Isnin, 1 April 2013

POLITIK DAN AGAMA TIDAK BOLEH DIPISAHKAN


Salah satu ciri masyarakat sekuler adalah memisahkan urusan dunia dengan urusan agama. Agama pada satu sisi dan dunia pada urusan (sisi) yang lain. Agama adalah urusan akhirat, berbeda dengan dunia. Masyarakat sekuler menganggap bahwa agama tidak ada kaitan dengan urusan dunia mereka, agama adalah urusan pribadi.

Ungkapan-ungkapan yang sering dimunculkan oleh kelompok sekuler ini adalah: JANGAN BAWA-BAWA AGAMA DALAM URUSAN POLITIK. Bagi mereka berpolitik tidak perlu agama, tidak perlu aturan agama, tidak perlu dibingkai dengan nilai agama, sehingga wajar politik itu menjadi sesuatu yang kotor. Kotor karena perilaku politikusnya yang jauh dari nilai-nilai agama. Akibatnya dusta dalam politik itu biasa, mencaci orang lain biasa, menyikut orang lain itu biasa, korupsi itu biasa.

Bagi kelompok sekuler kenapa agama harus dijauhkan dari politik? biar mereka bisa korupsi, bisa menjelekkan orang lain, bisa menyikut orang lain, bisa menghancurkan lawan tanpa diatur-atur oleh agama. Sehingga mereka sangat alergi sekali jika ada orang atau kelompok yang menjadikan agama sebagai bingkai dalam kehidupan dunia mereka, salah satunya dalam berpolitik. Bagi mereka itu aneh, masak politik digabung-gabung dengan agama. Sama anehnya, Setan digabung dengan malaikat.

Padahal kalau kita baca kitab suci Al-quran, disana dijelaskan bahwa: “….Masuklah kedalam Islam itu secara keseluruhan..”. Artinya: beragama itu dalam seluruh aspek kehidupan, ya pribadi, ekonomi, politik, sosial, pendidikan, budaya, semuanya. Apapun aspek kehidupan harus dibingkai dengan nilai-nilai agama, sehingga terhindar dari kemudharatan dan kehancuran.
Jangankan politik yang berhubungan dengan hajat hidup orang banyak, dalam agama untuk masuk kamar kecil (wc) aja ada aturannya. Makan dan minum, cara berpakaian, bagaimana tata cara menerima tamu dan seterusnya semua ada aturan dalam agama.

Jadi faham yang mengatakan bahwa agama jangan dibawa-bawa dalam urusan dunia, jelas adalah faham yang keliru dan awalnya faham ini hanya dipakai oleh orang-orang yang tidak mengenal dan menganut agama (atheis). Bagi penganut atheis, agama memang tidak perlu ada, bagi mereka Tuhan tidak ada, karena kehidupan ini berlangsung autopilot (berjalan dengan sendirinya). Dan bagi penganut faham atheis kehidupan ini hanya kehidupan dunia saja, tidak ada kehidupan setelahnya (akhirat).

Tapi apakah orang-orang yang mengaku beragama juga memiliki faham seperti itu? kehidupan ini autopilot? tidak ada yang mengaturnya? tidak ada yang menciptakannya? tidak ada kehidupan akhirat? tidak ada masa pertanggungjawaban perbuatan diatas dunia? tidak ada hisab? termasuk semua urusan manusia diserahkan saja kemana manusia terserah mereka mau melakukan apa saja? tidak aturan yang perlu dipatuhi? silahkan kita berfikir masing-masing.