بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Allah swt berfirman di dalam al-quran yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung; maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh”. (Al-Ahzab : 72).
Daria ayat tersebut di atas jelas bahwa kepada kits umat manusia telah dipikulkan satu amanat untuk dimanfaatkan sebagaimana mestinya, antara lain berupa :
Khianat atas Agama.
Agama yang datangnya dari Allah swt yang telah diamanatkan kepada utusan Muhammad saw. Nabi Muhammad telah wafat dan amanatnya diamanatkan lagi kepada kita sebagai umat pelanjut risalah. Adalah khianat apabila kita tidak menjaga dan melanjutkan amanat ini, tidak berusaha memahami dan mengamalkan agama di dalam hidup dan kehidupan.
Agama yang datangnya dari Allah swt yang telah diamanatkan kepada utusan Muhammad saw. Nabi Muhammad telah wafat dan amanatnya diamanatkan lagi kepada kita sebagai umat pelanjut risalah. Adalah khianat apabila kita tidak menjaga dan melanjutkan amanat ini, tidak berusaha memahami dan mengamalkan agama di dalam hidup dan kehidupan.
Khianat atas Alam semesta dengan segala isinya. Diri/jasmani adalah amanat dari Allah swt karena itu jangan diberi makanan yang haram dan batil. Jangan diberi makanan/ minuman yang merusak akal fikiran serta saraf kita sehingga di dalam memutuskan muwajjannah akliyah/pertimbangan pikiran menjadi goyah, sehingga sukar membedakan mana yang hak dan mana yang bathil serta sulit membedakan mana yang bermanfaat dan mafsadat. Apabila kita diberi juga makanan yang batal dan haram, maka kita telah berbuat khianat terhadap amanat Allah SWT yang diberikan kepada kita dalam bentuk akal dan saraf.
Khianat atas Ruh juga amanat dari Allah swt. Tetapi berapa banyak manusia yang telah berbuat khianat akan amanat tersebut sehingga ruh yang tadinya bersih dan bening menjadi buram karena tingkah dan ulah manusia, yang membawa akibat apa yang seharusnya tampak menjadi tidak tampak, tidak mempunyai daya tanggap, tidak mempunyai daya refleksi, tidak obyektif lagi karena ruhnya telah dikotori oleh berbagai daki kemaksiatan.
Khianat Suami/Isteri dan anak-anak adalah amanat dari Allah swt. Tetapi berapa banyak manusia yang mengkhianati isterinya dan isterinya. Isteri dan anaknya diberi makanan dan pakaian secukupnya, tetapi tidak pernah dikenalkan ruhnya kepada Allah swt.
Banyak amanat dan kenikmatan yang diberikan kepada manusia tetapi sayang kata Allah swt sendiri, bahwa manusia itu amat zalim dan amat bodoh. Innahu kaana dhaluman jahula. Allah swt mensinyalir bahwa manusia itu zalim terhadap amanatNya. Zalim dalam arti tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya. Akibat ia bergeser dari amanat dan masuk ke wilayah yang bertentangan yaitu khianat. Allah swt berfirman yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan janganlah kamu menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (Al-Anfal :27).
Khianat kepada Allah swt dan Rasul adalah bahwa tatkala ruh ditiupkan kedalam jasad yang masih di rahim ibu, Allah swt menawarkan kepada manusia apakah sanggup dan rela hdup didunia, dan jiwa menjawab sanggup dan rela. Ditanya pula apakah kamu sanggup dan rela pada saat nyawamu akan dicabut dari jasadmu? Maka jawabannya sanggup dan rela. Dan juga ditanyai apakah sanggup dan rela untuk taat/takwa kepada-Ku? Dijawab ruh bahwa aku sanggup dan rela ya allah. Ketika manusia telah lahir ke dunia dan melihat keindahannya, janji yang pernah diucapkan dahulu dilupakan dan membuat kontrak baru dengan kehidupan yang baru.
Khianat kepada Rasul ialah kita mendekati/melakukan apa yang dilarang Rasul. Contoh dan suri teladan Rasul tidak diikuti tetapi tradisi dan kebiasaan jahiliyah diagung-agungkan. Kita tidak berpedoman kepada sunnahnya tetapi kita menciptakan sekehendak hati atas kehidupan ini.
Khianat atas diri sendiri dimana manusia diberikan nikmat dan kesempurnaan ciptaan tetapi tidak digunakan kepada jalan kebaikan dan manfaat, tidak memanfaatkan akal yang baik, jika diberi ilmu sering menukarkan dengan yang batil, sering membenarkan yang salah, sehingga Allah swt menyatakan bahwa sesungguhnya manusia mengetahui, wa antum ta’lamun.
Adapun orang yang bersikap jahil terhadap amanah, bersikap bodoh terhadap amanah, tidak berusaha untuk mengetahui bahwa hidup ini adalah amanah, bahkan apabila sudah tahu kemudian ia tidak mau tahu dengan amanah itu. Akibat dari sikap ini ia lalai dan tidak sadar dalam bertindak serta meruak amanah.
Seseorang dapat dilatakan telah melaksanakan amanah tandanya ialah dilaksanakannya keadilan, baik kepada dirinya maupun kepada orang lain sesuai dengan firman Allah swt yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (An-Nisa” ayat 58). Wallahu’aklam.