Jumaat, 20 November 2020

LARANGAN BENCI MEMBENCI ANTARA SATU SAMA LAIN

Daripada Abu Hurairah ( r.a ), Rasulullah SAW telah bersabda: “ Janganlah kamu saling dengki mendengki, janganlah kamu saling tawar menawar harga yang lebih tinggi tanpa ada niat untuk membelinya, janganlah kamu saling benci-membenci….” ( Diriwayatkan oleh Muslim )

Takrif

Kebencian adalah satu perasaan tidak sukakan sesuatu atas sebab sesuatu yang buruk. Rasulullah SAW telah melarang kaum Muslimin dari benci-membenci sesama mereka yang bukan kerana Allah SWT, sebaliknya disebabkan hawa nafsu, lantaran kaum Muslimin itu adalah bersaudara yang saling berkasih sayang.

Allah SWT berfirman, maksudnya:

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara”

( Surah al-Hujurat: 10 )

Rasulullah SAW bersabda:

“ Seorang muslim adalah saudara kepada muslim lainnya.”

( Diriwayatkan oleh Muslim )

Benci membenci terjadi di antara dua orang, sama ada berpunca dari satu pihak atau satu pihak yang lain. Jika membenci bukan kerana Allah SWT maka hukumnya adalah haram, Allah SWT berfirman, maksudnya:

“… wahai orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuh kamu menjadi teman-teman setia…”

( Surah al-Mumthahanah: 1 )

Wajib ke atas setiap Muslim untuk menasihati dirinya sendiri dan berjaga-jaga terhadap rasa benci semata-mata kerana hawa nafsu dan persahabatan serta adat kebiasaan. Kerana semua ini menghalang terjadinya kebencian itu semata-mata kerana Allah SWT, bahkan termasuk ke dalam kategori marah yang diharamkan.

Pengharaman atas semua perkara yang menyebabkan permusuhan dan kebencian

Allah SWT mengharamkan ke atas orang-orang yang beriman setiap perkara yang menjatuhkan mereka atau menjerumuskan mereka ke dalam permusuhan dan kebencian, antaranya Allah SWT mengharamkan arak dan judi. firmanNya yang bermaksud:

“ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran ( meminum ) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu ( dari mengerjakan pekerjaan itu ).”

( Surah al-Ma’idah: 91 )

Allah SWT juga mengharamkan menyebarkan “ namimah “ ( mengada-adakan cerita dan memfitnah orang lain ), justeru padanya wujud punca berputiknya permusuhan dan kebencian. Manakala Allah SWT memberi rukhsah ( kelonggaran ) untuk berdusta demi memperbaiki perhubungan antara sesama manusia. Allah SWT menggalakkan perbaikan hubungan sesame insan dan meninggalkan perpecahan.

Allah SWT berfirman, maksudnya:

“ Tidak ada kebaikan pada kebanyakkan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh ( manusia ) memberi sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia….”

( Surah an-Nisa’: 114 )

والله أعلم

semoga Bermanfaat…

Daripada Abu Hurairah ( r.a ), Rasulullah SAW telah bersabda:

“ Janganlah kamu saling dengki mendengki, janganlah kamu saling tawar menawar harga yang lebih tinggi tanpa ada niat untuk membelinya, janganlah kamu saling benci-membenci….”

( Diriwayatkan oleh Muslim )

Takrif

Kebencian adalah satu perasaan tidak sukakan sesuatu atas sebab sesuatu yang buruk. Rasulullah SAW telah melarang kaum Muslimin dari benci-membenci sesama mereka yang bukan kerana Allah SWT, sebaliknya disebabkan hawa nafsu, lantaran kaum Muslimin itu adalah bersaudara yang saling berkasih sayang.

Allah SWT berfirman, maksudnya:

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara”

( Surah al-Hujurat: 10 )

Rasulullah SAW bersabda:

“ Seorang muslim adalah saudara kepada muslim lainnya.”

( Diriwayatkan oleh Muslim )

Benci membenci terjadi di antara dua orang, sama ada berpunca dari satu pihak atau satu pihak yang lain. Jika membenci bukan kerana Allah SWT maka hukumnya adalah haram, Allah SWT berfirman, maksudnya:

“… wahai orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuh kamu menjadi teman-teman setia…”

( Surah al-Mumthahanah: 1 )

Wajib ke atas setiap Muslim untuk menasihati dirinya sendiri dan berjaga-jaga terhadap rasa benci semata-mata kerana hawa nafsu dan persahabatan serta adat kebiasaan. Kerana semua ini menghalang terjadinya kebencian itu semata-mata kerana Allah SWT, bahkan termasuk ke dalam kategori marah yang diharamkan.

Pengharaman atas semua perkara yang menyebabkan permusuhan dan kebencian

Allah SWT mengharamkan ke atas orang-orang yang beriman setiap perkara yang menjatuhkan mereka atau menjerumuskan mereka ke dalam permusuhan dan kebencian, antaranya Allah SWT mengharamkan arak dan judi. firmanNya yan bermaksud:

“ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran ( meminum ) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu ( dari mengerjakan pekerjaan itu ).”

( Surah al-Ma’idah: 91 )

Allah SWT juga mengharamkan menyebarkan “ namimah “ ( mengada-adakan cerita dan memfitnah orang lain ), justeru padanya wujud punca berputiknya permusuhan dan kebencian. Manakala Allah SWT memberi rukhsah ( kelonggaran ) untuk berdusta demi memperbaiki perhubungan antara sesama manusia. Allah SWT menggalakkan perbaikan hubungan sesame insan dan meninggalkan perpecahan.

Allah SWT berfirman, maksudnya:

“ Tidak ada kebaikan pada kebanyakkan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh ( manusia ) memberi sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia….”

( Surah an-Nisa’: 114 )

والله أعلم

semoga Bermanfaat…

Rabu, 11 November 2020

Perbahasan Belanjawan 2021 oleh Ahli Parlimen Pasir Mas, YB Ustaz Ahmad Fadhli Shaari.

 

 

Tidak ada penyakit yang tidak boleh disembuhkan.

Tidak ada masalah yang tidak boleh diselesaikan. Tidak ada penyakit yang tidak boleh disembuhkan. Tidak ada kepayahan yang tidak ada pengakhiran. Asal saja kita serius mencari penyelesaian.

 

Allah SWT berfirman:

فإن مع العسر يسرا إن مع العسر يسرا

“Maka Sesungguhnya bersama kesusahan itu ada kesenangannya.

Sesungguhnya bersama kesusahan itu ada kesenangannya.”

 Di dalam sebuah hadith Nabi s.a.w bersabda:

(إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً إِلا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ)

“Sesungguhnya Allah SWT tidak menurunkan penyakit kecuali diturunkan bersama penyakit itu

penawarnya yang diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh

orang yang tidak mengetahuinya”

Dari kedua-dua sumber wahyu tadi, kita dapat memahami bahawa segala permasalahan samada penyakit atau musibah, kepayahan dan kesulitan pastinya ada jalan keluarnya. Namun segalanya harus diusahakan. Sesudah berusaha, bertawakkallah kepada Allah. Jangan mudah berputus asa andainya usaha kita belum lagi menghasilkan apa yang kita inginkan. Terus berusaha dan berusaha.

InsyaAllah, penyelesaian pasti akan ditemui. Firman Allah SWT :

Maksudnya:  

“Dan orang yang berusaha berjuang kepada agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah adalah berserta orang yang berusaha membaiki amalannya”.

Sabtu, 7 November 2020

Golongan Munafik Lebih Berbahaya dari Musuh

Golongan munafik adalah segolongan manusia yang menyusup ke tengah barisan orang-orang beriman. Mereka memiliki banyak topeng palsu untuk melindungi wujud asli mereka demi menyukseskan misi penghancuran barisan kaum muslimin melalui jalur internal.

Golongan munafik yang berada dalam tubuh umat Islam menyimpan banyak strategi dan siasat yang begitu licik tanpa peduli halal-haram. mereka adalah mata-mata yang menyesatkan. Mereka adalah mata orang-orang kafir dan musuh Islam yang sengaja ditanam. Mereka akan selalu mencari celah untuk merusak tatanan kehidupan, mental spiritual, dan persatuan kaum muslimin.

Golongan munafik adalah golongan penduduk bumi yang paling keji. Mereka sangat membahayakan Islam dan kaum muslimin.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?(QS. Al-Munafiqun: 4) 

Golongan munafik adalah musuh. Mereka adalah musuh nyata yang sangat membahayakan umat Islam. Oleh sebab itu, keberadaan mereka di tubuh umat ini harus segera diungkap. Identitas mereka harus segera diungkap. Strategi-strategi mereka dalam menghancurkan persatuan umat harus segera dibongkar.

Golongan munafik adalah segolongan manusia yang menampakkan wajah Islam namun menyembunyikan kekafiran. Golongan munafik pada aslinya bukanlah golongan orang-orang mukmin. Semua pencitraan yang dilakukan oleh orang-orang munafik membawa misi membuat kerusakan, fitnah, mengacaukan serta memperburuk citra Islam dan kaum muslimin.

Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq ath-Thuraifi fakkallahu asrah mengatakan,

“Allah ‘azza wajalla menyebut golongan munafik di dalam al-Quran lebih banyak dari menyebut kaum Yahudi, sebab golongan munafik menggunakan perantara-perantara syar’i untuk menghancurkan prinsip dasar Islam. Keberadaan mereka tersamarkan dari khalayak.”

Golongan munafik adalah kawanan yang berbahaya. Bahaya yang mereka ciptakan lebih berbahaya dari bahaya yang diciptakan musuh yang memiliki wujud yang jelas. Oleh sebab itu, Allah ‘azza wajalla menyebut mereka dengan “Mereka adalah musuh, maka berhati-hatilah,” Allah ‘azza wajalla tidak menyebut mereka dengan “Mereka adalah bagian dari musuh.”

Allah ‘azza wajalla berfirman,

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9) 

Allah ‘azza wajalla telah mengungkap banyak sifat munafik di banyak tempat dalam al-Quran. Sifat-sifat munafik yang ditunjukkan oleh Allah ‘azza wajalla inilah yang dapat dijadikan acuan bagi orang mukmin untuk mendeteksi keberadaan mereka di balik persembunyiannya di dalam tubuh barisan kaum muslimin.

 

Di Dalam Hati Golongan Munafik Terdapat Penyakit

Golongan munafik sejatinya sama sekali tidak memiliki keberanian mental untuk menunjukkan wujud asli mereka di hadapan orang mukmin. Mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan kemurnian keimanan mereka, jika mereka bersikukuh mengaku beriman. Mereka tidak akan pernah mau terang-terangan jika mereka sebenarnya sangat mengingkari kebenaran.

Mengapa bisa demikian? Sebab dalam hati golongan munafik terdapat penyakit. Sejatinnya hati mereka sakit sehingga mereka menyimpang dari jalan iman.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10) 

 

Golongan Munafik adalah Perusak yang Mengaku Pembawa Perbaikan

Di antara ciri munafik adalah selalu mengaku-aku sebagai pembawa perbaikan, padahal sebenarnya mereka itulah golongan yang selalu melakukan aktivitas perusakan di muka bumi ini. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menghancurleburkan tiap gagasan-gagasan kebaikan.

Dan anehnya, setelah mereka menyelesaikan program-program penghancuran tersebut, dengan bangga dan tanpa merasa bersalah mereka mendeklarasikan diri sebagai golongan yang membawa perubahan yang menebar kebaikan.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’.” (QS. Al-Baqarah: 11) 

Fenomena pihak-pihak yang secara lantang mengaku-aku sebagai sang pembawa perbaikan, mengaku-aku sebagai pahlawan revolusi perbaikan masyarakat, sebagai tokoh pembangunan negara, negara pengatur perdamaian dunia, dan semisalnya, padahal secara nyata dan fakta mereka yang mengaku-aku ini sebenarnya adalah pihak perusak yang harus mempertanggungjawabkan kerusakan akibat perbuatan mereka di hadapan umat.

Allah ‘azza wajalla dengan sangat tegas membongkar karakter munafik mereka ini dengan argumentasi final; merekalah sebenarnya sang perusak tatanan kehidupan manusia dan alam ini! Merekalah golongan yang sebenarnya sedang memerangi proyek perbaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman!

Allah ‘azza wajalla berfirman,

أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 12) 

 

Golongan Munafik Adalah Golongan Orang-orang Dungu Level Ilusi

Salah satu ciri karakter orang dungu adalah merasa lebih tinggi levelnya dari orang lain. Mereka lebih suka mengaku diri sebagai golongan yang memiliki keimanan dan keikhlasan yang kuat. Padahal sejatinya itu hanyalah ilusi dan klaim belaka. Karena sejatinya mereka adalah orang-orang dungu yang gemar melakukan penyimpangan. Itulah mengapa mereka termasuk dalam golongan munafik.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِنْ لَا يَعْلَمُونَ

Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman’. Mereka menjawab: ‘Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (QS. Al-Baqarah: 13)

 

Golongan Munafik Adalah Manipulator dan Ahli Konspirasi

Golongan munafik memang dikenal sebagai manusia yang paling licik dalam membuat siasat. Segala bentuk sifat kekejian, pengecut, busuk, dan kotor melekat pada diri mereka. Mereka memasang wajah palsu sesuai dengan situasi dan kondisi yang menguntungkan.

Jika mereka sedang berada di tengah kerumunan orang beriman, mereka mengenakan topeng keimanan hingga tampak samar perbedaan antara kemunafikan mereka dengan umat beriman. Mereka baru akan membuka topeng wajah ketika berada di tengah kerumunan orang-orang kafir dan setan-setan berwujud manusia yang notabene adalah kawan perjuangan mereka.

Allah ‘azza wajalla berfiman,

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman’. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’.” (QS. Al-Baqarah: 14) 

Akan tetapi, Allah ‘azza wajalla menghadapi mereka dengan ancaman mengerikan yang dapat mengguncang eksistensi mereka sehingga mereka menjadi kehilangan arah dan terpukul. Jalan yang telah mereka pilih sejatinya adalah jalan yang menambah parah kesesatan dan permusuhan mereka terhadap umat beriman.

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 16) 

Bukankah mereka ini adalah segolongan manusia yang menyukai jalan kemunafikan yang mereka tempuh? Bukankah sebenarnya keimanan telah berada di depan mata mereka? Bukankah petunjuk Allah ‘azza wajalla telah nyata di sekeliling mereka?

Namun, karena mereka lebih memilih jalan kemunafikan, maka mereka merasakan sensasi kesesatan jalan yang mereka pilih sendiri.

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (QS. Al-Baqarah: 17) 

Dan akhirnya, mereka menanggung hukuman berupa guncangan hati, kesesatan pikiran, dan kebingungan jalan hidup.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ

Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 19) 

Mereka pun akhirnya juga harus menanggung kegelapan dan kebutaan penglihatan dan bashirah.

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20) 

 

Golongan Munafik Paling Hobi Berkhianat

Golongan munafik di permukaan telah membuat janji dengan Allah ‘azza wajalla untuk melaksanakan berbagai amal kebaikan, berkomitmen untuk melaksanakan perintah Allah ‘azza wajalla, namun karena para pengkhianat janji itu hatinya hampa, akalnya kosong, dan setan-setan telah berhasil menjajah diri mereka, akhirnya dengan begitu mudahnya mereka berkhianat terhadap perjanjian yang tela mereka buat dengan Allah ‘azza wajalla.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ

Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. At-Taubah: 75)

فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ

Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. At-Taubah: 76)

فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكَذِبُونَ

Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.” (QS. At-Taubah: 77)

 

Golongan Munafik Selalu Loyal Kepada Orang Kafir dan Benci Kepada Orang Mukmin

Golongan munafik di mana pun mereka berada pasti menganggap kemuliaan, kejayaan, dan kemajuan peradaban itu ada pada orang-orang kafir, sehingga loyalitas mereka persembahkan untuk orang-orang kafir tersebut.

Sementara rasa benci orang-orang munafik tersebut terhadap orang-orang beriman tak berkurang sedikit pun meskipun mereka berada di tengah-tengah mereka.

Mata mereka akan lebih terasa sejuk ketika mendapat informasi tentang kemajuan ekonomi, teknologi, dan peradaban bangsa-bangsa kafir. Akan tetapi mereka akan merasa sangat sedih dan kecewa manakala kemajuan-kemajuan tersebut berada di tangan kaum mukminin.

Kecintaan orang-orang golongan munafik terhadap orang-orang kafir mereka letakkan jauh di atas dan selalu dijunjung tinggi. Sementara itu, mereka sama sekali tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang-orang beriman.

Orang-orang munafik lebih senang bergaul dengan orang-orang kafir, sementara keberadaan mereka di tengah kaum muslimin hanyalah sebuah kedok palsu yang tampak dari luar di mana mereka memiliki kepentingan busuk untuk mengacaukan barisan kaum muslimin.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An-Nisa’: 139)

 

Golongan Munafik Senantiasa Merapat ke Barisan Orang Mukmin ketika Kemenangan di Tangan Mereka

Salah satu karakter orang munafik adalah main enaknya sendiri. Ketika kemenangan jatuh ke tangan kaum beriman, orang-orang munafik ini merapat kepada mereka untuk mengharap bagian ghanimah.

الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ۚ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا

“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: ‘Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?’ Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: ‘Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?’ Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 141)

 

Golongan Munafik Merasa Bahagia Jika Umat Beriman Ditimpa Musibah dan Ujian

Merupakan karakter dan sifat orang munafik adalah selalu merasa bahagia ketika umat beriman ditimpa musibah dan ujian. Sebaliknya, kesedihan dan duka cita mereka tertumpah ketika orang-orang beriman dan para mujahid fi sabilillah mendapat kebahagiaan dan kemenangan.

إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا ۖ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran: 120)

 

Golongan Munafik Adalah Para Penyandang Gelar Murjifun

Al-Irjaf adalah aktivitas menebar berita heboh, bombastis, tapi kontennya dusta, yang tujuannya untuk menciptakan sebuah kegaduhan dan kepanikan. Orang yang suka melakukan perbuatan itu disebut dengan Murjif, jamaknya Murjifun.

Tipikal Murjif seperti itu terdapat pada diri golongan munafik. Mereka gemar menebar berita heboh dan bombastis namun kontennya dusta. Tujuan mereka adalah memecah belah barisan kaum muslimin, membuat gaduh, memunculkan kepanikan, adu domba, dan fitnah, sehingga umat beriman kehilangan persatuan, jati diri, dan kekuatan mereka.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا

Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya’.” (QS. Al-Ahzab: 12)

 

Golongan Munafik Adalah Orang-orang Pengecut

Orang-orang munafik akan tampak sifat kemunafikannya ketika mereka berada dalam situasi yang mencekam seperti ketika sedang terjadi pertempuran dengan musuh, ketika ditimpa musibah, ujian, dan cobaan yang begitu berat.

Mereka akan menjadi golongan yang pertama kali lari darinya, mereka akan menjadi orang yang pertama kali tampak rasa ketakutannya, dan mereka akan terlihat sebagai orang-orang yang mundur ke belakang dari medan pertempuran dengan musuh.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

لَئِنْ أُخْرِجُوا لَا يَخْرُجُونَ مَعَهُمْ وَلَئِنْ قُوتِلُوا لَا يَنْصُرُونَهُمْ وَلَئِنْ نَصَرُوهُمْ لَيُوَلُّنَّ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ

Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan.” (QS. Al-Hasyr: 12)

 

Golongan Munafik Akan Selalu Menolak Berhukum dengan Hukum Allah ‘azza wajalla

Ciri-ciri dan sifat orang munafik yang paling tampak nyata adalah penolakan mereka terhadap berhukum dengan hukum Allah ‘azza wajalla. Mereka akan selalu melakukan pencegahan dengan berbagai macam cara dan modus jika ada syariat Allah ‘azza wajalla yang akan diterapkan untuk mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan berbangsa.

Sebaliknya, orang-orang munafik ini justru akan merasa sangat senang jika hukum Thagut diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka akan mencari-cari argumentasi untuk membenarkan dan menguatkan legalitas pemberlakuan hukum selain dari hukum Allah ‘azza wajalla tersebut.

Mereka akan menempuh berbagai upaya untuk menghancurkan narasi penegakan syariat dan hukum Allah ‘azza wajalla demi menjaga eksistensi hukum buatan manusia tersebut. Hati nurani mereka benar-benar telah dikunci mati oleh Allah ‘azza wajalla dari cahaya kemuliaan Islam. Isinya hanya benci dan permusuhan terhadap syariat Allah ‘azza wajalla.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالاً بَعِيداً

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa: 60) 

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُوداً

Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul’, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. An-Nisa: 61)

 

Membongkar Identitas Golongan Munafik, Menyatukan Kembali Barisan Umat Muslim

Keberadaan orang-orang munafik dalam tubuh umat Islam bak duri dalam daging. Ulah mereka akan selalu memberikan efek negatif bagi umat; barisan umat terpecah belah, narasi al-Haq dan al-Batil tercampur aduk, umat menjadi bingung, dan mental umat jatuh.

Oleh sebab itu, para ulama, da’i, dan penyeru umat harus terus berusaha membongkar identitas oknum-oknum munafik yang bersarang di dalam tubuh umat ini. Sebagai langkah untuk menyatukan kembali barisan umat yang telah terlalu lama tercerai-berai.

Kondisi yang menimpa umat saat ini merupakan satu indikasi bahwa orang-orang munafik yang menyelinap ke dalam tubuh kaum muslimin tidak diam. Mereka terus bekerja menciptakan kekacauan.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

 يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Jahanam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. At-Tahrim: 9) 

Ketika mereka terus bergerak menghancurkan umat dengan strategi liciknya dari dalam tubuh kaum muslimin, maka perintah Allah ‘azza wajalla tegas; membongkar identitas mereka, membongkar strategi-strategi kemunafikan mereka, perangi mereka, dan mengeluarkan mereka dari barisan kaum muslimin. Para ulama dan pemimpin umat harus segera bahu-membahu dan merapatkan barisan untuk menyelesaikan amanah umat ini.

Sangat menarik kalimat yang diucapkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq ath-Thuraifi fakkallahu asrah. Beliau mengatakan,

“Allah hanya menyebutkan ciri-ciri golongan munafik dalam Al-Quran tanpa menyebutkan nama orangnya. Sebab, nama mereka akan berubah di setiap zaman. Dengan hanya menyebut ciri-ciri mereka, nama mereka akan muncul dengan sendirinya dan berkumpul untuk mempertahankannya. Orang-orang akan segera menyaksikan mereka.” Wallahu a’lam [Shodiq/dakwah.id]

Ceramah Perdana Maulidur Rasul 1442H

 

 

 

Ceramah Perdana Maulidur Rasul 1442H

Tarikh : 6 November 2020 (Jumaat) 

Masa : Lepas Maghrib 

Tempat : Masjid Kolam, Kuala Ibai 

#BatuBurukSejahtera

 #TerengganuMajuBerkatSejahtera