Selasa, 25 Januari 2022

ORANG YANG DIBENCI ALLAH

Orang yang mencela orang lain, ia tidak akan mati sebelum ia mengalami keadaan sebagaimana orang yang dicela.

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْحَسَنِ بْنِ أَبِي يَزِيدَ الْهَمْدَانِيُّ عَنْ ثَوْرِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ خَالِدِ بْنِ مَعْدَانَ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ.(رواه الترمذي|كتاب صفاة القيامة:2429)

Dari Khalid bin Ma’dan dari Mu’ad bin Jabal ia berkata: Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa yang mencela saudaranya karena suatu dosa, maka dia belum mati sehingga dia berbuat dosa seperti saudaranya itu.”(HR. At Tirmidzi, kitab shifat al qiyamah, 2429)

Keterangan:

Hadits di atas menurut At Tirmidzi adalah ghorib, karena sanadnya tidak muttashil (sambung). Menurut Ibnu Hajar At Tirmidzi seakan menilainya hasan karena banyaknya hadits senada yang menguatkannya. Sehingga hadits tersebut tidak dapat dilemahkan karena tidak bersambungnya sanad tersebut. Menurut beliau Kholid bin Ma’dan meriwayatkan dari banyak orang dari sahabat-sahabat Mu’adz (dan mereka) dari Mu’adz. Wallahu a’lam.

Hadits di atas melarang mencela atau membicarakan aib orang lain kecuali karena beberapa sebab yang dibenarkan secara syar’i, sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab ghibah.

  1. 2.      Termasuk orang yang dikutuk Allah, orang yang berdusta dengan tujuan supaya ditertawakan oleh orang lain (karena dinilai lucu, humoris)

عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ .(رواه أبو داود|كتاب الأدب:4338)

Dari Bahzi ibni hakiim, ia berkata: Telah bercerita bapakku dari kakek, beliau berkata: aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Celakalah bagi orang yang berbicara tetapi berdusta untuk menjadikan orang tertawa karenanya. Celaka baginya, dan celaka baginya.”(HR. Ahmad, kitab al-adab, 4338)

Hadits tersebut juga diriwayatkan oleh At Tirmidzi, Ahmad dan Ad Darimi dengan matan (isi) hadits yang sama.

Setiap orang hendaklah menjauhi ini, walaupun mungkin dengan perilaku itu ia mendapatkan keuntungan yang besar di dunia. Bahkan tidak jarang dianggap sebagai sedekah, karena dapat menjadikan orang senyum, tertawa, dan bahagia.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا.(رواه البخاري|كتاب البر والصلة:4721)

Dari Abdillah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda,”Hendaklah kalian senantiasa bersikap jujur, karena kejujuran kepada kebajikan, dan kebajikan memimpin kepada surga. Dan hendaklah seseorang selalu berlaku jujur/benar dan ia selalu memilih kejujuran /kebenaran itu sehingga di sisi Allah ditulis sebagai orang yang sangat jujur/jujur. Dan jauhilah dusta, karena dusta memimpin kepada kejahatan, dan kejahatan memimpin kepada neraka. Dan senantiasa seseorang berdusta dan memilih kedustaan sehingga dia dicatat di sisi Allah orang yang sangat dusta.”(HR. Bukhari, kitab albirr wa ashshilah, 4721)

عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ أَنَّهَا سَمِعَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ يَقُولُ أَيُّهَا النَّاسُ….كُلُّ الْكَذِبِ يُكْتَبُ عَلَى ابْنِ آدَمَ إِلاَّ ثَلاَثَ خِصَالٍ رَجُلٌ كَذَبَ عَلَى امْرَأَتِهِ لِيُرْضِيَهَا أَوْ رَجُلٌ كَذَبَ فِي خَدِيعَةِ حَرْبٍ أَوْ رَجُلٌ كَذَبَ بَيْنَ امْرَأَيْنِ مُسْلِمَيْنِ لِيُصْلِحَ بَيْنَهُمَا.(رواه أحمد|مسند القبائل:26289)

Dari Asma’ binti Yazid bahwasannya ia mendengar Rasulullah SAW khutbah, beliau bersabda,”Hai sekalian manusia,… Setiap dusta dicatat dosa atas anak Adam (manusia) kecuali pada tiga perkara, yaitu (1) seorang laki-laki yang berdusta kepada istrinya untuk menyenangkan hatinya, (2) seorang yang berdusta dalam peperangan, (3) orang yang berdusta di antara dua orang muslim untuk mendamaikan keduanya.”(HR. Ahmad, musnad al-qobail, 26.289)

  1. 3.      Permusuhan adalah perbuatan yang dibenci Allah ‘azza wajalla.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِي اللَّهُ عَنْهَا عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ اْلأَلَدُّ الْخَصِمُ.(رواه البخاري|كتاب المظالم والغضب:2277)

Dari Aisyah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda,”Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling membantah atau paling memusuhi.“(HR. Bukhari, kitab almadholim wal ghadlab, 2277)

Alkhosimu adalah sangat bermusuhan, yang selalu berusaha mengalahkan musuhnya. Orang yang berusaha mengalahkan lawan-lawannya dengan memperhatikan segi kelemahan lawan pada beberapa bagian pembicaraannya.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ …وَمَنْ خَاصَمَ فِي بَاطِلٍ وَهُوَ يَعْلَمُهُ لَمْ يَزَلْ فِي سَخَطِ اللَّهِ حَتَّى يَنْزِعَ عَنْهُ.(رواه أبو داود|كتاب الأقضية:3123)

Dari Abdillah bin Umar ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW  bersabda,”Barangsiapa yang mendebat lawan di dalam kebatilan (dalam rasa permusuhan dengan tanpa ilmu) padahal ia mengetahunya, maka senantiasa ia di dalam kemurkaan Allah, sehingga dia mencabut kembali perdebatannya.”(HR. Abu Dawud, kitab al aqdliyah, 3123)

Hadits di atas dengan matan yang lengkap termaktub pada Ibnu Majah dalam kitab al-ahkam, Imam Ahmad dalam musnad Al muktsirin, Ad Darimi dalam kitab wuquutis shalah.

Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.(QS. Al Baqarah (2):204)

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), Maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!(QS. Yasin (36):77)

  1. 4.      Haram mendengarkan percakapan orang yang tidak senang didengar percakapannya.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يَسْتَمِعْ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ صُبَّ فِي أُذُنِهِ الْآنُكُ (رواه أحمد|مسند بني هشيم:2103)

Dari Ibnu Abbas RA ia berkata Rassulullah SAW bersabda,”Barangsiapa yang mendengarkan percakapan suatu kaum padahal mereka tidak senang kepadanya, maka akan dituangkan pada dua telinganya timah pada hari kiamat kelak.”(HR. Ahmad, Musnad Bani Hasyim, 2103)

Imam Bukhari meriwayatkan dalam kitab at-ta’bier. Sedang at Tirmidzi meriwayatkan dalam kitab allibas, dan hadits ini dinilai hasan shahih.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَوَّرَ صُورَةً عَذَّبَهُ اللَّهُ حَتَّى يَنْفُخَ فِيهَا يَعْنِي الرُّوحَ وَلَيْسَ بِنَافِخٍ فِيهَا وَمَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ يَفِرُّونَ بِهِ مِنْهُ صُبَّ فِي أُذُنِهِ الْآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.(رواه الترمذي|كتاب اللباس:1673)

Dari Ibnu Abbas ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa yang menggambar suatu gambar (makhluk yang bernyawa) Allah akan mengadzabnya sehingga ia meniupkan ruh padanya, padahal ia tidak akan mampu meniupkannya. Dan barangsiapa yang mendengarkan percakapan suatu kaum padahal mereka tidak senang kepadanya, maka akan dituangkan pada dua telinganya timah pada hari kiamat kelak.”(HR. At Tirmidzi, kitab allibas, 1673)

Terkait dengan hadits di atas para ulama’ berpendapat sebagai berikut;

  1. a.       Abdil Barr : Tidak boleh bagi seseorang masuk pada dua orang yang sedang berbicara dalam keadaan pembicaraan keduanya itu.
  2. b.      Ibnu Hajar: Tidak boleh bagi orang yang masuk pada keduanya duduk di sisi keduanya, sekalipun jauh dari keduanya kecuali dengan seizin keduanya.

5. Orang yang sibuk mencari aib orang lain tidak disenangi Alloh.

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم طُوْبَى لِمَنْ شَغَلَهُ عَيْبُهُ عَنْ عُيُوْبِ النِّاسِ.(أخرجه البزار بإسناد حسن)

Dari Anas RA ia berkata: Rasulullah SAW bersabda,”Kebahagian bagi orang yang sibuk melihat cacatnya dari melihat cacat orang lain.”(HR. Al Bazzar dengan sanad yang baik)

Setiap orang mempunyai cacat, maka beruntunglah orang yang menyibukkan diri mencari cacatnya untuk berbenah diri dari pada sibuk mencari cacat atau aib orang lain. Kesibukan mencari cacat orang lain akan berlanjut pada menghinakan dan merendahkan orang lain.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.(QS. Al Hujurat (49):11)