Menulis merupakan sunnah semua para Nabi dan Rasul bahawa dalam rangka menyampaikan ilmu, mereka tidak meminta apa-apa bayaran. Allah Subhanahu wa Ta'alamenerangkan dasar ini melalui lisan salah seorang Rasul-Nya:
Dan aku tidak meminta kepada kamu sebarang upah mengenai apa yang
aku sampaikan (dari Tuhanku); balasanku hanyalah terserah kepada
Allah Tuhan sekalian alam. [al-Syu‘ara 26:109]
Maka jika anda ialah seorang ilmuan
pewaris para Nabi dan Rasul, anda sepatutnya memiliki manhaj yang sama
ketika menyampaikan ilmu. Menulis buku sama
ertinya dengan mengajarkan ilmu. Ilmu yang diajarkan secara ikhlas
tanpa mengharapkan imbalan duniawi, pahalanya tetap mengalir kepada
penulis sekali pun setelah dia meninggal dunia. Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, maksudnya:
Sesungguhnya di antara yang menyertai seorang mukmin dari amal dan
kebaikannya setelah dia meninggal dunia ialah ilmu yang diajarkannya
dan disebarkannya. [Shahih al-Targhib wa al-Tarhib,
hadis no: 77]
Bayangkan pahala yang diperolehi oleh para
imam kita yang menulis buku tanpa royalti sejak beratus-ratus tahun yang
lalu. Penulisan mereka sentiasa mengalirkan pahala sehingga ke hari ini!
Di manakah letaknya bandingan antara RM sekian-sekian dengan pahala yang
berkekalan? jika anda menulis
buku ikhlas sebagai satu sarana untuk menambahkan lagi ilmu anda dan
memperbaiki agama anda, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan
memimpin anda ke arah itu. Allah berfirman, maksudnya:
“Dan
orang-orang yang berusaha dengan bersungguh-sungguh kerana memenuhi
kehendak agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke
jalan-jalan Kami dan sesungguhnya (pertolongan dan bantuan) Allah
berserta orang-orang yang berusaha membaiki amalannya.”
[al-Ankabut 29:69]
Jika anda menulis
buku ikhlas untuk membantu Islam dan umatnya, maka Allah Subhanahu wa
Ta'ala menjanjikan:
“Wahai orang-orang yang beriman, kalau
kamu membela (agama) Allah nescaya Allah membela kamu dan meneguhkan
tapak pendirian kamu.” [Muhammad 47: 07]