Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk dengan qudrah-Nya,
kemudian dengan anugerah-Nya, Allah Azza wa Jalla memberikan hidayah
kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan dengan keadilan-Nya, Allah Azza
wa Jalla menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Semua ini tertulis pada
lauhul mahfûdz. Allâh berfirman :
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ ۚ
وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di
antaramu ada yang mukmin. dan Allâh Maha melihat apa yang kamu
kerjakan.” [at-Taghâbun/64 : 2]
Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan jalan orang-orang yang mendapatkan
kebahagiaan serta orang-orang yang celaka. Allah Azza wa Jalla memuji
para hamba yang bertakwa dan mencela orang-orang kafir. Allah Azza wa
Jalla juga mengingatkan para hamba-Nya agar tidak latah meniru
sifat-sifat orang kafir. Dalam al-Qur’ân banyak penjelasan tentang
perbuatan dan keyakinan rusak orang-orang kafir serta perangai dan
sifat-sifat mereka yang buruk. Diantaranya, mengingkari hari kebangkitan
dan menganggapnya mustahil, tidak beriman kepada takdir, mengeluh dan
berkeluh kesah ketika tertimpa musibah, tidak punya harapan kepada Allah
Azza wa Jalla , dusta, sombong, berpaling dari ayat-ayat-Nya, hati
mereka penuh hasad (rasa iri) terhadap kaum Mukminin yang telah
mendapatkan nikmat iman dan mereka berharap nikmat iman itu sirna dari
kaum Muslimin. Hasad inilah yang mendorong mereka berusaha menyesatkan
orang beriman. Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi
kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).[an-Nisâ/4:89]
Tak henti-hentinya, orang-orang kafir membuat makar dan menipu kaum
Muslimin, berusaha mencelakakan dan merampas kenikmatan dari kaum
Muslimin. Mereka berpura-pura amanah, berprilaku dan berperangai terpuji
supaya bisa mengambil manfaat dibalik semua ini. Namun, Allah Azza wa
Jalla membongkar kedok mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ
لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ
الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ
قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang yang di
luar kalanganmu menjadi teman kepercayaanmu (karena) mereka tidak
henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa
yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa
yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” [Ali
Imrân/3:118)]
Membungkus kedustaan dengan kejujuran, khianat dengan amanah, sering
membela kebatilan dan menyembunyikan kebenaran. Meski tipu daya mereka
terhadap kaum Muslimin sangat luar biasa, namun Allah Azza wa Jalla
tidak akan tinggal diam. Allah Azza wa Jalla pasti akan menghancur
leburkan tipu daya mereka serta akan merendahkan dan menghinakan mereka.
Allah melarang rasul-Nya mentaati orang-orang kafir. Allah Azza wa Jalla
berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ
وَالْمُنَافِقِينَ
Hai Nabi, bertakwalah kepada Allâh dan janganlah kamu menuruti
(keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. [al-Ahzâb/33:1]
Karena ilmu mereka hanya sebatas dunia. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah
rahimahullah mengatakan, “Seluruh amalan dan urusan orang kafir pasti
ada cacatnya sehingga manfaatnya tidak pernah maksimal.” Orang-orang
kafir tidak tahu menahu ilmu akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman :
يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ
هُمْ غَافِلُونَ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” [ar-Rûm/30:7]
Mereka hidup penuh kebingungan dan kebimbangan. Tujuan yang selalu
mereka kejar dalam hidup hanya sebatas bersenang-senang, makan dan
minum, tanpa peduli halal dan haram.
Orang-orang kafir itu selalu menghalangi perbuatan baik, tidak bisa
berterima kasih dan mengkonsumsi barang haram. Allâh berfirman :
يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ
الْكَافِرُونَ
Mereka mengetahui nikmat Allâh, kemudian mereka mengingkarinya dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. [an-Nahl/16:83]
Mereka hidup dalam kegelapan, kesesatan serta hanya memperturutkan hawa
nafsu. Anggota tubuh yang mestinya merupakan sarana menggapai hidayah
sudah tidak berfungsi lagi. Hati mereka mati, telinga mereka tuli dan
mata mereka buta, tidak mau mendengar dan melihat kebenaran. Setan
menggiring mereka untuk selalu bermaksiat dan mencari
kesenangan-kesenangan nafsu sesaat. Sehingga apa yang mereka lakukan
seperti debu yang berterbangan. Amal kebaikan mereka tidak berguna. Di
dunia mereka letih dan di akherat mereka akan merintih tersiksa. Allâh
tidak mencintai mereka bahkan Allah Azza wa Jalla mengkhabarkan bahwa
Dia musuh orang-orang kafir. Jika Allah Azza wa Jalla benci terhadap
seorang hamba, Dia memanggil malaikat Jibril Alaihissallam, “Wahai
Jibril sesunggunya Aku benci kepada Fulan, maka bencilah dia ! Dan
Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru seluruh penduduk langit
bahwa Allah Azza wa Jalla membenci Fulan, maka bencilah dia ! Maka
penghuni langit pun membencinya. Kemudian ditetapkan baginya kebencian
di muka bumi.” [HR. Bukhâri dan Muslim]
Jiwa orang kafir menjerit pedih akibat dosa-dosa yang telah ia perbuat
dan karena jauh dari Allah Azza wa Jalla , dadanya terasa sesak serta
tidak pernah merasakan manisnya iman. Laknat dan murka menimpa mereka.
Mereka adalah makhluk Allâh yang paling buruk. Allah Azza wa Jalla
berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي
نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang
yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. [al-Bayyinah/98 : 6]
Kematian seorang kafir akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman bagi
penduduk dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ketika melihat rombongan membawa jenazah :
الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا
إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ
الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ
Hamba yang beriman akan istirahat dari keletihan dan derita dunia menuju
rahmat Allah sementara hamba yang fâjir (bergelimang maksiat, jika dia
mati-red) maka manusia, negeri, pepohonan dan binatang melata akan
terbebas dari keburukannya [HR. Bukhâri]
Pada hari kiamat, orang-orang kafir akan dibangkit untuk dihisab dengan
wajah hitam pekat, berdebu serta bermuka masam. Kedua mata mereka
terbelalak karena terperangah kaget dan takut; leher mereka terikat
dengan rantai sebagai balasan yang setimpal.
Inilah ini sebagian dari sifat-sifat buruk orang-orang kafir beserta
balasan yang akan mereka terima. Keburukan yang bertumpuk-tumpuk tanpa
henti, maka hendaklah kita berhati-hati dan tetap menjaga diri kita agar
tidak terjerumus kedalam kekufuran. Kepedihan akibat dari sifat-sifat
buruk mereka, hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar tidak mudah
membeo prilaku mereka yang terkadang menipu dan tidak mudah mengamini
ucapan-ucapan dan janji-janji manis mereka. Ingatlah sabda nabi kita
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
بَادِرُوْا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ,
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا, وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا, يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْل
Bersegeralah melakukan amal shaleh sebelum datangnya fitnah seperti
malam gelap gulita; pada pagi hari seseorang beriman dan sore harinya
menjadi kafir, atau sore hari dia mu’min kemudian pada pagi harinya
menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan sedikit dari dunia [HR Ahmad]
Dan hendaklah kita senantiasa waspada agar tidak terjebak arus mengikuti
orang-orang kafir. Marilah kita senantiasa mengikuti jalannya
orang-orang yang bertakwa. Shalat yang menjadi batas antara keimanan
dengan kekufuran, batas antara keimanan dan kemunafikan, hendaklah
senantiasa dijaga dan dilaksanakan dengan cara berjama’ah di
masjid-masjid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا
فَقَدْ كَفَرَ
Pembatas antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang
meninggalkan shalat, berarti dia telah kafir
Setelah mengetahui berbagai sifat buruk dan belasan dari keburukan yang
dilakukan orang-orang kafir, mestinya kita berusaha maksimal menghindari
sikap membeo dan meniru-meniru mereka. Generasi shahabat, tabi’in dan
tabi’in yang merupakan generasi awal umat ini sekaligus generasi
terbaik, hendaklnya kita jadikan panutan. Karena keserupaan atau
kesamaan fisik bisa menyebabkan kesamaan atau keserupaan bathin. Oleh
karena itu hendaknya kita berusaha menyerupai dan meniru generasi awal
umat ini. Semoga agama dan akhlaq kita sedikit demi sedikit bisa meniru
akhlak dan agama mereka. Sebaliknya, janganlah kita latah meniru dan
menyerupai penampilan orang-orang kafir. Karena penyerupaan bisa
menyeret kita untuk berperilaku buruk sebagaimana mereka, minimalnya
akan menimbulkan rasa suka dan loyal kepada mereka, padahal mestinya
kita bara’ dari mereka dan perilaku buruk mereka. Sebagai insan yang
beriman, kita wajib berusaha menyelisihi perilaku dan keyakinan orang
kafir. Janganlah kita menjadikan mereka sebagai wali ! Bencilah mereka
karena keyakinan mereka yang bathil ! Dan hendaknya kita bangga beragama
Islam dan bersemangat untuk mendakwahi mereka kepada Islam.
Marilah kita tetap berusaha mengikhlaskan seluruh ibadah hanya untuk
Allâh semata ! Perbanyaklah memuji Allah Azza wa Jalla yang telah
memberikan petunjuk kepada kita.
Akhirnya, kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla , semoga Allah Azza wa
Jalla senantiasa membimbing kita agar tetap istiqamah dalam
melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.
(Diterjemahkan secara bebas oleh M. Syahid.Ridlo dari al-Khuthabul
Minbariyyah, hlm. 62-67 karya Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qâsim
(Imam dan khatib Masjid Nabawi).