarah kelahiran Hizbullah memiliki kaitan erat dengan revolusi Islam di Iran, di bawah pimpinan Ruhullah Al Musawi Khomaini pada tahun 1979. Semenjak tahun 1982 Hizbullah mulai mendapatkan legalitas dalam memberikan perlawanan terhadap penjajah Israel di Lebanon. Pada tahun 1985 Hizbullah secara resmi mendukung Revolusi Islam di Lebanon. Strategi politik dan militer Hizbullah pun dinilai sukses, terbukti dengan hengkangnya Zionis dari tanah Lebanon, pada tahun 2000.

Asal Mula Hizbullah

Berdirinya organisasi Hizbullah tidak terlepas dari paham Syi’ah, yang berkiblat ke Madrasah Ad-diniyah Najaf dan partai dakwah Islam yang diketuai oleh Muhammad Baqir As-Sadr di Irak. Lembaga ini telah mencetak generasi-generasi militan Syi’ah di Lebanon. Satu diantaranya adalah Musa As-Sadr, pendiri Harakah AMAL (Batalyon Perlawanan Lebanon) yang saat ini dipimpin oleh Nabih Berre yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Lebanon.

Ketika kancah perpolitikan Lebanon mulai nampak keruh pada tahun 1978, As-shadr tiba-tiba menghilang dari kancah perpolitikan. Bersamaan dengan itu muncullah nama Muhammad Husain Fadlullah sebagai figur di dunia pendidikan dan politik, yang secara tidak langsung memengaruhi kondisi perpolitikan di Lebanon. Namanya kian mencuat seiring dengan berdirinya Hizbullah. Bahkan ia sempat dinobatkan sebagai pimpinan spiritual Hizbullah. Akan tetapi ia menolaknya. Namun tak seorangpun memungkiri kiprah Fadlullah dalam memajukan Hizbullah, baik dalam bidang politik maupun militer.

Para Petinggi Partai

Hizbullah tidak menerapkan sistem kepemimpinan yang jelas hingga tahun 1989. Kebijakan-kebijakan yang diambil biasanya dilakukan dengan cara mufakat. Pemilihan pimpinan tertinggi pertama baru digelar pada tahun 1989, dan terpilihlah Shubhi Thufaili, sebagai pimpinan Hizbullah untuk masa jabatan 1989-1991.

Kemudian, terpilihlah Syekh Abbas Al Musawi, yang masa jabatannya tak lebih dari sembilan bulan. Setelah Abbas Al Musawi, diangkatlah Hasan Nashrullah sebagai ketua Hizbullah sejak tahun 1992 hingga sekarang.

Penopang Kekuatan

Aktivitas Hizbullah lebih dominan dilakukan di daerah yang mayoritas berpenduduk Syi’ah, seperti pinggiran kota selatan Beirut, daerah lembah Bekaa dan wilayah Selatan Lebanon. Dukungan juga datang dari penduduk sekitar tiga kawasan tersebut. Pada umumnya yayasan Hizbullah merupakan perpanjangan tangan dari yayasan “Um” di Iran. Kegiatannya berkonsentrasi dalam bidang sosial kemasyarakatan, dan salah satunya adalah memdirikan Channel Televisi Al Manar

Hubungan dengan Iran

Berdasarkan pernyatan sikap Hizbullah, pada tanggal 16 Februari 1985, ditegaskan bahwa, “Hizbullah akan mematuhi perintah pemimpin yang bijaksana dan menjunjung tinggi keadilan dalam bentuk Wilayatul Faqih dibawah pimpinan Ruhullah Ayatullah Al Khomaini, sang pencetus lahirnya Revousi Islam dan pelopor kebangkitan Islam”.

Para petinggi Hizbullah menyatakan bahwa hubungan kelompoknya dengan Iran berawal dari pemahaman yang sama, yaitu aliran Syi’ah. Mereka menjadikan para pemimpin Syi’ah di Iran sebagai rujukan dalam masalah agama dan politik. Namun setelah wafatnya Ayyatullah Khomeini, muncul banyak pendapat yang menolak sistem kepemimpinan ala Khomeini. Hal ini membuka kesempatan untuk berdiskusi lebih tajam dalam mengambil setiap kebijakan. Sekalipun demikian, Hizbullah tetap menjadikan Iran sebagai kiblat politik dan budaya. Maka wajar apabila Hizbullah lalu mendapatkan sokongan materi dari Iran, disamping bantuan lain yang didapat dari iuran anggota.

Perlawanan Hizbullah

Hizbullah ikut terlibat dalam perang saudara di Lebanon, bahkan ia berhasil menguasai kamp militer di tepi selatan kota Beirut. Akan tetapi para petinggi Hizbullah mengatakan bahwa, peran militernya dalam peperangan yang berlangsung, semata-mata bukan untuk kepentingan internal Hizbullah.

Di tahun 1988, Hizbullah pernah berseteru dengan Gerakan AMAL Syi’ah, yang menewaskan puluhan korban dari kedua belah pihak. Peristiwa ini memberi pengaruh buruk terhadap kondisi politik dan sosial masyarakat Syiah di Lebanon, dan hampir menyebabkan terjadinya perpecahan di dalam kubu Syi’ah. Namun kedua kubu tersebut tetap berupaya meredakan peperangan ini dan beusaha membina hubungan baik. Pemandangan semacam ini merupakan hal yang wajar terjadi dalam pemilu di Lebanon pasca-perjanjian Thaif.

Keterlibatan Hizbullah dengan Palestina

Hizbullah bukanlah Lebanon. Posisinya mungkin hampir sama persis dengan para pendukung dan pengusung Syiah di semua negara. Walaupun selalu mengobar-ngobarkan semangat peperangan terhadap Israel di media, namun catatan sejarah menunjukkan bahwa Hizbullah tidak pernah bentrok secara langsung dengan Israel. Bahkan ketika tragedi Gaza meletus tahun 2009 yang menewaskan sekitar 1500 orang Palestina, Hizbullah menyatakan bahwa mereka tidak ada kaitannya sama sekali dengan Hamas atau Gaza.

Walaupun disebut-sebut sebagai organisasi teroris, sampai sekarang, Hizbullah tetap aktif dan berkembang secara tentram dan damai di Lebanon. (sa/wikipedia/berbagaisumber)