Ahad, 11 Disember 2011

Kezaliman adalah Kegelapan pada Hari Kiamat


(ditulis oleh: Al-Ustadzah Ummu Ishaq Al-Atsariyyah)
Rasul yang mulia pernah bersabda:
“Kezaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ulama kita menerangkan dengan berpatokan pada hadits di atas bahwa kezaliman merupakan sebab kegelapan bagi pelakunya hingga ia tidak mendapatkan arah/jalan yang akan dituju pada hari kiamat atau menjadi sebab kesempitan dan kesulitan bagi pelakunya. (Syarhu Shahih Muslim 16/350, Tuhfatul Ahwadzi kitab Al-Birr wa Shilah ‘an Rasulillah n, bab Ma Ja`a fizh Zhulum)

Mungkin ada di antara kita yang masih bertanya-tanya, apa sih yang dimaksudkan dengan zalim? Dalam bahasa Arab, zalim bermakna meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Asal kata zalim adalah kejahatan dan melampaui batas, dan juga menyimpang dari keseimbangan. (An-Nihayah fi Gharibil Hadits, bab Azh-Zha’ ma‘a Al-Lam).

Sadar ataupun tidak, kita sering berbuat zalim. Padahal kezaliman bukanlah perkara remeh. Hukumnya haram dalam syariat Allah. Bahkan Allah I mengharamkannya bagi diri-Nya. Dia Yang Maha Suci berfirman dalam hadits qudsi:
“Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian maka janganlah kalian saling menzalimi…” (HR. Muslim)
Mengingat hal di atas, dalam rubrik ini kita coba membahas tentang kezaliman, semoga dapat menjadi peringatan yang bermanfaat.
“Berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi kaum mukminin.” (Adz-Dzariyat: 55)


Bentuk-Bentuk Kezaliman
Kezaliman banyak bentuknya, di antaranya:
1.    Berbuat zalim pada diri sendiri, dengan melakukan dosa-dosa dan kemaksiatan.
Allah I telah melarang dari berbuat zalim seperti ini sebagaimana dalam firman-Nya:
“Janganlah kalian menzalimi diri-diri kalian pada bulan-bulan haram1 itu     (dengan melakukan perbuatan yang dilarang).” (At-Taubah: 36)

2.    Kezaliman seseorang kepada saudaranya, bisa jadi dengan cara:
  • ia melanggar kehormatan saudaranya
  • ia menyakiti tubuh saudaranya
  • ia mengganggu/merampas harta saudaranya
Semua ini diharamkan. Nabi kita yang mulia n telah bersabda:
“Sesungguhnya darah, harta, dan kehor-matan kalian adalah haram bagi kalian (untuk ditumpahkan, dirampas, dan dilanggar), sebagaimana keharaman hari kalian ini, pada bulan kalian ini dan di negeri kalian ini.” (HR. Bukhari dan Muslim)

3.    Mengubah perkara yang Allah I syariatkan
Mengganti (bongkar pasang) syariat yang diturunkan dari atas langit dengan aturan atau undang-undang rendahan yang dibuat oleh manusia, termasuk kezaliman yang terbesar. Allah I berfirman mengancam orang-orang yang tidak mau berhukum dengan syariat-Nya:
“Siapa yang tidak mau berhukum dengan hukum yang Allah turunkan maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (Al-Ma`idah: 45)
Mereka berbuat zalim karena mereka telah menempatkan perkara tidak pada tempat yang semestinya.

4.    Menzalimi hewan
Rasulullah n pernah bersabda:
“Ada seorang wanita yang diazab karena seekor kucing yang diikat/ dikurungnya hingga mati, si wanita masuk neraka karenanya. Kucing itu tidak diberinya makanan, tidak diberinya minum, tidak pula dilepaskannya hingga bisa memakan serangga/hewan yang ada di tanah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sa‘id ibnu Jubair t berkata: “Suatu ketika saat aku sedang berada di sisi Ibnu ‘Umar c, mereka melewati anak-anak muda atau sekumpulan orang yang menancapkan seekor ayam betina sebagai sasaran bidikan anak panah     yang dilemparkan. Ketika anak-anak muda itu melihat Ibnu ‘Umar, mereka pun bubar meninggalkan ayam tersebut. Ibnu ‘Umar c berkata: “Siapa yang melakukan hal ini? Sesungguhnya Nabi n telah melaknat orang yang melakukan perbuatan seperti ini.” (HR. Bukhari)

5.    Membedakan manusia dalam penerapan hukum berdasarkan status sosial.
Perbuatan seperti ini sama artinya membuat kerusakan di muka bumi karena akan menumbuhkan kecemburuan, kebencian, dan permusuhan di tengah masyarakat yang berbeda-beda status sosialnya. Tentunya muara dari semua ini adalah kebinasaan, sebagaimana keadaan umat terdahulu yang diberitakan oleh Rasulullah:
“Hanyalah yang membinasakan orang-orang sebelum kalian adalah ketidakadilan mereka, di mana bila ada orang mulia di kalangan mereka yang mencuri, mereka biarkan (tidak diberi sangsi hukum), namun bila yang mencuri itu orang yang lemah, mereka tegakkan hukum had padanya.” (HR. Ahmad, dishahihkan dalam Shahihul Jami` no. 2344)

Maha Suci Allah dari Berbuat Zalim
Allah mengharamkan perbuatan zalim dan Dia mensucikan diri-Nya dari sifat tersebut.
“Dan sesungguhnya Allah tidaklah menzalimi hamba-hamba-Nya.” (Ali ‘Imran: 182)
“Sesungguhnya Allah tidaklah berbuat zalim walau seberat semut yang kecil.” (An-Nisa: 40)
Dalam hadits qudsi, Allah berfirman:
“Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya Aku mengharamkan kezaliman atas diri-Ku…” (HR. Muslim)
Berbuat Zalim adalah Tabiat Manusia
Allah I berfirman:
“Sesungguhnya manusia itu sangatlah zalim lagi kufur.” (Ibrahim: 34)
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim lagi amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72)

Dua ayat di atas cukuplah menjadi dalil bahwa manusia memiliki tabiat suka berbuat zalim. Karenanya, kita harus mencari obat penyembuh dari penyakit tabiat tersebut. Bukankah Allah telah memerintahkan kita untuk membersihkan tabiat jiwa dari perkara yang mengotorinya?
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotori jiwanya.” (Asy-Syams: 9-10)

Penyucian jiwa tersebut dilakukan dengan memaksanya agar mencocoki dan menyepakati manhaj/aturan Allah


Cara Membersihkan Jiwa dari Berbuat Zalim
Allah I memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bersungguh-sungguh memaksa jiwa mereka agar bersih dari perbuatan yang rendah baik berupa kezaliman, sombong, hasad, dan selainnya. Allah I menjanjikan untuk memberikan petunjuk kepada jalan keselamatan bagi orang yang berbuat demikian karena mengharapkan wajah-Nya.

“Orang-orang yang bersungguh-sungguh berupaya mencari keridhaan Kami, niscaya Kami akan memberi mereka petunjuk kepada jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat ihsan.” (Al-’Ankabut: 69)
Berikut ini beberapa hal yang dapat membantu seseorang agar terhindar dari berbuat zalim:

1.    Bertakwa kepada Allah
Takwa sebagai wasiat Allah I kepada hamba-hamba-Nya yang awal sampai yang akhir, merupakan asas agama ini. Dengan takwa seorang hamba akan     menahan dirinya dari melanggar batasan-batasan Allah I. Karena itu setiap jiwa hendaklah merealisasikan takwa dan mengetahui keagungan dan kebesaran Allah .

“Mereka tidaklah mengagungkan Allah dengan sebenar-benar pengagungan, padahal bumi seluruhnya berada dalam genggaman-Nya pada hari kiamat,     dan langit-langit dilipat dengan tangan kanan-Nya. Maha suci Dia lagi Maha     Tinggi dari apa yang mereka sekutukan.” (Az-Zumar: 67)
Seorang yang berbuat zalim seandainya memiliki pengagungan kepada Allah I dengan sebenar-benar pengagungan niscaya ia akan menarik diri dan berhenti dari kezaliman yang dilakukannya.

2.    Tawadhu‘/rendah hati
Nabi n memberi penekanan untuk bersikap tawadhu‘.
“Sesungguhnya Allah I mewahyukan kepadaku agar hendaknya kalian bersikap tawadhu’ hingga seseorang tidak berbuat zalim kepada orang lain,     dan seseorang tidak me-nyombongkan diri di hadapan orang lain.” (HR.     Muslim)

Tawadhu‘ adalah obat kezaliman, adapun sombong merupakan sebab . Tawadhu‘ ini bisa diupayakan oleh seseorang dengan cara terus     melatih dan membiasakan jiwanya agar bersikap tawadhu‘.

3.    Melepaskan diri dari sifat hasad
Karena hasad merupakan sebab kezaliman dan Nabi n sendiri telah melarang dari berbuat hasad.
“Dan janganlah kalian saling hasad…” (HR. Muslim)

4.    Menganjurkan jiwa untuk ber-semangat meraih apa yang Allah I janjikan kepada orang-orang yang berlaku adil/tidak zalim.
Rasulullah n bersabda:
“Ada tujuh golongan yang dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya …”
Di antara tujuh golongan itu disebutkan:
“Pimpinan yang adil.” (HR. Muslim)
Beliau n juga bersabda:
“Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya di sebelah kanan tangan kanan Ar-Rahman dan kedua tangan-Nya kanan….” (HR. Muslim)

5.    Menghadap kepada Allah I dengan doa yang sungguh-sungguh.
Allah I Maha Mengabulkan doa sebagaimana Dia berfirman:
“Rabb kalian telah berfirman: ‘Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku akan mengabulkan permintaan kalian…’.”
Maka semestinya seorang hamba senantiasa berdoa memohon pertolongan kepada-Nya agar dirinya dihindarkan dari perbuatan zalim. Wallahul musta’an.
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.