Jumaat, 18 Mac 2016

Islam Akan Jadi Agama Terbesar di Amerika



Jika tren-tren demografi saat ini berlanjut, Muslim dapat menjadi kelompok agama terbesar kedua di Amerika Serikat pada 2050, melampaui Yahudi, yang saat ini berada di posisi kedua, menurut lembaga penelitian Pew Research Center.

Muslim-muslim di AS memiliki tingkat fertilitas tertinggi dan usia rata-rata termuda di antara kelompok agama besar di negara tersebut, yang membantu mendorong pertumbuhannya, menurut Michael Lipka dari Pew Research Center.

Jumlah orang yang diidentifikasi sebagai Yahudi diperkirakan turun dari 1,8 persen pada 2010 menjadi 1,4 persen pada 2050.

Pada 2010, usia rata-rata Yahudi Amerika adalah 41 tahun, sementara usia rata-rata Muslim adalah 24, atau berbeda 17 tahun.

Selain itu, rata-rata Yahudi memiliki 1,9 anak per perempuan sementara angka untuk Muslim AS adalah 2,8, menurut Pew.

Pada sebuah survei tahun 2013, Pew menemukan bahwa lebih dari 22 persen Yahudi dewasa di AS menganggap diri mereka ateis, agnostik atau tidak berafiliasi dengan keyakinan apapun, namun masih mengidentifikasi diri sebagai Yahudi.

Pew tidak menyertakan orang-orang ini dalam populasi Yahudi.

Jika angka-angka yang diproyeksikan tersebut menyertakan kelompok Yahudi secara "etnis" atau "budaya" ini, mungkin populasi Yahudi yang terdefinisikan secara luas masih melampaui jumlah Muslim pada 2050.

Apapun perubahannya, secara keseluruhan, Amerika Serikat diperkirakan masih akan menjadi negara dengan mayoritas Kristen.

Pada 2010, lebih dari tiga perempat orang Amerika atau 78,3 persen teridentifikasi sebagai Kristen. Namun semakin banyak orang Amerika menganggap diri mereka tidak berafiliasi dengan agama manapun, dan pada 2050, jumlah orang yang menganggap diri mereka Kristen diperkirakan akan turun sampai 66.4 persen.

Hikmah Terkini


Motivasi Menjadi Muslim

Pertama, karena kehidupan mereka yang sebelumnya sekuler, tidak terarah, tidak punya tujuan, hidup hanya money, music and fun. Pola hidup itu menciptakan kegersangan dan kegelisahan jiwa. Mereka merasakan kekacauan hidup, tidak seperti pada orang-orang Muslim yang mereka kenal. Dalam hingar bingar dunia modern dan fasilitas materi yang melimpah banyak dari mereka yang merasakan kehampaan dan ketidakbahagiaan. Ketika menemukan Islam dari membaca Al-Qur’an, dari buku atau kehidupan teman Muslimnya yang sehari-harinya taat beragama, dengan mudah saja mereka masuk Islam.

Kedua, merasakan ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan yang tidak pernah dirasakannya dalam agama sebelumnya yaitu Kristen. Dalam Islam mereka merasakan hubungan dengan Tuhan itu langsung dan dekat. Beberapa orang Kristen taat bahkan mereka sebagai church priest mengaku seperti itu ketika diwawancarai televisi. Allison dari North Caroline dan Barbara Cartabuka, seorang diantara 6,5 juta orang Amerika yang masuk Islam pasca 9/11, seperti diberitakan oleh Veronica De La Cruz dalam CNN Headline News, Allison mengaku “Islam is much more about peace.” Sedangkan Barbara tidak pernah merasakan kedamaian selama menganut Katolik Roma seperti kini dirasakannya setelah menjadi Muslim.

Demikian juga yang dirasakan oleh Mr. Idris Taufik, mantan pendeta Katolik di London, ketika diwawancara televisi Al-Jazira. Mantan pendeta ini melihat dan merasakan ketenangan batin dalam Islam yang tidak pernah dirasakan sebelumnya ketika ia menjadi mendeta di London. Ia masuk Islam setelah melancong ke Mesir. Ia kaget melihat orang-orang Islam tidak seperti yang diberitakan di televisi-televisi Barat. Ia mengaku, sebelumnya hanya mengetahui Islam dari media. Ia sering meneteskan air mata ketika menyaksikan kaum Muslim shalat dan kini ia merasakan kebahagiaan setelah menjadi Muslim di London.

Ketiga, menemukan kebenaran yang dicarinya. Beberapa konverter mengakui konsep-konsep ajaran Islam lebih rasional atau lebih masuk akal seperti tentang keesaan Tuhan, kemurnian kitab suci, kebangkitan (resurrection) dan penghapusan dosa (salvation) ketimbang dalam Kristen. Banyak dari masyarakat Amerika memandang Kristen sebagai agama yang konservatif dalam doktrin-doktrinnya. Eric seorang pemain Cricket di Texas, kota kelahiran George Bush, berkesimpulan seperti itu dan memilih Islam. Sebagai pemain cricket Muslim, ia sering shalat di pinggir lapang. Di Kristen, katanya, sembahyang harus selalu ke Gereja.

Seorang konverter lain memberikan kesaksiannya yang bangga menjadi Muslim. Ia menjelaskan telah berpuluh tahun menganut Katolik Roma dan Kristen Evangelik. Dia mengaku menemukan kelemahan-kelemahan doktrin Kristen setelah menyaksikan debat terbuka tentang “Is Jesus God?” (Apakah Yesus itu Tuhan?) antara Ahmad Deedat, seorang tokoh Islam dari Afrika Selatan dan seorang doktor teologi Kristen. Argumen-argumen Dedaat dalam diskusi menurutnya jauh lebih jelas, kuat dan memuaskan ketimbang teolog Kristen itu. Deedat, menurutnya, menumbangkan “every single point of argument” lawan debatnya. Menariknya, misi awalnya ia menonton debat agama itu justru untuk mengetahui Islam karena ia bertekad akan menyebarkan injil ke masyarakat-masyarakat Muslim. Yang terjadi sebaliknya, ia malah menemukan keunggulan doktrin Islam dalam berbagai aspeknya dibandingkan Kristen. Angela Collin, seorang artis California yang terkenal karena filmnya Leguna Beach dan kini menjadi Director of Islamic School, ketika diwawancarai oleh televisi NBC News megapa ia masuk Islam, ia mengungkapkan: “I was seeking the truth and I’ve found it in Islam. Now I have this belief and I love this belief,” katanya bangga.

Keempat, banyak kaum perempuan Amerika Muslim berkesimpulan ternyata Islam sangat melindungi dan menghargai perempuan. Dengan kata lain, perempuan dalam Islam dimuliakan dan posisinya sangat dihormati. Walaupun mereka tidak setuju dengan poligami, mereka melihat posisi perempuan sangat dihormati dalam Islam daripada dalam peradaban Barat modern. Seorang convert perempuan Amerika bernama Tania, merasa hidupnya kacau dan tidak terarah jutsru dalam kebebasannya di Amerika. Ia bisa melakukan apa saja yang dia mau untuk kesenangan seperti seks, drug, free-party dan having fun lainnya, tapi ia rasakan malah merugikan dan merendahkan perempuan. Setelah mempelajari Islam, awalnya merasa minder. Setelah tahu bagaimana Islam memperlakukan perempuan, ia malah berkata “women in Islam is so honored. This is a nice religion not for people like me!” (perempuan dalam Islam begitu dihargai. Ini adalah agama yang indah dan mulia bukan untuk orang seperti saya!) katanya. Dia masuk Islam setelah mempelajarinya beberapa bulan dari teman Muslimnya.

Perkembangan Islam di dunia Barat sesungguhnya lebih prospektif karena mereka terbiasa berfikir terbuka. Dalam keluarga Amerika, pemilihan agama dilakukan secara bebas dan independen. Banyak orang tua mendukung anaknya menjadi Muslim selama itu adalah pilihan bebasnya dan independen. Mereka mudah saja masuk Islam ketika menemukan kebenaran disitu. Angela Collin menjadi Muslim dengan dukungan kedua orang tua. Ketika diwawancarai televisi NBC, orang tuanya justru merasa bangga karena Angela adalah seorang “independent person.” Nancy seorang remaja 15 tahun, masuk Islam setelah bergaul dekat temannya keluarga Pakistan dan keluarganya tidak mempermasalahkan walaupun telah lama hidup dalam tradisi Kristen.

Sumber:
https://moeflich.wordpress.com/2008/03/18/islam-di-amerika-keajaiban-bernama-911/