Khamis, 29 Julai 2021

Sombong Yang Dilaknat Allah S.W.T

Sekarang ni ramai yang bersikap sombong dan menghina orang lain. Lebih teruk lagi apabila ada yang menghina sesama muslim. Sifat suka menghina dan merendahkan orang lain ini timbul apabila adanya perasaan sombong dalam diri kita. Orang yang sombongi ni mereka akan memandang rendah manusia lain kerana mereka merasakan ada sesuatu kelebihan yang ada pada diri mereka.

Lihat saja contoh sifat sombong yang ada pada Iblis yang enggan sujud kepada Nabi Adam a.s. Tak cukup dengan kesombongannya itu, malah tidak menurut perintah Allah S.W.T. dan sanggup menghina Nabi Adam a.s. dengan mengatakan kejadiannya daripada Api itu lebih mulia daripada Nabi Adam a.s. yang dijadikan daripada tanah yang hina.

Sesiapa yang mencaci orang lain sebenarnya dia mencaci dirinya sendiri. Sebaiknya selaku umat Islam kita hendaklah hidup saling menghormati, bantu-membantu dan tolong-menolong. Apabila mendengar celaan, kita sepatutnya bertindak menyembunyikan keburukan tersebut sekalipun seseorang yang dicela itu memang telah melakukan sesuatu dosa yang mengaibkan kerana kemungkinan orang itu telah bertaubat dan taubatnya diterima oleh Allah. Sesungguhnya sesiapa yang berbuat demikian ganjarannya adalah amat besar di akhirat kelak.

Jenis Sombong Yang Dilaknat Allah S.W.T.

1. Sombong kerana kelebihan seseorang dengan pengetahuan ilmunya, baik ilmu dunia atau ilmu akhirat. Apabila ilmu sudah penuh di dada, dia menganggap orang lain jahil belaka, semua orang buta dan jika ada pandangan yang bernas tetapi tidak diterimanya. Orang yang sombong seumpama ini hendak dirinya selalu dihormati oleh orang lain terutama ketika di khalayak ramai, oleh anak muridnya dan orang bawahannya serta sentiasa meminta diberi layanan mulia.

Sabda Rasulullah S.A.W. yang bermaksud :

“Tidak akan masuk syurga orang yang dalam hatinya terdapat kesombongan walau hanya sebesar zarah.” (Hadis riwayat Muslim)

2. Sombong kerana kelebihan beribadat seseorang. Penyakit orang ahli abid yang merasa diri mereka terlalu banyak beribadat berbanding dengan orang lain sehingga menganggap orang lain tidak mampu beribadat seperti mereka. Sedangkan mereka sebenarnya terpedaya dengan tipu daya syaitan. Rasulullah S.A.W. telah mengingatkan melalui sabda Baginda S.A.W. yang bermaksud :

“Bahawa siapa yang memuji dirinya sendiri atas suatu amal soleh, bererti sudah tersesat daripada mensyukurinya, dan gugurlah segala amal perbuatannya.“

3. Sombong kerana ego memperkasakan keturunan, bangga kita berketurunan mulia lagi bangsawan, suka menyebut nama datuk nenek moyang kita yang dulunya dikatakan keramat atau hebat. Sifat sombong seperti ini tidak ubah seperti kaum Bani Israel yang dilaknat Allah S.W.T., seperti termaktub dalam al-Quran. Mereka bangga dengan keturunan mereka yang banyak menjadi nabi ikutan, konon keturunan mulia dikasihi Allah S.W.T.

4. Sombong kerana berasa diri cantik dan sempurna malah memandang orang lain dengan hina, seperti merendah-rendahkan ciptaan Allah S.W.T. hingga sanggup menyindir atau memberi gelaran tidak baik seperti pendek, berkulit hitam atau gemuk.

5. Sombong yang berpunca daripada kelebihan harta diberi oleh Allah S.W.T. membuat kita lupa daratan, berbangga dengan kekayaan yang ada, rumah besar, kereta BMW mewah hingga memandang rendah orang yang kurang berada.

6. Sombong kerana kekuatan dan kegagahan diri. Semua orang akan dibuli kerana kuatnya badan kita tidak terperi, hingga boleh memakan kaca, kunyah besi, boleh menarik bas dan lori hanya dengan gigi, boleh dihempap badan dengan batu dan besi, atau sebagainya.

7. Sombong dan berbangga kerana ramainya pengikut setia di belakang diri, sepertinya orang alim berbangga dengan ramainya murid yang memuji. Guru silat pula berbangga dengan ramainya murid yang tidak lut ditetak parang dan dijilat api.

Oleh itu, hendaklah kita memeriksa diri kita betul-betul, lihat sama ada 7 perkara yang membawa kepada penyakit sombong ini ada pada kita atau tidak. Penawarnya ada di tangan sendiri kerana penyakit sombong ini hanya akan memakan diri. Tidak sekarang, mungkin di masa akan datang. Ubatilah sifat sombong itu dan jangan sesekali menghina orang lain kerana ianya sifat yang dilaknat oleh Allah S.W.T. Fikirkanlah..

Nabi Muhammad S.A.W. bersabda yang bermaksud :

“Orang yang sombong, keras kepala dan takbur, akan dikumpulkan pada hari kiamat, dalam bentuk semut yang kecil, yang dipijak mereka oleh manusia, kerana hinanya mereka pada Allah.” (Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Abu Hurairah)

Isnin, 26 Julai 2021

Batasan Bermuamalah dengan Orang Kafir

Islam adalah agama yang syumuul atau lengkap. Islam sudah menyediakan seperangkat aturan dan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini agar selamat baik di dunia maupun di akhirat. Ajaran Islam tak hanya mengatur hubungan antara seorang manusia dengan Rabb-Nya (hablum minallah), melainkan juga telah mengatur hubungan antara manusia dengan manusia yang lain (hablum minannaas). Ini merupakan suatu anugrah dan kemudahan bagi manusia.

Dalam kehidupan bermasyarakat ini, tentunya seorang muslim tidak hanya hidup di tengah sesama kaum muslimin. Di tengah-tengah kita juga ada kaum kafir yang juga hidup bersama-sama dengan kita. Maka sungguh indah ajaran Islam, karena Islam juga telah mengatur dan mengajarkan bagaimana harusnya seorang muslim dalam bermuamalah dengan orang kafir.

Tentunya tidak bisa disamakan sikap kita kepada sesama muslim dengan sikap kita kepada orang kafir, karena perkara ini menyangkut perkara wala wal bara’ (loyalitas dan permusuhan), ada beberapa kaidah tertentu yang membatasai kita dalam bermuamalah dengan orang kafir.

Namun sebelum kita membahas apa saja yang boleh dan tidak boleh kita lakukan dalam bermuamalah dengan orang kafir, kita perlu memperjelas terlebih dahulu definisi orang kafir dan apa makna muamalah berikut cakupannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia hanya untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para rasul dengan membawa agama yang haq untuk membimbing manusia menuju cara beribadah yang benar. Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebut para rasul itu sebagai orang-orang Muslim. Maknanya, orang yang menyerahkan diri, tunduk dan patuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Itulah arti Islam secara umum, yaitu semua agama yang dibawa oleh para nabi dan rasul semenjak Nabi Nuh ‘Alaihissallam sampai Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Sementara itu, islam dengan makna khusus adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menghapus seluruh agama dan syariat sebelumnya. Maka, orang yang mendapati agama ini, namun tidak memeluknya, maka dia kafir.

Wahai saudaraku,

Sesungguhnya orang kafir itu ada empat macam:

1. Kafir mu’ahid yaitu orang kafir yang tinggal di negeri mereka sendiri dan di antara mereka dan kaum muslimin terikat perjanjian damai.

2. Kafir dzimmi yaitu orang kafir yang tinggal di negeri kaum muslimin dan sebagai gantinya mereka mengeluarkan jizyah (semacam upeti) sebagai kompensasi perlindungan kaum muslimin terhadap mereka.

3. Kafir musta’man yaitu orang kafir masuk ke negeri kaum muslimin dan diberi jaminan keamanan oleh penguasa muslim atau dari salah seorang muslim.

4. Kafir muharib (orang-orang kafir yang memerangi umat Islam di negeri yang saat itu sedang terjadi konflik antar-pemeluk agama), yaitu orang kafir selain tiga jenis di atas. Kaum muslimin disyariatkan untuk memerangi orang kafir semacam ini sesuai dengan kemampuan mereka.

Sungguh syariat Islam yang mulia ini telah mengatur bagaimana batasan-batasan apa saja yang boleh dan yang tidak boleh pada saat kita bermuamalah dengan orang kafir. Dalam pembahasan ini, tentu yang dimaksudkan adalah perlakuan kita kaum muslimin kepada orang selain kafir muharib. Adapun kepada kafir muharib maka kita disyariatkan untuk memerunginya.

Berikut adalah batasan-batasan dalam bermuamalah dengan orang kafir:

1.Tidak menyetujui keberadaannya di atas kekufuran dan tidak ridha terhadap kekufuran. Karena ridha terhadap kekufuran orang lain termasuk perbuatan kekafiran.

2. Membenci orang kafir, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala juga benci mereka. Sebagimana halnya cinta karena Allah, begitu juga benci karena Allah. Oleh karena itu, selama Allah Subhanahu wa Ta’ala membenci orang kafir karena kekufurannya, maka seorang mukmin harus juga membenci orang kafir tersebut.

3. Tidak memberikan wala’ (kedekatan, loyalitas, kesetiaan) dan kecintaan kepada orang kafir. Allah Ta’ala berfirman :

لَّا يَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali (teman akrab, pemimpin, pelindung, penolong) dengan meninggalkan orang-orang mukmin.” (Qs. Ali Imran : 28)

Dan firman-Nya:

لَّا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ

“Kamu tidak akan mendapati satu kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang yang menentang itu asdalah bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.” (Qs. Al-Mujadilah : 22)

4. Bersikap adil dan berbuat baik kepadanya, selama orang kafir tersebut bukan kafir muhârib (orang kafir yang memerangi kaum Muslimin). Berdasarkan firman Allah ‘Azza wa Jalla,

لَّا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (Qs. Al-Mumtahanah: 8)

Ayat yang mulia lagi muhkam (ayat yang maknanya jelas) ini membolehkan bersikap adil dan berbuat baik kepada orang-orang kafir, kecuali orang-orang kafir muharib. Karena Islam memberikan sikap khusus terhadap orang-orang kafir muharib.

5. Mengasihi orang kafir dengan kasih sayang yang bersifat umum. Seperti memberi makan jika dia lapar, memberi minum jika haus, mengobatinya jika sakit, menyelamatkannya dari kebinasaan dan tidak mengganggunya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ

Kasihilah orang-orang yang berada di atas bumi, niscaya Dia (Allah) yang berada di atas langit akan mengasihi kamu. (HR. At-Tirmidzi, no. 1924)

6. Tidak mengganggu harta, darah, dan kehormatan, selama dia bukan kafir muhârib. Karena itu merupakan kezhaliman yang dilarang oleh Allah ‘Azza wa Jalla, berdasarkan hadits qudsi berikut ini:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا رَوَى عَنْ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَّهُ قَالَ يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا

Dari Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau meriwayatkan dari Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, dan Aku menjadikannya sesuatu yang diharamkan di tengah kalian, maka janganlah kalian saling menzhalimi”. (HR. Muslim, no. 2577)

7. Boleh memberikan hadiah kepadanya dan boleh juga menerima hadiah darinya serta diperbolehkan memakan daging sembelihan ahli kitab. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَطَعَامُ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حِلٌّ لَّكُمْ

“Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al-kitab itu halal bagimu.” (Qs. Al-Maidah : 5)

8. Tidak boleh menikahkan wanita muslimah dengan laki-laki kafir (walaupun lelaki ini Ahli kitab) dan laki-laki muslim tidak boleh menikahi wanita kafir, kecuali wanita ahli kitab.

Tentang larangan menikahkan wanita muslimah dengan lelaki kafir, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

لَا هُنَّ حِلٌّ لَّهُمْ وَلَا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ

“Mereka (perempuan-perempuan yang beriman) tidak halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tidak halal pula bagi mereka.” (Qs. Al-Mumtahanah : 10)

Allah ‘Azza wa Jalla juga berfirman,

وَلَا تَنكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ وَلَا تُنكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ أُولَٰئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

”Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka itu mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Qs. Al-Baqarah : 221)

Sedangkan tentang bolehnya menikahi wanita Ahli kitab, Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ إِذَا آتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ مُحْصِنِينَ غَيْرَ مُسَافِحِينَ وَلَا مُتَّخِذِي أَخْدَانٍ

“(Dan dihalalkan mangawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi al-Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka, dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik.” (Qs. Al-Maidah : 5)

9. Tidak mendahului orang kafir dalam mengucap salam. Jika orang kafir tersebut mengucapkan salam terlebih dahulu, maka cukup dijawab dengan ”Wa ‘Alaikum”. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا سَلَّمَ عَلَيْكُمْ أَحَدٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَقُولُوا وَعَلَيْكُمْ

“Jika salah seorang ahli kitab mengucapkan salam kepadamu, maka jawablah dengan ‘Wa ‘Alaikum’.” (HR. Ibnu Majah, no. 3697; dishahihkan oleh al-Albani)

10. Mendoakannya jika ia bersin dengan memuji Allah, kita do’akan,

يَهْدِيكُمُ اللهُ وَيُصلِحُ بَالَكُمْ

“Semoga Allah memberi petunjuk kepadamu, dan memperbaiki urusanmu.”

Karena orang yahudi pernah bersin di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian dia membaca hamdalah, dengan harapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendoakan, yarhamukallah.. “Semoga Allah merahmatimu,” Namun, ternyata yang beliau baca adalah doa di atas.

11. Menyempitkan ruang geraknya jika bertemu dengannya di salah satu jalan. Disempitkan ke jalan yang paling sempit, karena Rasulullah bersabda,

لَا تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلَا النَّصَارَى بِالسَّلَامِ فَإِذَا لَقِيتُمْ أَحَدَهُمْ فِي طَرِيقٍ فَاضْطَرُّوهُ إِلَى أَضْيَقِهِ

Janganlah kamu memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nashara. Dan jika kamu bertemu salah seorang dari mereka di jalan, maka desaklah ia ke jalan yang paling sempit/pinggir. (HR. Muslim, no. 2167)

Ketika menjelaskan makna hadits ini, Imam Nawawi rahimahullah mengatakan : “Para sahabat kami mengatakan, orang kafir dzimmi tidak dibiarkan berjalan di tengah jalan, namun dia didesak ke pinggirnya jika umat Islam melewati jalan tersebut. Namun jika jalan itu sepi, tidak berdesakan (di jalan itu) maka tidak mengapa”.

12. Kaum muslimin harus menyelisihi kebiasaan orang kafir dan tidak boleh melakukan tasyabbuh (menyerupai atau meniru) mereka. Tasyabbuh dengan orang kafir yang terlarang adalah meniru atau menyerupai orang kafir dalam masalah keyakinan, ibadah, kebiasaan atau model-model perilaku yang merupakan ciri khas mereka.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk mereka.” (HR. Abu Dawud, no. 4031)

Dalam hadis yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah kalian tampil beda dengan orang-orang musyrik. Karena itu, panjangkan jenggot, dan cukurlah kumis.” (Muttafaq Alaih).

Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya orang-orang Yahudi dan orang-orang Kristen tidak mengubah warna uban mereka, maka bersikaplah tampil beda dengan mereka.” (Diriwayatkan Al-Bukhari).

Demikian beberapa batasan berkaitan dengan muamalah kepada orang kafir. Lewat paparan singkat ini, kita dapat mengetahui sikap adil yang diajarkan agama Islam dalam menyikapi orang-orang kafir secara umum. Wallahu a’lam bisshawab.

Artikel Muslimah.or.id Diadaptasi dari: Minhaajul Muslim, Abu Bakr Jabir al-Jazairi atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 168-172 oleh Ummu Sulaim Nurul Dwi Sabtia.

Muroja’ah: Ust. Ammi Nur Baits

Khamis, 22 Julai 2021

Menghormati Ulama dan kelebihan Orang Berilmu

Ulamak adalah pewaris para nabi. Allah telah memilih mereka supaya membawa agama dan syariat. Mereka adalah golongan yang paling mengenali Allah. Tugas mereka adalah menunjukkan manusia jalan kepada Allah. Firman Allah:

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Fusshilat: 33)

Firman Allah:

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Fathir: 28)

Dari Abu Umamah r.a bahwa nabi saw bersabda:

“Barangsiapa yang berusaha mencari satu jalan untuk menuntu ilmu, nescaya Allah akan mudahkan baginya jalan ke syurga. Para malaikat akan mengembangkan sayapnya sebagai tanda redha kepada penuntut ilmu. Bagi mereka yang berilmu segala yang ada di langit dan di bumi memohon ampun untuknya termasuk ikan-ikan paus di tengah lautan. Kelebihan orang yang berilmu berbanding ahli ibadah seumpama kelebihan bulan mengambang berbanding semua bintang. Ulamak adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan wang dinar dan dirham tetapi mereka mewariskan ilmu. Sesiapa yang mengambilnya pastilah mereka memperolehi keuntungan yang melimpah”. (Tirmizi)

Dari Abu Darda’ r.a disebutkan kepada Rasulullah saw tentang dua orang lelaki, salah seorang ialah abid (ahli ibadah) dan seorang lagi seorang alim (orang berilmu). Lalu nabi bersabda: “Kelebihan orang berilmu berbanding ahli ibadah seperti kelebihan saya berbanding orang yang paling rendah di kalangan kamu”. Kemudian nabi bersabda lagi: Sesungguhnya Allah, para malaikat, penghuni langit dan bumi termasuk semut di celah batu dan termasuk ikan paus sentiasa berselawat kepada orang yang mengajar orang kepada kebaikan”. (Abu Daud)

Allah telah melebihkan dan memuliakan para ulamak dan meninggikan kedudukan dan darjat mereka. Allah telah menyatakan ada perbezaan antara ulamak dan orang yang tidak mengetahui kerana kepentingan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Firman Allah:

“Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar: 9)

Firman Allah:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al-Mujadalah: 11)

Menurut Umar bin al-Khattab r.a: “Sesungguhnya Allah meninggi golongan-golongan tertentu dengan Kitab ini dan merendahkan yang lain”.

Oleh kerana kepentingan ulamak kepada kehidupan umat Allah telah meminta manusia supaya sentiasa bertanya mereka dalam urusan yang tidak diketahui. Firman Allah:

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (An-Nahl: 43)

Di samping itu Islam mengambil kira kewujudan mereka sebagai nikmat dan rahmat daripada Allah kepada umat, sedangkan kematian mereka suatu musibah besar kepada umat. Ini kerana kematian seorang ulamak bermakna diangkat ilmu dari muka bumi.

Dari Abdullah bin Amru bin al-As r.a, nabi saw bersabda:

“Sesungguhnya Allah tidak menghilangkan ilmu dengan cara mencabutnya daripada hamba, tetapi Allah mengambil ilmu dengan mematikan ulamak, sehingga apabila tiada lagi ulamak, manusia akan mengambil orang jahil sebagai pemimpin mereka. Apabila ditanya tentang sesuatu urusan agama, mereka akan memberi jawapan tanpa ilmu. Lalu mereka sesat dan menyesatkan”. (Bukhari)

Hasan al-Basri mengungkapkan: “Mereka ini berkata kematian ulamak sebagai satu lubang di dalam agama. Sesuatupun tidak akan menutupnya sekalipun bertukar malam dan siang”.

Nabi saw amat menyukai amalan menghormati ulamak bahkan mewajibkan manusia sentiasa memuliakan dan mengasihi mereka. Dari Abu Musa al- Asy’ari r.a, nabi saw bersabda:

“Di antara ketinggian Allah ialah sentiasa memuliakan muslim yang beruban, membawa al-Quran tanpa melakukan keburukan dan tidak kosong darinya dan memuliakan sultan yang adil”. (Abu Daud)

Bagi nabi saw orang yang tidak menghormati dan memuliakan ulamak bukan termasuk orang yang sempurna Islamnya. Dia sebenarnya terdapat kekurangan dalam agamanya an kefahamannya tentang Islam seolah-olah dia hidup di luar dari jamaah Islam. Di dalam sebuah hadith dari Ubadah bin Samit r.a, nabi saw telah bersabda: “Bukan termasuk kalangan umatku yang tidak memuliakan yang lebih tua, mengasihi yang lebih kecil dan mengenali orang alim dengans sebenarnya”. (Ibn Munzir)

Di antara hukum syarak yang penting ialah tidak harus membincangkan tentang kekuarangan ulamak dan mencari keburukan dan mendedahkannya di dalam majlis-majlis.

Menurut Ibn Asakir: “Sesungguhnya daging para ulamak beracun dan sunnah Allah dalam mengkritik mereka telah dimaklumi”.

Menurut Imam Ahmad pula: “Daging para ulamak beracun, siapa yang menghidunya sakit dan siapa yang memakannya mati”.

Kata Imam Ahmad juga: “Siapa yang lidahnya menutur perkara negative tentang ulamak, Allah akan memberi bala sebelum matinya iaitu dengan mematikan hati”.

Para salaf as-soleh sentiasa menyebutkan tentang ulamak dengan sifat-sifat dan sebutan yang baik dan indah. Bahkan mereka sentiasa berhati-hati dari memburuk dan mengeji mereka.

Menurut Ibn Mubarak: “Orang yang merendahkan ulamak akan hilang akhiratnya, orang yang merendahkan para pemimpin akan hilang dunianya dan orang merendahkan para saudara akan hilang maruahnya”.

Menurut Auza’e: “Memerangi golongan ilmuan terutama yang terkenal termasuk ke dalam sebesar-besar dosa”.

Abu Hanifah berkata tentang hak gurunya Imam Hamad: “Aku tidak tidak pernah solat selepas kematian Hamad, melainkan saya akan saya akan memohon ampun untuknya bersama ibubapaku”.

Menurut Ibn al-Athimin: “Memuliakan ulamak bermakna memuliakan syariat, kerana mereka adalah pembawanya. Menghina ulamak bermakna menghina syariat”.

Ibn Abbas telah memegang tempat pijak tunggangan dan memegang tali pemacu untuk Zaid bin Tsabit dan berkata: “Beginilah kami diperintahkan memuliakannya kepada ulamak kami. Lantas Zaid pula memegang tangang Ibn Abbas dan menciumnya lalu berkata: “Beginilah kami diperintahkan melakukannya kepada ahli keluarga nabi saw”.

Kita mohon Allah menjadikan kita termasuk ke dalam golongan seperti firmanNya:

“Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Allah petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal”. (Az-Zumar: 18)

Dr. Ahmed Abdul Hadi Syahin

Isnin, 19 Julai 2021

Kasih Sayang Allah Kepada HambaNya

Di dunia ini tidak ada kasih sayang terindah yang melebihi kasih sayang Allah kepada Hamba-Nya. Namun sayangnya, manusia terkadang sering lupa. Tak jarang seseorang memberikan cinta berlebihan kepada pasangannya atau bahkan “pacar” yang jelas-jelas dalam islam dilarang. Padahal hukum pacaran dalam islam adalah dosa. Sedihnya lagi, apabila cinta tersebut ditolak ada yang memilih jalan bunuh diri. Naudzubillah mindzalik.

Kita sebagai manusia terkadang juga sering lupa untuk bersyukur. Saat diberikan kesenangan kita menjadi sombong. Dan ketika ditimpa musibah malah menyalahkan Allah Ta’ala. Padahal jika kita mampu memahami sebenarnya Allah itu sangat mencintai kita loh. Nah, berikut ini beberapa bukti kasih sayang Allah kepada HambaNya:

1. Diberikan Kehidupan

Bentuk kasih sayang Allah kepada hambaNya yang paling utama yakni Dia memberikan kehidupan. Ya, hidup itu anugerah loh! Dengan hidup maka kita bisa menikmati dunia, kita juga punya kesempatan masuk surga. Dan Allah menciptkana kita sebagai manusia dengan bentuk yang sangat sempurna. Semua itu patut disyukuri.

Dalam Al-Quran, Allah Ta’ala berfirman:

“Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah. Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga.” (QS At-Tin: 4-6).

2. Meninggikan Derajat Orang Beriman

Cara meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT bisa dengan memperdalam ilmu agama. Bagi orang-orang yang beriman dan juga bertakwa maka Allah akan meninggikan derajatnya diantara yang lain. Sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya:

“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah Swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt. Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujarat: 13).

3. Menjamin Rezeki Manusia

Allah Ta’ala telah menjamin rezeki setiap makhluk di bumi. Bahkan hewan melata sekalipun. Coba deh pikirkan, kita bisa menghirup oksigen tanpa harus bayar. Kita bisa bertahan hidup hingga dewasa. Itu semua berkat Allah yang memang menghendaki rezeki bagi kita. Kalau kita mendapatkan harta itu bukan hanya atas usaha kita saja ya. Tapi karena ada campur tangan Allah. Maka itu, kita sebagai manusia tidak boleh sombong.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk-mahluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra’: 70).

4. Memberikan Kenikmatan Dunia

Terkadang manusia terlalu fokus dengan cobaan dan beban hidup. Sehingga lupa untuk bersyukur terhadap nikmat yang telah dimiliki. Padahal jika kita mampu berpikir sesungguhnya nikmat yang diberikan Allah itu banyak loh. Termasuk nikmat waktu dan sehat.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. An Nahl: 18)

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Qs. An Nahl: 114).

Dari Ibnu Abbas, dia berkata Nabi shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari)

5. Mengampuni Dosa Hamba-Nya

Apabila kita berbuat salah kepada manusia, mungkin orang itu masih sulit memaafkan kita. Sebab manusia memang suka menyimpan dendam. Berbeda dengan Allah Ta’ala, Dialah dzat yang Maha memaafkan segala dosa-dosa hamba-Nya.

“Katakanlah hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).

6. Selalu Membuka Pintu Taubat

Allah juga selalu membuka pintu taubat bagi hamba-hamba-Nya yang berdosa. Selama kita masih hidup, pintu itu akan selalu terbuka hingga ajal menjemput. Sedangkan syarat-syarat taubat agar diterima adalah dengan taubatan nasuha, shalat taubat dan sebagainya.

“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya pada malam hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di siang hari dan Dia membentangkan tangan-Nya pada siang hari agar bertaubat orang yang berbuat jahat di malam hari, sehingga matahari terbit dari barat (Kiamat).” (HR. Muslim).

“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya?” (QS. At Taubah: 104).

“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa’: 110).

7. Jika Allah Mencintai Hamba, Makluk Langit dan Bumi Juga Mencintai

Apa sih yang lebih menyenangkan dari dicintai oleh Alllah Ta’ala? Saat Allah mencintai hamba-Nya, maka Ia akan memerintahkan kepada penghuni langit dan bumi untuk mencintai hamba-Nya juga.

“Kalau Allah SWT mencintai seorang hamba, maka beliau memanggil Jibril. “Wahai Jibril! Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia. Lalu Jibril memanggil penghuni langit. “Wahai penghuni langit! Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia. Lalu penghuni bumipun mencintainya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

8. Tidak Menyegerakan Azab

Kebaikan Allah berikutnya adalah Dia tidak menyegerakan azab kepada hamba-hambaNya yang berdosa. Mengapa demikian? Karena Allah senantiasa memberikan kesempatan untuk bertaubat. Tapi sayang, terkadang kita terlena dengan kesempatan tersebut dan justru menjadikannya sebagai waktu untuk bermaksiat. Naudzubillah Mindzalik.

“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS.Al-Fathir:45)

“Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan- Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (QS. An-Nahl:61).

9. Menjaga Manusia Setiap Saat

Allah Ta’ala tidak pernah tidur. Dia senantiasa menjaga dan mengurus hamba-hambaNya di pagi dan malam hari. Maka itu, jangan pernah merasa sendirian. Sebab Allah Ta’ala selalu ada bersama kita. Allah itu dekat. Hanya saja pengelihatan kita tidak mampu menjangkaunya.

“Allah tidak mengantuk dan tidak tidur.” (QS. Al-Baqarah: 255)

10. Membalas Kebaikan dengan Berlipat Ganda Pahala

“Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)”. (QS.Al-An’am:160)

11. Menjanjikan Kemudahan dibalik Kesulitan

Setiap cobaan yang menimpa seseorang tidaklah terjadi tanpa arti. Melainkan Allah Ta’ala menjanjikan kemudahan sesudahnya. Kita hanya perlu bersabar dan ikhlas.

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (QS. Al-Insyirah: 4-5)

12. Menjadikan Waktu Malam untuk Tidur

Mungkin banyak dari kita tak menyadari bahwa tidur itu nikmat yang luar biasa loh. Seseorang yang memiliki masalah insomnia biasanya juga bermasalah dengan kesehatannya. Dan tentu saja, insomnia itu sangat menganggu kenyamanan. Maka itu bagi kita yang bisa tidur dengan nyenyak haruslah bersyukur kepada Allah Ta’ala.

“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al Qashas : 73 )

13. Mengabulkan Doa

Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Gafir: 60)

Jika Allah Menolong Hambanya, Maka Tidak Ada yang Bisa Mengalahkan “Jika Allah menolong kamu, maka tidsak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu selain itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS: Al Imran:160)

14. Menjanjikan Surga

Surga adalah nikmat yang sangat luar biasa yang dijanjikan Allah Ta’ala kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Andai saja kita tahu betapa indahnya hidup di surga maka sudah tentulah kita akan menangis terharu atas kasih sayang yang diberikan Allah Ta’ala. Allah itu Maha Baik. Ada banyak sekali ayat al-quran yang menggambarkan kenikmatan di surga. Beberapa diantaranya:

“Para penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya, dan paling indah tempat istirahatnya.” (QS. Al-Furqon: 24)

“Dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti (buahnya) dan tidak terlarang mengambilnya, serta kasur-kasur yang tebal lagi empuk.” (QS. Al-Waqi’ah: 32—34)

“Mereka selalu dikelilingi anak-anak muda yang selalu siap melayani mereka. Rupa mereka seakan-akan mutiara yang tersimpan.” (QS.Ath-Thur: 24)

“Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani- permadani yang indah.” (QS. Ar-Rohman: 74-76)

“Mereka mengenakan pakaian berwarna hijau yang terbuat dari sutra halus dan sutra tebal.” (QS. Al-Kahfi: 31)

“Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.” (QS. Al- Furqon: 16)

Bentuk Lainnya

Bentuk Kasih Sayang Allah Kepada Hamba-Nya yang lain:

Diberikannya kesehatan tubuh

Manusia diberikan akal dan pikiran, serta hati nurani

Allah menumbuhkan rasa cinta di hati manusia

Adanya indra pengelihatan yang bisa digunakan untuk menikmati pemandangan dunia

Telinga untuk mendengar lantunan Al-Quran

Indra penciuman untuk merasakan aroma wewangian

Tangan untuk memegang dan kaki untuk berjalan

Nikmat iman yang diteguhkan dalam hati hingga akhir hayat

Nikmat menjadi orang muslim

Makan dan minum

Nikmat hujan yang menyuburkan tanaman dan memberikan suasana damai

Nikmat matahari yang memberikan suasana hangat

Allah menciptakan dunia dengan suhu yang sesuai (tidak terlalu panas ataupun dingin)

Allah melindungi manusia dari kejahatan, apabila ia mau berdoa

Allah Maha adil, apapun yang dilakukan manusia di dunia pasti akan ada balasannya. Pasti!

Demikianlah bentuk-bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-hambaNya. Semoga kita bisa menjadi seseorang yang taat dan patuh kepada Allah, mengamalkan rukun iman, rukun islam, Iman dalam Islam, Hubungan Akhlak Dengan Iman Islam dan Ihsan, dan Hubungan Akhlak dengan Iman. Sehingga kelak mendapatkan tempat terindah di akhirat. 

Amin ya Rabbal Alamin.









Ahad, 18 Julai 2021

Kelebihan Doa Hari Arafah .

“Sebaik-baik doa adalah doa di hari Arafah, dan sebaik-baik zikir yang aku ucapkan dan juga diucapkan para nabi sebelumku adalah,

“لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِير”.

(Tidak ada yang berhak disembah selain Allah yang satu, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kekuasaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu).”

(Hadis diriwayatkan oleh Al-Tirmizi)

“Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah.” (Hadis diriwayatkan oleh Malik)

Wukuf pada hari Arafah dan doa mustajab ini adalah khusus kepada jemaah haji yang berada di sana di mana amalan ini bermula selepas gelincir matahari pada 9 Zulhijjah sehingga tenggelam matahari waktu maghrib.

Walaupun wukuf dan doa mustajab adalah khususiyyat (perkara yang dikhususkan) untuk jemaah haji yang berada di Arafah, bagi umat Islam yang tidak mengerjakan ibadah haji, mereka boleh mengambil peluang dan kelebihan hari wukuf di Arafah ini untuk berdoa di tempat masing-masing sepanjang tempoh tersebut, berdasarkan zon waktu di tempat masing-masing, tanpa menghadkan tempoh berdoa kepada jam atau masa yang tertentu, bahkan digalakkan berdoa sepanjang tempoh berwukuf itu. Ini kerana tiada dalil khusus yang menghadkannya.

Selain itu, umat Islam juga digalakkan untuk berpuasa pada hari Arafah sepertimana yang diriwayatkan dalam sebuah hadith:

“Sesungguhnya Nabi SAW bersabda, berpuasa pada hari Arafah dihitung oleh Allah dengan meluputkan dosa setahun yang telah lalu dan dosa pada tahun akan datang.”

(Hadis diriwayatkan oleh Al-Tirmizi)

Waktu Afdhal Berdoa Pada Hari Arafah

Waktu Wukuf di Padang Arafah bagi tahun 2021 ini adalah seperti berikut:

12.27 pm – 7.04 pm (Mekah)

5.27pm – 12.04 am (Malaysia)

Timbul persoalan, perlu ke untuk kita samakan waktu kita berdoa dengan waktu wukuf di padang Arafah itu?

Jika diteliti hadis Nabi s.a.w, Nabi s.a.w tidak menyatakan sebaik-baik doa itu ketika waktu wukuf, tetapi dinyatakan sebaik-baik doa pada HARI Arafah.

Jadi, bagaimanakah mentafsirkan hari Arafah?

Syeikh Dr. Wahbah az-Zuhaili rahimahullah dan kebanyakan ulama yang lain menyatakan hari Arafah adalah pada 9 Zulhijjah. Bermaksud, sepanjang hari 9 Zulhijjah ini keseluruhannya adalah doa mustajab.

Adapun bagi orang-orang yang mengerjakan haji di Mekah, mereka perlu melaksanakan satu rukun haji yang dipanggil wukuf di Padang Arafah.

Sabda Nabi s.a.w:

الحج عرفة

Maksudnya: “Haji itu (berwukuf) di padang Arafah.”

Waktu wukuf bermula dari tergelincir matahari (masuk waktu Zuhur/waktu di Arab Saudi) hari ke 9 Zulhijjah sehingga terbit fajar 10 Zulhijjah.

Maka oleh itu, bagi orang yang mengerjakan haji mereka digalakkan berdoa ketika sepanjang waktu wukuf oleh kerana ketika itu merupakan gabungan yang sangat cantik iaitu berada pada 9 Zulhijjah dan dalam keadaan berwukuf di padang Arafah. Maka insyaAllah mustajab doa berganda-ganda.

Oleh kerana itu, jelas di sini sepanjang hari Arafah merupakan hari doa mustajab. Cuma bagi orang yang mengerjakan haji ada keistimewaan tersendiri dalam mencari doa mustajab yang lebih mustajab.

Manakala bagi mereka yang tidak mengerjakan haji juga ada cara tersendiri untuk mencari doa mustajab yang lebih mustajab pada hari Arafah iaitu dengan berpuasa pada hari berkenaan.

Nabi S.A.W bersabda:

ثَلاثَةٌ لا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ..

Maksudnya: ” Tiga doa yang tidak akan ditolak Allah (bermaksud sangat mustajab) iaitu doa seorang pemimpin yang adil, doa orang berpuasa sehingga dia berbuka dan doa orang yang dizalimi..”

Islam tidak akan sesekali menyempitkan ruang ibadah kepada umatNya. Berdoalah pada mana-mana waktu sepanjang kita berpuasa di hari Arafah kerana ianya mustajab dan mujarab insyaAllah.

Zikir Terbaik & Contoh Senarai Doa Pada Hari Arafah

Sebaik-baik doa dan zikir yang boleh diamalkan adalah seperti yang disebutkan dalam hadis sahih ini:

“Sebaik-baik doa adalah doa di hari Arafah, dan sebaik-baik zikir yang aku ucapkan dan juga diucapkan para nabi sebelumku adalah,

“لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِير”.

La Ilaaha IllAllah wahdahu laa syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syai-in qadir

*Maksudnya: Tidak ada yang berhak disembah selain Allah yang satu, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya kekuasaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”

(Hadis diriwayatkan oleh Al-Tirmizi)

Contoh Doa Hari Arafah

Doakan kebaikan kita semua juga ya.

Ya Allah, kurniakan padaku kejayaan terbesar – selamat dari api neraka dan masuk ke Syurga Firdaus.

Ya Allah, masukkan aku dan keluargaku dalam golongan yang beriman, yang menerima kitab amal di tangan kanan kami.

Ya Allah, kurniakan padaku kematian yang diberkati. Izinkan aku mengucapkan syahadah sebelum aku menghembuskan nafas terakhir. Kurniakanlah padaku syafaat Rasulullah SAW.

Ya Allah, masukkanlah aku dalam kalangan Rasulullah SAW, keluarganya dan para sahabat di Syurga Firdaus.

Ya Allah, selamatkan rakan-rakan bukan Islamku dari neraka. Kurniakan mereka hidayah Islam.

Ya Allah, satukan aku dalam Syurga Firdaus dengan-orang yang aku sayangi semata-mata keranaMu.

Ya Rabb, sempurnakan agamaku dan ibadatku. Selamatkan aku daripada kejahatan dan izinkan aku menyempurnakan sebahagian daripada agamaku.

Ya Allah, terima amalan baikku dan tingkatkan pahala dan rahmat untukku. Padamkan dosa-dosaku dan ampunkan aku sepenuhnya. Limpahi rahmatMu untukku dan selamatkan aku dari kehinaan pada hari hitungan amal.

Ya Allah, apabila aku mati, biarkan jiwaku dan rekod amalanku menjadi amalan tertinggi

Ya Allah, kurniakan kepadaku, ibu bapaku, keluarga dan anak-anakku bimbingan, ketabahan dan peningkatan iman.

Ya Allah, masukkan aku dalam golongan yang Engkau lindungi, mendapat pengampunanMu dan mendapat naungan pada hari ketika tidak ada naungan selain dari ArashMu.

Ya Tuhanku, tingkatkan keyakinan dan tawakkalku padaMu. Jangan singgahkan keraguan dalam kepercayaanku dalam keesaanMu, kehebatanMu dan kekuasaanMu.

Ya Allah, tingkatkan kecintaanku untukMu dan NabiMu.

Ya Allah, ampuni aku dan tingkatkan kurnian rahmat dan rezekiMu.

Ya Allah, beri aku lebih banyak peluang untuk berbuat baik dan mendapat keredhaanMu.

Ya Allah Ya Rabb, sucikan niatku hanya untukMu semata dan lindungi aku dari menunjuk-nunjuk atau kebanggaan palsu. Selamatkan aku dari sifat angkuh, sombong, menunjuk-nunjuk dan mengungkit ungkit nikmat.

Wahai Penciptaku dan Tuhanku, jangan Kau biarkan aku sendirian. Berkati aku dengan pasangan yang sesuai dan anak-anak yang akan menjadi penyejuk mataku.

Ya Allah Ya Tuhanku, jadikan aku dari kalangan orang yang sabar dan patuh kepadaMu dan kepada ibu bapaku. Ya Allah, selamatkan aku dari fitnah Dajjal.

Ya Allah, selamatkan aku dari azab kubur dan azab api neraka.

Ya Allah, tingkatkan usahaku dalam kerja-kerja sadaqatul jariah.

Ya Allah, berkati hidupku dengan kesihatan yang baik, agar aku dapat bersujud padamu dengan mudah sehingga akhir hayatku.

Ya Allah, lindungi aku dan seluruh umat Islam dalam menentang penindas-penindas yang zalim. Selamatkan kami dari fitnah dan permudahkan bagi kami mengharungi zaman yang sukar ini.

Tuhanku, berkati hidupku dengan yang terbaik di dunia ini, yang terbaik di akhirat nanti. Sesungguhnya aku memang memerlukan kurniaan dariMu Ya Allah.

Ya Allah, tingkatkan kesyukuranku semata-mata kepadaMu.

Ya Rabb, selamatkan aku dari kemunafikan.

Ya Allah, izinkan aku dan suamiku menjadi antara jemaah menunaikan Haji sebelum kami dijemput olehMu.

Ya Allah, lindungi kami dari syaitan, jin dan arak. Lindungi kami dari perbuatan jahat dan niat mereka.

Ya Allah, ampuni dan berikan rahmat kepada ibu bapa kami, kerana mereka menjaga kami ketika kami masih kecil.

Ya Allah, aku berdoa dan memohon daripadamu untuk mengurniakan bimbingan kepada pemuda dan umat Islam. Selamatkan kami semua dari kufur, putus asa, salah laku dan syirik.

Ya Allah, berikan aku kekuatan untuk melawan kemalasan dan tidur, semoga aku dapat bangun untuk tahajjud dan solat subuh setiap hari.

Ya Allah, hapuskan Virus Covid19 di seluruh dunia dan sembuhkan mereka yang dijangkiti.

Ya Allah, ampunkan segala dosaku, dosa kedua ibu bapaku dan ampunkan segala dosa seluruh muslimin dan muslimat di seluruh dunia.

Amin Ya Rabbal’ Alamin.


Jangan Memuji Pelaku Kekufuran

Islam adalah agama yang agung dan tinggi, dan seorang muslim yang menjadikan Islam sebagai jalan hidup dan petunjuk hidup adalah manusia yang tinggi dan mulia dihadapan Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman :

وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Terjemahannya : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (QS. Ali-Imran : 139).

Tidak pantas seorang yang beriman merasa rendah dari para pelaku kekufuran. Nabi kita Sallallahu alaihi wasallam bersabda :

الْإِسْلَامُ يَعْلُو وَلَا يُعْلَى عَلَيْهِ

Artinya : Islam tinggi dan tidak ada yang mampu menandinginya. (Dishahihkan oleh Imam Al Albani) Allah Ta’ala berfirman :

لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى ٱلْبِلَٰدِ (196) مَتَٰعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَىٰهُمْ جَهَنَّمُ ۚ وَبِئْسَ ٱلْمِهَادُ

Terjemahannya : Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanya sementara, kemudian tempat tinggal mereka adalah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. (QS. Ali-Imran : 196-197)

Dengan segala kekurangan yang ada pada umat Islam hari ini, namun Islam dan pemeluknya adalah tinggi dan mulia. Allah Ta’ala menggambarkan bagaimana orang-orang kafir di akhirat yang berangan-angan menjadi seorang muslim ketika di dunia. Allah Ta’ala berfirman :

رُّبَمَا يَوَدُّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لَوْ كَانُوا۟ مُسْلِمِينَ (2) ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا۟ وَيَتَمَتَّعُوا۟ وَيُلْهِهِمُ ٱلْأَمَلُ ۖ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ

Terjemahannya : Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka). (QS. Al-Hijr : 2-3)

Jagalah keislamanan mu, karena dia adalah penyebab keselamatanmu di dunia dan di akhirat.

Ada 3 perkara penting dalam menjaga keislaman kita dari terjerumus dalam pemujian kepada pelaku kekufuran dan dosa :

Pertama : Bersegara memperbanyak amalan sholeh. Nabi kita Sallallahu alaihi wasallam bersabda :

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

Artinya : Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia. (HR. Muslim)

Amalan sholeh yang kita lakukan akan menguatkan hati kita, dan ketika hati kita kuat, maka itu akan menjadi perisai dari berbagai fitnah.

Kedua : Menjauhi tempat-tempat fitnah. Nabi kita Sallallahu alaihi wasallam menyebutkan dalam satu sabda beliau tentang beruntungnya orang yang menjauhi tempat dimana banyak fitnah yang bisa menjerumuskan hati ke dalam dosa :

إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنَ إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنِ إِنَّ السَّعِيدَ لَمَنْ جُنِّبَ الْفِتَنُ وَلَمَنْ ابْتُلِيَ فَصَبَرَ فَوَاهًا

Artinya : Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah. Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah. Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah. Dan barangsiapa yang mendapat ujian lalu bersabar, maka alangkah bagusnya. (HR. Abu Daud)

Ketiga : Menjauhi majlis-majlis orang yang suka menurutkan hawa nafsunya. Hal inilah yang dinasehatkan oleh sahabat yang mulia Ibnu Abbas radiyallahu anhu :

لا تجالس أهل الأهواء ؛ فإن مجالستهم ممرضة للقلب

Artinya : Jangan bersahabat dengan pengikut hawa nafsu dalam beragama. Karena bersahabat dengan mereka adalah penyakit bagi hati. (Lihat : Tafsir At-Tobari 4/328)

Ajaran Islam telah Allah sempurnakan dan telah Allah Ridhoi sebagai agama untuk sekalian umat manusia, maka berpegang teguhlah dengan Islam sampai engkau dipanggil oleh Allah Ta’ala :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Terjemahannya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali-Imran : 102)

Sabtu, 17 Julai 2021

Jangan Mudah Percaya Dengan Orang Kafir

 Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لا يَأْلُونَكُمْ خَبَالا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الآيَاتِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ 

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imran[3]: 118)

Tentang sebab turunnya ayat di atas, Ibnu Abbas menjelaskan, “Ada beberapa orang kaum muslimin yang menjalin hubungan dekat dengan beberapa orang Yahudi mengingat mereka adalah tetangga dan orang-orang yang pernah saling bersumpah untuk saling mewarisi di masa jahiliyyah lalu Allah menurunkan ayat yang berisi larangan menjadikan orang-orang Yahudi sebagai teman dekat karena dikhawatirkan menjadi sebab munculnya godaan iman. Ayat yang dimaksudkan adalah ayat di atas.” (Riwayat Ibnu Abi hatim dengan sanad yang hasan).

Dalam ayat ini terkandung larangan keras untuk simpati dan memihak kepada orang-orang kafir, karena yang dimaksud bithonah dalam ayat tersebut adalah orang-orang dekat yang mengetahui berbagai hal yang bersifat rahasia. Bithonah diambil dari kata-kata bathnun yang merupakan kebalikan dari zhahir yang berarti yang nampak. Sedangkan Imam Bukhari mengatakan bahwa yang dimaksud dengan bithonah adalah orang-orang yang sering menemui karena sudah akrab. Kata Ibnu Hajar, penjelasan tersebut merupakan pendapat Abu ‘Ubaidah (Fathul Bari, 13/202, lihat Jami’ Tafsir min Kutub al Ahadits, 1/396)

Tentang makna bithonah, Zamakhsyari mengatakan bahwa bithonah adalah orang kepercayaan dan orang pilihan, tempat untuk menceritakan hal-hal yang pribadi karena merasa percaya dengan orang tersebut (Tafsir al Kasysyaf, 1/406, lihat Tafsir al Qasimi, 2/441 cetakan Darul Hadits Kairo)

Dengan ayat ini, Allah melarang orang-orang yang beriman untuk menjadikan orang-orang kafir baik Yahudi ataupun ahlu ahwa’ (pengekor hawa nafsu, ahli bid’ah) sebagai orang-orang dekat yang menjadi tempat bermusyawarah dan mengadukan permasalahan.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ «الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ» 

Dari Abu Hurairah, Nabi bersabda, “Seseorang itu mengikuti agama teman dekatnya.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Hakim dan dinilai shahih oleh Hakim serta disetujui oleh adz Dzahabi. Demikian juga dinilai shahih oleh an Nawawi, dll)

Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, beliau mengatakan, “Nilailah seseorang dengan teman dekatnya.”

Setelah itu Allah menjelaskan sebab dilarangnya menjalin kedekatan dengan mereka. Mereka selalu mencurahkan segala daya upaya untuk menyengsarakan kalian. Dengan kata lain, jika mereka tidak memerangi kalian secara terang-terangan maka mereka tidak pernah kenal lelah membuat tipu daya untuk kalian.

Ketika menjelaskan potongan ayat ini, Muqatil bin Hayyan mengatakan, “Mereka hendak menyesatkan kalian sebagaimana mereka telah sesat. Maka Allah melarang orang-orang beriman untuk memasukkan orang-orang munafik dengan meninggalkan orang-orang yang beriman ke dalam rumah atau menjadikan mereka sebagai orang dekat.” (Riwayat Ibnu Abi Hatim dengan sanad yang hasan).

Terkait ayat ini, Abu Umamah mengatakan, “Yang Allah maksudkan adalah orang-orang khawarij (orang yang memiliki pemahaman mudah mengafirkan orang lain tanpa alasan yang jelas)”

Diriwayatkan bahwa Abu Musa al ‘Asy’ari mengangkat orang Nasrani sebagai sekretaris beliau maka Khalifah Umar mengirim surat dengan nada kasar lalu mengutip ayat di atas sebagai teguran bagi Abu Musa.

Abu Musa pernah menghadap Khalifah Umar dengan membawa laporan secara tertulis. Setelah disampaikan kepada Khalifah Umar beliau merasa kagum dengan lembaran-lembaran laporan tersebut. Setelah laporan tersebut sampai ke tangan Khalifah Umar, beliau bertanya kepada Abu Musa, “Di manakah juru tulismu? Minta dia supaya membacakannya di hadapan banyak orang.” “Dia tidak masuk ke dalam masjid”, jawab Abu Musa. Khalifah bertanya, “Mengapa? Apakah dia dalam kondisi junub?” Abu Musa berkata, “Bukan, namun karena dia seorang Nasrani.” Mendengar hal tersebut, Khalifah Umar lantas menghardik beliau seraya berkata, “Jangan dekatkan mereka kepada kalian padahal Allah telah menjauhkan mereka. Jangan muliakan mereka padahal Allah telah menghinakan mereka. Jangan percaya kepada mereka padahal Allah sudah menegaskan bahwa mereka suka khianat terhadap amanah.”

Khalifah Umar juga pernah mengatakan, “Janganlah kalian mempekerjakan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) karena mereka menghalalkan suap. Untuk menyelesaikan urusan kalian dan urusan rakyat kalian manfaatkanlah orang-orang yang merasa takut kepada Allah.”

Dari Abu Dahqonah, ada yang berkata kepada Khalifah Umar, “Ada seorang budak laki-laki Nasrani dari daerah Hirah yang paling jago dalam tulis menulis dan terkenal sebagi seorang yang amanah. Berkenankah anda seandainya dia menjadi sekretaris anda?” Dengan tegas, Khalifah Umar menyatakan, “Jika demikian berarti aku telah menjadikan non muslim sebagai orang kepercayaanku.” (Riwayat Ibnu Abi Hatim dengan sanad yang shahih)

Ar Razi berkata, “Hal ini menunjukkan bahwa Umar menjadikan ayat ini sebagi dalil bahwa menjadikan orang Nasrani sebagi teman dekat adalah suatu yang terlarang.” (Tafsir ar Razi, 8/216)

Ibnu Katsir mengatakan, “Riwayat dari Khalifah Umar ditambah ayat di atas adalah dalil bahwa orang kafir dzimmi tidak boleh dipekerjakan sebagai juru tulis sehingga merasa lebih tinggi dari kaum muslimin dan mengetahui rahasia-rahasia umat sehingga dikhawatirkan akan disampaikan kepada musuh, orang kafirharbi.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/398)

Dalam al Iklil, Imam Suyuthi mengutip perkataan al Kaya Harasi, “Dalam ayat tersebut terdapat dalil bahwa meminta tolong dengan kafir dzimmi jika terkait dengan urusan kaum muslimin adalah suatu hal yang terlarang.” (Al Iklil hal. 72)

Penjelasannya sebagaimana yang dikatakan oleh al Qasyani, “Sesungguhnya bithonah seseorang adalah kekasih dan orang pilihannya yang mengetahui berbagai hal rahasia yang dia miliki. Sahabat semisal ini tidak mungkin kecuali setelah adanya kesamaan tujuan hidup, agama dan karakter dan bersahabat karena Allah bukan karena tendensi tertentu karena sahabat adalah satu jiwa dalam raga yang berbeda. Jika dua orang tersebut tidak seiman maka persahabatannya tentu akan segera berantakan.” (Tafsir Al Qasimi, 2/442)

Imam Qurthubi mengatakan, “Keadaan telah berubah total di masa kini. Yahudi dan Nasrani diangkat sebagai para juru tulis dan orang-orang kepercayaan. Hal tersebut bahkan menjadi kebanggaan bagi para penguasa yang kurang paham dengan agama.” Jika demikian keadaan di masa Imam Qurthubi lalu apa yang bisa katakan untuk masa kita saat ini.

عن أبي سعيد الخدري عن النبي صلى الله عليه و سلم قال «ما بعث الله من نبي ولا استخلف من خليفة إلا كانت له بطانتان بطانة تأمره بالمعروف وتحضه عليه وبطانة تأمره بالشر وتحضه عليه فالمعصوم من عصم الله تعالى» 

Dari Abu Said al Khudri, Nabi bersabda, “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi atau mengangkat seorang khalifah melainkan pasti memiliki dua jenis orang dekat. Ada yang mengajak dan memotivasi untuk berbuat kebaikan. Sebaliknya yang kedua malah mengajak dan memotivasi untuk mengerjakan keburukan. Orang yang terjaga adalah orang yang benar-benar Allah jaga.” (HR. Bukhari dan Nasai)

Sungguh permusuhan dan sikap mendustakan telah benar-benar nampak pada mulut-mulut mereka. Dalam hal ini, Allah menyebutkan mulut untuk mengisyaratkan bahwa mereka pongah dalam kata-kata yang mereka lontarkan. Artinya mereka itu melebihi orang-orang yang menyembunyikan permusuhan sehingga permusuhan hanya nampak dalam sorot pandangan mata.

Tentang ayat ini, Qotadah mengatakan, “Ungkapan permusuhan telah nampak jelas melalui mulut orang-orang munafik ketika berada di hadapan orang-orang kafir yang sejalan dengan mereka. Mereka katakan bahwa mereka berhasil menipu Islam dan umat Islam serta menyampaikan ungkapan rasa benci terhadap orang-orang yang beriman.” Beliau juga mengatakan, “Yang mereka sembunyikan dalam dada-dada mereka itu lebih besar dibandingkan yang mereka nampakkan dengan lisan mereka.” (Riwayat Thabari dengan sanad yang hasan)

Ayat di atas juga menjadi dalil seorang musuh tidak boleh memberikan persaksian yang menyudutkan kepada orang yang menjadi musuhnya. Inilah pendapat para ulama’ terdahulu yang berdomisili di Madinah dan Hijaz (Mekkah, Madinah dan sekitarnya) pada umumnya. Sedangkan Imam Abu Hanifah membolehkan hal tersebut sebagaimana dalam salah satu riwayat. Ibnu Bathal mengutip penyataan Ibnu Sya’ban, “Para ulama bersepakat bahwa musuh tidak boleh memberikan persaksian yang menyudutkannya kepada yang menjadi musuhnya dalam kasus apapun meski dia adalah seorang yang baik agamanya. Jadi permusuhan itu menghilangkan nilai kejujuran seseorang. Lalu bagaimana dengan permusuhan dengan orang kafir.” Pada akhir ayat Allah menegaskan bahwa rasa benci yang disembunyikan oleh orang-orang kafir itu jauh lebih besar lagi dibandingkan yang dinampakkan dengan mulut.

Jumaat, 16 Julai 2021

Politik berteras agama untuk tegak kebenaran, tidak rebut kuasa

 PERSAINGAN kuasa di kalangan ahli-ahli politik telah membuatkan mereka sanggup melakukan apa sahaja, termasuk memfitnah, mencerca, memaki hamun dan sebagainya, sehingga sanggup membunuh imej atau nyawa musuh-musuh politik mereka. Inilah amalan politik yang membuat masyarakat umum mengatakan ‘politik itu kotor’. Ia ditambah lagi dengan kegilaan orang-orang yang berkuasa menyalahgunakan kedudukan mereka untuk berbuat kezaliman, menindas rakyat dan menyelewengkan harta negara. 

Inilah sebenarnya penyakit politik apabila tidak berasaskan agama. Mereka tidak berfikir mengenai dosa dan pahala. Apa yang mereka fikir ialah bagaimana menghancurkan musuh-musuh politik mereka, walaupun mungkin saudara mereka sendiri. Objektif mereka adalah untuk berkuasa. Politik Sekular seperti ini telah terbukti merosakkan manusia dan kemanusiaan berzaman-zaman. Manusia yang asalnya dicipta sebagai sebaik-baik kejadian, lengkap dengan akal fikiran, telah menggelongsor jatuh ke tempat yang paling hina, lebih hina daripada binatang.

Islam datang dengan menawarkan politik-politik ‘patuh syariah’ yang berasaskan kebenaran. Kuasa bukan matlamat, tetapi alat untuk membolehkan mereka menegakkan kebenaran. Tiadalah kebenaran yang lebih tinggi, selain daripada mentauhidkan Allah dan berabdi dengan taat kepada-Nya dalam semua aspek kehidupan. Kerana itu, di dalam Surah an-Nisa’ (4: 58-59), Allah menggariskan panduan berpolitik kepada manusia supaya:

1. Rakyat menyerahkan amanah kepemimpinan kepada ahlinya sahaja, iaitu orang yang membawa manusia kepada mentauhid dan berabdi kepada Allah.

2. Pemimpin yang dipilih untuk memerintah hendaklah berlaku adil dengan melaksanakan seluruh perintah Allah dan meninggalkan larangannya.

3. Ketika pemimpin berlaku adil dengan mentaati Allah dan Rasul, wajiblah rakyat memberikan taat kepada mereka.

4. Apabila ada perselisihan di antara rakyat dan pemimpin, mereka tidak boleh saling memfitnah atau mencaci maki, termasuk membunuh. Sebaliknya mereka mesti merujuk penyelesaian kepada al-Quran dan Sunnah, di mana para ulamak bertanggungjawab membimbing rakyat dan kerajaan supaya memahami kehendak al-Quran dan Sunnah dalam menyelesaikan perselisihan yang timbul.

Apabila memerhatikan gelagat para pemimpin politik dan rakyat yang terjebak di dalam politik emosi sekarang, nampaklah kita bahawa orang kita tidak beramal dengan gagasan politik wahyu itu, sebaliknya mereka berpolitik mengikut hawa nafsu. Politik mereka adalah untuk berebut kuasa, bukan untuk menegakkan kebenaran. Kuasa pula mereka gunakan untuk kemegahan, bukan untuk menundukkan diri kepada Tuhan. Lantaran itu, timbullah penyelewengan, kezaliman dan penindasan sehingga sanggup memfitnah, mencaci maki dan membunuh lawan politiknya.

Teringat saya kepada buku Leviathan karangan ahli falsafah Barat, Thomas Hobbes (1588-1679) yang saya kaji pada 1998 di dalam kuliah Sarjana dahulu. Hobbes mengomentari kerakusan ahli-ahli politik ketika berlaku persaingan kuasa di antara Ahli-ahli Parlimen British dengan Raja Charles I. Kata beliau:

“Jika terdapat dua orang yang menghendaki barang yang sama, tetapi kedua-duanya tidak dapat bersama-sama menikmati barang tersebut, mereka akan mencipta permusuhan. Akhirnya untuk mencapai satu keputusan, kedua-dua mereka harus menumpaskan antara satu sama lain.”

Inilah ungkapan Hobbes mengenai fikiran manusia politik yang tidak bertunjang agama! Berpolitiklah untuk keselamatan dunia dan akhirat, bukan berpolitik untuk memuaskan kerakusan nafsu serakah! <

 MOHD FADLI GHANI – HARAKAHDAILY 8/6/2021

Rabu, 14 Julai 2021

KENAPA AKU KEKAL DENGAN PAS

Untuk kekal dengan sesuatu kita perlu ada sebab yang kukuh.
Apatah lagi memilih suatu tempat untuk berintimak beramal soleh. 
Maka suka aku ingin kongsikan 5 sebab mengapa aku KEKAL dengan PAS.

1. DASAR DAN TUJUAN PERJUANGAN YANG JELAS

Dengan dasar dan tujuan yang jelas lah yang membolehkan sesiapa sahaja kekal beristiqamah. Dasar PAS adalah ISLAM manakala seruan adalah Allahuakbar.

Tujuan PAS pula adalah

a. Memperjuangkan wujudnya di dalam negara ini sebuah masyarakat dan pemerintahan yang terlaksana di dalamnya nilai-nilai hidup Islam dan hukum-hukumnya menuju keredhaan Allah.

b. Mempertahankan Kesucian Islam serta kemerdekaan dan kedaulatan negara.

Maka sudah terang lagi bersuluh. Selagimana semua ini tidak lari dari perjuangan. Maka tiada sebab untuk aku berpindah bahtera.

2. DI TUBUHKAN HASIL IJTIMAK ULAMA TANAH MELAYU

Korang boleh singkap sejarah penubuhan PAS. Siapa yang berijtimak bersama-sama walau datang dari pelbagai ceruk tanah melayu? Mereka inilah begitu gigih untuk bersama dan menggerakkan satu gerakan islam demi mendaulatkan islam di tanah melayu. Mereka ini tidak lain adalah ulama’ tanah melayu ketika itu. Aku yakin dan percaya dengan keputusan bersama ulama’ melayu ketika itu insyallah ada barakahnya.

3. MEMPUNYAI 3 ELEMEN DALAM PERGERAKAN

Ini yang paling ketara yang membezakan PAS dengan gerakan islam lain mahupun parti politik lain. Boleh dikatakan semua gerakan islam memilih Dakwah dan Tarbiah sahaja. Parti Politik pula memilih Siasah sahaja. Namun berlain dengan PAS. PAS membawa ketiga-tiga elemen tersebut sekaligus tanpa meninggalkan salah satu. Dakwah , tarbiah dan siasah berjalan seiring bersama!. Aku yakin 3 perkara inilah yang mampu menjadi formula untuk membawa islam ini ke puncaknya.

4. PAS BUKAN SEMPURNA

Ya. Betul. Aku setuju 100% mengatakan PAS bukannya sempurna. PAS bukan baik sangat pun. Ahli dalamnya pun bukannya semua malaikat. Namun aku percaya PAS yang paling baik dan sempurna antara kesemua parti politik. Kelemahan-kelemahan yang ada pada PAS ini lah yang lebih menguatkan azam aku untuk bersama dengan Gerakan Islam ini. Bukan nya apa. Kelemahan-kelamahan ini lah yang membuka ruang kepada aku untuk beramal soleh sedaya mampu.

5. DI PIMPIN OLEH ULAMA’ SIASI

Semua mengetahu bahawa politik adalah suatu bidang yang sangat licik. Dalamnya ada kekotoran. Oleh itu untuk memastikan langkah politik kekal dilapik dengan nas agama, Perlu ada golongan yang mampu memandu kita dan membuat bacaan politik dalam neraca agama. Tidak dapat tidak mereka adalah dari golongan ulama’. Bukan sahaja ulama’ yang faqih ilmu agamanya. Malah ulama’ yang mempunyai pengalaman yang meluas dalam bidang siasah ini. Antara contoh paling mudah untuk kita ambil Tuan Guru Hj hadi Awang. Benar. kadangkala langkahnya tidak populis dalam masyarakat kita. Namun langkahnya jelas berdasarkan ilmu agama bersulam pengalaman luas beliau. Moga Allah panjangkan umur beliau.