Sabtu, 18 Disember 2021

Doa Majlis Pertunangan


Bacaan Al-Fatihah.


Selawat ke atas Nabi Muhammad SAW.

Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, Ampunkanlah Dosa-Dosa Kami, Berikanlah Taufik Dan Hidayah Kepada Jiwa2 Kami Dan Orang-Orang Yang Kami Sayangi. Ya Allah Tuhan Yang Sangat Banyak Memberi, Janganlah Kamu Memalingkan Hati Kami Setelah Engkau Memberi Petunjuk Kepada Kami Dan Berikanlah Kami Rahmatmu Yang Besar.

Ya Allah, Sesungguhnya Hati-Hati Ini Berkumpul Kerana Mengasihi Mu Dan Ingin Mencari Keredhaanmu. Wahai Tuhanku, Kayakanlah Kami Dengan Ilmu, Hiasilah Kami Dengan Ketenangan Jiwa Dan Muliakanlah Kami Dengan Takwa Dan Elokkanlah Kami Dengan Akhlak Yang Baik.

Ya Allah, sumber segala barakah, curahkanlah berkat-Mu atas lambang ikatan pertunangan  ini, dan bimbinglah kedua saudara kami ini dalam masa pertunangannya.  Semoga mereka mencari kehendakMu dengan hati yang ikhlas dan memperoleh kebaikanMu yang berlimpah.  Ya Allah Ya Tuhan Kami, sumber segala cinta kasih, karena ehsan-Mu, dua pasangan muda ini dapat saling bertemu. Kini mereka memohon rahmatMu untuk memasuki masa pertunangan dan mempersiapkan diri untuk gerbang Perkahwinan. Kami mohon, kuatkanlah mereka dengan berkat-Mu yang melimpah. Semoga dalam masa pertunangan suci ini, mereka kian hari kian saling menghargai, dan saling mengasihi dengan kasih sejatimu Ya Allah.  

Kami memuji Engkau  ya Allah, kerana dengan pengharapan yang lembut dan mendalam, Engkau menggerakkan hati dan merancangkan pertunangan 

Nama si lelaki dan bakal isteri

Kami mohon, sudilah menguatkan hati mereka, agar mereka menjalani masa pertunangan ini dengan bertumpu pada iman, dan dalam segala hal berusaha berkenan kepadaMu, sehingga dengan aman sentosa akhirnya sampai pada gerbang perkahwinan. 

Ya Allah yang maha pengasih penuh cinta kasih, yang maha penyayang penuh kasih sayang, jadikan bagi kami seorang suami/istri yang menyayangi dan mencintai sesama. Jadikan bagi kami jodoh yang serasi, saling mengasihi saling menyayangi dalam rahmat dan kasih sayangMu. 

Jauhkanlah kami daripada kemaksiatan, kebencian, kemarahan, kecurigaan dari hati kami masing masing. Jadikan kami dalam naungan rahmat dan kasih sayangMu, Lindungi hubungan kami dari campur tangan syetan dari golongan jin dan manusia yang menimbulkan perpecahan, kemarahan dan kebencian diantara sesama kami. Perkenankanlah permohonan kami ini ya Allah , Engkaulah sebaik baik yang memperkenankan doa. Ya Allah limpahkanlah rezki yang halal lagi banyak kepada kami, sehingga kami dapat menolong agamamu ya Allah, jaukanlah kami daripada kefakiran dan malapetaka.

Ya Allah, Berkatilah Majlis Pertunangan Ini, Limpahkanlah Baraqah Dan Rahmat Kepada pasangan Ini, Teguhkanlah hati dan keimanan mereka terhadapMu ya Allah. Peliharalah mereka daripada hasutan dan gangguan syaitan. Kekalkanlah ikatan pertunangan Mereka sehingga hari perkahwinan. Dan Sempurnakanlah Agama Mereka Dengan Berkat Ikatan Ini. Ya Allah Ya Tuhan Kami, Kurniakan Rahmat Kepada Pasangan ini Agar Kekal Abadi, Aman Damai Yang Berkekalan, Sihat Walafiat, Dimurahkan Rezeki Dan Dilanjutkan Usia Serta Mendapat Syafaat Daripada Junjungan Besar Nabi Muhammad SAW.

Ya Allah, Satukanlah Hati Kedua pasangan Ini Seperti Engkau Satukan Hati Adam Dan Hawa, Yusuf Dan Zulaikha Dan Seperti Engkau Satukan Hati Muhammad Saw Dan Siti Khadijah. Semoga Allah Memberi Berkah Kepadamu Dan Atasmu Serta Mengumpulkan Kamu Berdua Dalam Kebaikan.

Rabu, 15 Disember 2021

Menghina, mencela, atau mengolok-olok orang lain termasuk dalam dosa besar

Menghina, mencela, atau mengolok-olok orang lain termasuk dalam dosa besar

Menghina, mencela, atau mengolok-olok orang lain termasuk perbuatan yang terlarang. Allah Ta’ala berfirman,  

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ       

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya, janganlah kamu mencela orang lain, pen.). Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah (penggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim.” (QS. Al-Hujuraat [49]: 11)  

Bahkan perbuatan tersebut Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kategorikan dalam dosa besar. Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  

سِبَابُ المُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ 

 “Mencela seorang muslim adalah kefasikan (dosa besar), dan memerangi mereka adalah kekafiran.” (HR. Bukhari no. 48 dan Muslim no. 64)  

Jika seseorang mencela sesama muslim dengan panggilan-panggilan, dia berhak mendapatkan hukuman dari penguasa.  

Diriwayatkan dari sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau ditanya tentang ucapan seseorang kepada orang lain, “Wahai orang fasiq!”; “Wahai orang jelek!”; maka beliau radhiyallahu ‘anhu berkata,  

هن فواحش فيهن تعزير وليس فيهن حد  

“Itu perbuatan buruk, terdapat hukuman ta’zir [1], namun tidak ada hukuman hadd [2] untuknya.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi 8: 253 dan dinilai hasan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 2393)  

Jangankan mencela sesama muslim, bahkan mencela binatang saja Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarangnya.  

Diriwayatkan dari sahabat Zaid bin Khalid radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  

لَا تَسُبُّوا الدِّيكَ فَإِنَّهُ يُوقِظُ لِلصَّلَاةِ  

“Janganlah Engkau mencela ayam jantan, karena sesungguhnya ayam jantan itu yang membangunkan kalian shalat.” (HR. Abu Dawud no. 5101, dinilai shahih oleh Al-Albani)  

Dua orang yang saling mencaci, maka dosanya ditanggung pihak yang memulai Cacian itu seringkali disebabkan karena adanya pertengkaran dan perselisihan. Dalam masalah ini, hendaknya kita senantiasa mengingat bahwa saling mencaci yang terjadi di antara dua orang yang sedang berselisih, dosanya akan ditanggung oleh pihak yang memulai.  

Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  

الْمُسْتَبَّانِ مَا قَالَا فَعَلَى الْبَادِئِ، مَا لَمْ يَعْتَدِ الْمَظْلُومُ  

“Apabila ada dua orang yang saling mencaci-maki, maka cacian yang diucapkan oleh keduanya itu, dosanya akan ditanggung oleh orang yang memulai, selama orang yang dizalimi itu tidak melampaui batas.” (HR. Muslim no. 2587 dan Abu Dawud no. 4894)  

Dalam hadits di atas, dosa saling mencaci-maki antara dua orang itu akan ditanggung oleh pihak yang memulai. Hal ini dengan syarat bahwa pihak yang dicaci itu tidak melampaui batas, yaitu tidak membalas cacian dengan kuantitas dan kualitas yang lebih jelek.  

Jika dia membalas dengan cacian yang lebih jelek (baik secara kuantitas atau kualitas), maka dosa melampaui batas itu dia tanggung sendiri, sedangkan sisanya ditanggung oleh pihak yang memulai. [3]  

Mencela, menghina, atau memanggil orang lain dengan menyebutkan nama binatang Yang lebih parah lagi adalah ketika seseorang mencela, menghina, atau memanggil orang lain dengan nama binatang.  

Sangat disayangkan, keburukan ini begitu tersebar pada jaman ini, salah satunya sebagai akibat buruk pesta demokrasi di negeri ini beberapa waktu yang lalu dan mungkin berlanjut sampai hari ini.  

Betapa mudah kita melihat saudara kita memanggil saudaranya yang lain yang berbeda pilihan politiknya dengan sebutan, “Dasar kecebong!”; atau “Dia itu cebong”; atau bahkan julukan semisal (maaf), “Bonglaf” (kecebong salaf, yang dinisbatkan kepada pihak-pihak yang dianggap paham agama, namun menjadi pendukung salah satu pihak). Bahkan, ucapan dan hinaan semacam itu keluar dari pihak-pihak yang secara lahiriyah paham agama dan memiliki semangat tinggi dalam menjalankan agama.  

Sedangkan di pihak lain, mereka pun tidak mau kalah dengan melontarkan julukan “kampret” (kelelawar) kepada saudaranya yang berbeda pilihan politik. Demikianlah, satu keburukan akan memunculkan keburukan berikutnya, dan demikian seterusnya.  

Saudaraku, ketahuilah bahwa menghina orang lain dengan menyebutkan nama binatang itu dosanya lebih parah. An-Nawawi Asy-Syafi’i rahimahullah berkata,  

ومن الألفاظ المذمومة المستعملة في العادة قوله لمن يخاصمه، يا حمار ! يا تيس ! يا كلب ! ونحو ذلك؛ فهذا قبيح لوجهين : أحدهما أنه كذب، والآخر أنه إيذاء؛ وهذا بخلاف قوله : يا ظالم ! ونحوه، فإن ذلك يُسامح به لضرورة المخاصمة، مع أنه يصدق غالباً، فقلّ إنسانٌ إلا وهو ظالم لنفسه ولغيرها .  

“Termasuk di antara kalimat yang tercela yang umum dipergunakan dalam perkataan seseorang kepada lawannya (adalah ucapan), “Wahai keledai!”; “Wahai kambing hutan!”; “Hai anjing!”; dan ucapan semacam itu. Ucapan semacam ini sangat jelek ditinjau dari dua sisi. Pertama, karena itu ucapan dusta. Ke dua, karena ucapan itu akan menyakiti saudaranya.  

Ucapan ini berbeda dengan perkataan, “Wahai orang dzalim!” dan semacamnya. Ucapan ini dimaafkan karena adanya kebutuhan darurat disebabkan oleh pertengkaran. Selain itu, pada umumnya ucapan itu adalah ucapan yang benar, karena keadaan mayoritas orang yang zalim terhadap dirinya sendiri atau orang lain.” (Al-Adzkaar, hal. 314)  

Memanggil orang lain dengan nama-nama binatang itu disebut ucapan dusta karena orang lain yang dia panggil itu adalah manusia, bukan binatang. Inilah sisi kedustaannya. Orang yang melakukannya pun berhak untuk mendapatkan hukuman dari penguasa kaum muslimin.  

Diriwayatkan dari sahabat ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata,  

إنكم سألتمونى عن الرجل يقول للرجل: يا كافر! يا فاسق! يا حمار! وليس فيه حد , وإنما فيه عقوبة من السلطان , فلا تعودوا فتقولوا  

“Sesungguhnya kalian bertanya kepadaku tentang seseorang yang mengatakan kepada orang lain, “Wahai orang kafir!”, “Wahai orang fasiq!”, atau “Wahai keledai!” Tidak ada hukuman hadd dari syari’at (untuk perbuatan itu). Yang ada hanyalah hukuman ta’zir dari penguasa. Maka janganlah diulangi mengucapkannya lagi!” [4]  

Sa’id bin Al-Musyyab rahimahullah mengatakan,  

لَا تَقُلْ لِصَاحِبِكَ: يَا حِمَارُ، يَا كَلْبُ، يَا خِنْزِيرُ. فَيَقُولَ لَكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَتُرَانِي خُلِقْتُ كَلْبًا أَوْ حِمَارًا أَوْ خِنْزِيرًا؟  

“Janganlah Engkau berkata kepada temanmu, “Wahai keledai!”, “Wahai anjing!”, atau “Wahai babi!” Karena kelak di hari kiamat Engkau akan ditanya, “Apakah Engkau melihat aku diciptakan sebagai anjing, keledai, atau babi?” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 5: 282)  

Dalam kitab Mukhtashar Al-Khalil (8: 409) disebutkan,  

مَنْ قَالَ لِرَجُلٍ: يَا ابْنَ الْفَاسِقَةِ أَوْ يَا ابْنَ الْفَاجِرَةِ فَعَلَيْهِ فِي ذَلِكَ النَّكَالُ، وَمَنْ قَالَ لِرَجُلٍ: يَا حِمَارَ أَوْ يَا ابْنَ الْحِمَارِ فَعَلَيْهِ النَّكَالُ، وَمَنْ قَالَ لِرَجُلٍ: يَا سَارِقُ عَلَى وَجْهِ الْمُشَاتَمَةِ نُكِّلَ  

“Siapa saja yang berkata kepada seseorang, “Wahai anak dari wanita fasik!“ atau “Wahai anak dari wanita fajir (pezina)’, maka dia berhak mendapatkan hukuman. Dan siapa saja yang berkata kepada seseorang, “Wahai keledai!” atau “Wahai anak keledai!”, maka dia berhak mendapatkan hukuman.”  

Kemudian dikutip perkataan Ibnu Salmun,  

مَنْ قَالَ لِآخَرَ: يَا كَلْبُ أَوْ يَا ثَوْرُ فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ الْأَذَى وَعَلَيْهِ الْأَدَبُ، وَكَذَلِكَ إنْ قَالَ لَهُ: يَا خِنْزِيرُ فَعَلَيْهِ الْأَدَبُ عَلَى مَا يَرَاهُ السُّلْطَانُ إلَّا أَنْ يَكُونَ الْقَائِلُ مَا لَا يُعْرَفُ بِالْأَذَى وَإِنَّمَا هِيَ زَلَّةٌ أَوْ فَلْتَةٌ فَلَا بَأْسَ أَنْ يُقَالَ  

“Siapa saja yang berkata kepada orang lain, “Wahai anjing!” atau “Wahai sapi jantan!”, maka ucapan itu menyakiti saudaranya, sehingga berhak dihukum. Demikian pula ucapan, “Wahai babi!”, maka dia berhak mendapatkan hukuman sesuai dengan kebijakan penguasa. Kecuali jika dia tidak tahu kalau ucapan semacam itu menyakitkan, yang hanya muncul karena ketergelinciran atau salah ucap lisan, maka hal itu tidak mengapa (dimaafkan, pen.).” (Mukhtashar Al-Khalil, 8: 409)

Rabu, 8 Disember 2021

Akibat Melupakan Al Quran



Terdapat sekurang-kurangnya 10 malapetaka yang disenaraikan dalam al-quran akibat mengabaikan Al-Quran. 

1- Kesesatan Yang Nyata Firman Allah S.W.T;

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di anta mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah( As-sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata” 
Surah Al-Jumuah: 2

Al-Quran menyifatkan penduduk mekah sebelum kebangkitan Rasulullah S.A.W dalam keadaan yang nyata. Al Imam Ibnu Kathir menafsirkan bahawa kesesatan yang nyata itu adalah kerana masyarakat arab dahulu asalnya berpegang kepada ajaran Nabi Ibrahim A.S.

Namun mereka mengantikan, merubah, menokok tambah, memutarbelitkan serta menukar tauhid kepada syirik, merubah keyakinan dengan keraguan.

Hal ini dapat kita lihat bagaimana realiti umat islam sekarang apabila ramai umat islam yang terlibat dengan masalah sosial yang semakin bertambah. Ini kerana sikap umat islam itu sendiri yang menjauhkan dirinya daripada Al-Quran.

2-Kesempitan Dan Kesesakkan Dada Firman Allah S.W.T;

“…..Dan Barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang yang tidak beriman” Surah Al-An’am: 125

Allah menjanjikan bahawa orang yang menerima hidayah Allah itu akan dilapangkan dadanya sebaliknya orang yang tidak menerima hidayah allah dijadikan dada mereka sempit.

Walaupun disekililing mereka terlihat berjaya memenuhi kepuasan manusia tetapi jauh di dalam dada bereka begitu sesak dan sempit dek pelbagai masalah.

3-Kehidupan Yang Sempit 

“ Dan barangsiapa yang berpaling daripada peringatan-ku, Maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami akan menghimpunkan pada hari kiamat dalam keaadaan buta” Surah Taha: 124

Apabila hidup kita tidak lagi bertemankan dengan Al-Quran yang menjadi sumber keberkatan hidup maka apa yang mereka lakukan tidaklah mendatang kepuasan dalam hati melainkan kesempitan dan kesesakkan. Teringat pesanan daripada ibu penulis;

“Biar kita kerja gaji kecil tetapi berkat”

Bagi yang menyisihkan Al-Quran dalam hidupnya ketahuilah telah terputus daripada hidupnya keberkatan.

4- Buta Mata Hati 

Mereka ini terhijab daripada mata hatinya menerima hidayah Allah. Mungkin matanya mampu melihat dan mencerap cahaya dengan baik namun hatinya gagal dalam melihat kebenaran.

Seringkali sukar menilai sbuah kebenaran yang hadir dalam hidupnya. Hayatilah firman Allah ini yang bermaksud;

“……Kerana sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati di dalam dada mereka.” Surah Al-Hajj: 46

5- Kekerasan Hati 

“ …… dan jangan lah mereka menjadi orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudia berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakkan diantara mereka adalah orang-orang yang fasik.” Surah Al-Hadid: 16

Ayat di atas menjelaskan bagaimana ahli kitab terdahulu yang tergolong daripada yahudi dan nasrani, mereka telah menerima kitab masing-masing tetapi mereka mengabaikanya sehingga suatu tempoh yang lama.

Pengabaian ini menjadikan hati mereka keras dan mereka ini terdiri daripada orang yang fasiq.

6- Kezaliman

 “ Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya?…..” Surah As-Sajadah: 22

Amat menggetarkan jiwa kita seandainya dibulatkan kefahaman ayat ini dalam diri kita. Dilontarkan suatu persoalan, siapakah yang lebih zalim daripada mereka ini?

Seolah-olah mereka yang paling zalim diatas muka bumi ini ialah orang-orang yang menjauhkan dirinya daripada ayat-ayat Allah. Sedangkan ayat-ayat Allah inilah yang menjadi penentu kebahagiaan di dunia apatah lagi diakhirat.

7- Menjadi Teman Syaitan 

“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al-Quran), kami akan adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya (Qarin) Surah Az-Zukhruf:36

Mengikut Tafsir Jalalaian, Qarin yang dimaksudkan itu adalah teman yang erat dan akan dituruti kehendaknya. Hal ini bukanlah bermaksud mereka yang bertemankan syaitan ini mampu melihat hal-hal ghaib dan sebagainya tetapi mereka ini akan menjadikan bisikan syaitan sebagai neraca berhukum.

Tindakkan-tindakan, keputusan-keputusan dan emosi mereka akan terpedaya dengan nasihat-nasihat syaitan.

8- Lupa Diri 

“ Dan jangan kamu menjadi orang-orang yang lupa Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. Surah Al-Hasyr: 19

Ayat di atas menjelaskan bagi mereka yang melupakan ayat-ayat Allah nescaya baginya dilupakan nasib keadaan dirinya di akhirat kelak sedangkan suatu kerugian yang besar apabila seseorang itu melupakan Allah kerana akhirnya di akhirat kelak akan menimpa dirinya semula.

9- Pendosa (Fasiq) 

Gelaran fasik ini sebenarnya banyak sudah Allah ungkapkan bersama dengan dalam ayat-ayat Allah yang dinyatakan di atas.

Ya, fasik itu pada ayat-ayat di atas merujuk kepada ahli kitab tetapi ini merupakan aset pengalaman yang harus diperhatikan oleh umat Islam.

10- Menjadi Munafiq 

“ Apabila dikatakan kepada mereka: “Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul”, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” Surah An-Nisa:61

Mereka yang digelar sebagai munafiq ini bukan sekadar tidak mahu menjadikan Allah sebagai panduan berhukum, tetapi mereka cuba mengahalangi manusia lain untuk turut sama bersama mereka. Moga kita semua dijauhi daripada sifat ini.

Selasa, 7 Disember 2021

Punca Malas Untuk Beribadah


Manusia ditakdirkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Selain akan mendapatkan pahala, melaksanakan ibadah atas dari mengharap keredhaan Allah menjadi salah satu jalan untuk meraih surga-Nya saat di akhirat kelak. Manusia ditakdirkan untuk beribadah kepada Allah SWT. Selain akan mendapatkan pahala, melaksanakan ibadah atas dari mengharap keredhaan Allah menjadi salah satu jalan untuk meraih surga-Nya saat di akhirat kelak.

Oleh kerana itu, banyak kaum muslim yang berlomba-lomba dalam melaksanakan ibadah agar mendapatkan perlindungan dari panasnya api neraka. Namun, tidak dapat dinafikan masih ramai saja manusia yang enggan melakukan ibadah kepada Allah kerana adanya perasaan malas.
Perasaan malas dalam beribadah tersebut boleh ditimbulkan kerana banyak faktor. Mungkin kerana diri sendiri ataupun orang lain. Ternyata ada lima penyebab utama seseorang malas melakukan ibadah. Berikut informasi selengkapnya:

1. Bergelumang dengan Perbuatan Dosa dan Maksiat

Penyebab pertama seseorang malas dalam beribadah ternyata adalah kerana orang tersebut bergelumang dengan perbuatan dosa dan maksiat. Terkhusus dosa kecil yang sering diremehkan dan dilupakan kebanyakan manusia. Padahal dosa kecil tersebut adalah salah satu sebab lesu, malas dan meremehkan ibadah dan ketaatan.

Orang-orang yang terus menerus hidup dalam kebiasaan seperti ini akan mendapatkan murka dari Allah SWT. Salah satu bentuk murka Allah tersebut adalah dengan dilenyapkan manisnya iman dan Allah tidak akan mengkurniakan kepadanya kelazatan dalam ketaatan.

Inilah murka Allah yang akan menimpa orang yang bergelumang perbuatan dosa dan maksiat. Selanjutnya orang tersebut tidak mampu untuk mengerjakan ketaatan dan ibadah, padahal sebenarnya semua itu menjadi jalan untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman:

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy-Syura:30)

Oleh sebab itu, sudah seharusnya sebagai kaum muslim kita menjauhi perbuatan maksiat dan dosa-dosa kecil yang sering dianggap remeh.

2. Tidak Paham Tentang Kepentingan Ibadah

Penyebab orang malas untuk beribadah yang kedua adalah kerana mereka melupakan kepetingan ibadah. Di antara bentuk kelalaian seseorang adalah kerana dia lupa bahawa dia adalah seorang makhluk yang lemah. Padahal sebenarnya hanya Allah-lah yang membuat dia menjadi kuat dan boleh mengerjakan ibadah.

Sebagai seorang muslim, dia harusnya mengetahui serta memahami bahwa beribadah kepada Allah menjadi inti pati untuk mendapatkan bantuan dan pertolongan dari Allah SWT. Allah Ta’ala berfirman yang ertinya:

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keredhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS. Al-ankabut:69)

3. Melupakan Kematian

Melupakan kematian adalah salah satu penyebab seseorang malas melakukan ibadah. Oleh kerana itu, kita dianjurkan untuk memperbanyak mengingat kematian agar lebih rajin dalam beribadah. Allah Ta’ala berfirman:

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu.”(QS. Ali Imran : 185)

Kematian menjadi salah satu ubat bagi orang yang panjang angan-angan, orang yang keras hatinya dan mereka yang banyak dosa.Oleh sebab itu Rasulullah Shollalahu ‘alaihi Wasallah bersabda “perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan.”

4. Tidak Tahu Besarnya Pahala Suatu Ibadah

Penyebab lainnya seseorang malas melakukan ibadah adalah kerana mereka tidak mengetahui besarnya pahala yang akan diperoleh kerana suatu ibadah. Ketidaktahuan inilah yang membuat orang tersebut malas dalam beribadah. Sebaliknya, apabila ia mengetahui pahala besar di balik ibadah yang dilakukan maka ia akan semakin rajin dalam beribadah.

5. Berlebih-lebihan Dalam Hal Yang Mudah

Alasan terakhir seseorang malas melakukan ibadah adalah kerana ia berlebih-lebihan dalam melakukan sesuatu yang mudah. Iaitu dalam hal makanan, minuman, pakaian, dan kenderaan serta yang lainnya. Hal yang demikian ini membuatnya malas untuk melakukan ibadah dan lebih berkeinginan untuk istirehat dan tidur.

Berlebih-lebihan dalam melakukan sesuatu yang mudah seperti makanan dan minuman boleh menjadi salah satu penyebab kerasnya hati. Dengan hati yang keras tersebut membuat manusia menjadi tidak ingat kepada Penciptanya.

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata “Banyak mengambil makanan adalah sebuah penyakit yang akan menimbulkan keburukan, banyak makan dapat menjerumuskan anggota badan untuk melakukan maksiat, dan berat untuk melakukan ketaatan. Maka cermatilah keburukan ini.”

Demikianlah informasi mengenai lima penyebab orang malas beribadah. Sebagai kaum muslim sudah seharusnya kita meninggalkan lima faktor di atas agar Allah SWT sentiasa melindungi dan memberikan keberkatannya untuk hidup kita beribadah kepada-Nya

Jumaat, 3 Disember 2021

Kebaikan Membaca Al-Quran


Berikut adalah antara kelebihan dan kebaikan membaca Al-Quran berdasarkan hadis-hadis sahih.

1. Al-Quran akan menjadi syafaat di hari akhirat.

Daripada Abu Umamah r.a berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:

"Bacalah Al-Quran sesungguhnya ia akan datang di hari kiamat sebagai syafaat kepada pembacanya." (Hadis Riwayat Muslim)

2. Al-Quran sebagai pembela (mempertahankan) orang yang membacanya di hari akhirat.

Daripada Nawwas Bin Sam’an r.a. telah berkata :

Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Di hari akhirat kelak akan didatangkan Al-Quran dan orang yang membaca dan mengamalkan isi kandungannya, didahului dengan Surah Al Baqarah dan Surah Ali-Imraan, kedua-dua surah ini menghujah (mempertahankan) orang yang membaca dan mengamalkannya." (Hadis Riwayat Muslim)

3. Sebaik-baik amalan adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Quran.

Daripada Osman Bin Affan r.a. telah berkata:

Rasulullah SAW bersabda : "Sebaik manusia di antara kamu orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarnya kepada orang lain." (Hadis Riwayat Bukhari)

4. Membaca al-Quran dan susah menyebutnya mendapat dua pahala.

Daripada Aisyah r.a. telah berkata:

Bersabda Rasulullah SAW : "Orang yang membaca Al-Quran dan susah untuk menyebut ayatnya ia mendapat dua pahala." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

5. Mukmin yang membaca Al-Quran umpama buah yang harum dan sedap rasanya.

Daripada Abu Musa Al Asy’ari r.a. telah berkata :

Rasulullah S.A.W. bersabda : "Umpama orang mukmin yang membaca al-Quran seperti buah Utrujjah (seperti limau besar) baunya wangi dan rasanya sedap. Umpama orang mukmin yang tidak membaca Al-Quran seperti buah tamar tidak ada bau dan rasanya manis, dan umpama orang munafik yang membaca Al- Quran seperti Raihanah (sejenis pokok) baunya wangi dan rasanya pahit dan umpama orang munafik yang tidak membaca Al-Quran seperti buah labu yang tiada bau dan rasanya pahit." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

6. Allah SWT mengangkat martabat golongan yang membaca al-Quran.

Daripada Omar Bin Al Khattab r.a. Bahawa Nabi Muhammad S.A.W. bersabda:

"Sesungguhnya Allah mengangkat martabat beberapa golongan dan merendahkan martabat yang lain dengan sebab Al-Quran." (Hadis Riwayat Muslim)

7. Kefahaman yang sahih tentang Al-Quran akan menjadi contoh ikutan.

Daripada Ibnu Omar r.a. daripada Nabi Muhammad SAW telah bersabda:

"Tidak boleh berhasad dengki kecuali di dalam dua perkara : Lelaki yang dianugerahkan kefahaman yang sahih tentang Al-Quran, ia menunaikan ibadat siang dan malam, lelaki yang dianugerahkan kemewahan harta lalu dinafkahkannya siang dan malam." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

8. Membaca al-Quran akan mendapat ketenangan (sakinah)

Daripada Barra’ dan daripada ‘Azib r.a. telah berkata :

"Seorang lelaki membaca Surah Al Kahfi dan di sisinya seekor kuda yang diikat dengan dua tali, maka awan di langit mula melindunginya dan semakin hampir, dan kudanya mula menjauhinya.

Apabila menjelang pagi beliau pergi berjumpa Nabi Muhammad SAW dan menceritakan peristiwa tersebut maka baginda bersabda :

"Itulah (sakinah) ketenangan yang turun disebabkan bacaan Al-Quran." (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

9. Sesiapa yang tidak mengingati ayat-ayat Al-Quran umpama rumah yang roboh.

Daripada Ibnu ‘Abbas r.a. beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda :

"Sesungguhnya orang yang tidak ada di dalam ingatannya sesuatu pun daripada ayat al-Quran seperti rumah yang roboh." (Hadis Riwayat Tarmizi dan beliau berkata: Hadis ini hasan sahih)

10. Membaca dan memperelokkan bacaan Al-Quran akan mendapat kebaikannya.

Daripada Abdullah Bin ‘Umru Bin Al ‘As r.a. Nabi Muhammad SAW bersabda :

"Satu masa nanti akan dikatakan kepada orang yang membaca Al-Quran: Bacalah, perbaikilah dan perelokkanlah bacaan Al-Quran sepertimana engkau memperelokkan urusan di dunia, sesungguhnya tempat engkau akan ditentukan di akhir ayat yang engkau bacakan." (Hadis Riwayat Abu Daud dan Tarmizi dan beliau berkata : Hadis ini hasan sahih

11. Membaca beberapa ayat Al-Quran lebih baik daripada mendapat unta yang gemuk.

Daripada ‘Uqbah Bin ‘Amir r.a. menceritakan : Rasulullah SAW keluar dan kami berada di tempat duduk masjid yang beratap. Maka beliau bersabda:

"Siapakah di antara kamu yang suka keluar di pagi hari pada setiap hari menuju ke Buthan atau ‘Atiq, dan dia mengambil darinya dua ekor unta yang gemuk dalam keadaan dia tidak melakukan dosa dan tidak putus hubungan silaturrahim."

Kami menjawab: "Kami suka demikian itu.

Sabda Rasulullah SAW : "Kenapakah kamu tidak pergi ke masjid belajar atau membaca dua ayat Al Quran lebih baik dari dua ekor unta, tiga ayat lebih baik dari tiga ekor, empat ayat lebih baik dari empat ekor unta demikianlah seterusnya mengikut bilangan ayatnya." (Hadis Riwayat Muslim)

12. Sesiapa yang lebih fasih membaca Al-Quran lebih layak menjadi imam solat berjemaah.

Daripada Ibnu Mas’ud r.a bahawa Nabi Muhammad SAW bersabda :

"Orang yang paling layak mengimami kaum di dalam sembahyang ialah mereka yang terfasih membaca Al-Quran." (Hadis Riwayat Muslim )

13. Nabi SAW mengutamakan sahabat yang paling kuat berpegang teguh kepada Al-Quran untuk dikebumikan jenazah mereka.

Daripada Jabir Bin Abdullah r.a. bahawa Nabi Muhammad SAW menghimpun antara dua lelaki yang terbunuh di peperangan Uhud kemudian baginda bersabda :

"Yang mana satukah antara keduanya yang paling kuat berpegang teguh dengan Al-Quran maka apabila aku tunjukkan kepada salah seorang daripada keduanya maka dialah orang yang pertama masuk ke liang lahad." (Hadis Riwayat Bukhari, Tarmizi, Nasa’ie dan Ibnu Majah)

14. Kelebihan berdoa selepas membaca Al-Quran.

Daripada ‘Imran Bin Husain Bahawa beliau lalu di hadapan qari yang sedang membaca Al-Quran kemudian dia berdoa kepada Allah kemudian ia kembali membaca kemudian ia berkata aku mendengar Rasulullah SAW bersabda :

"Barangsiapa yang membaca Al-Quran maka berdoalah kepada Allah dengan Al-Quran maka sesungguhnya akan datang beberapa kaum yang membaca Al-Quran dan mereka berdoa dengannya." (Hadis Riwayat Tarmizi, beliau berkata : Hadis ini hasan)

15. Setiap satu huruf membaca Al-Quran akan mendapat sepuluh ganjaran pahala.

Daripada Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata : "Barangsiapa yang membaca satu huruf daripada Al- Quran maka baginya satu kebaikan, satu kebaikan menyamai dengan sepuluh pahala, aku tidak bermaksud : Alif , Lam , Mim ialah satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf." (Hadis Riwayat Ad Darimi Tarmizi, beliau berkata hadis ini hasan sahih)

Wahai semua sahabat-sahabat dan saudara-saudari yang dimuliakan, marilah kita bersama-sama menjadikan ayat suci Al-Quran sebagai pedoman hidup kita hari ini dan sampai bila-bila.

Apabila kita sentiasa menjadikan Al-Quran sebagai panduan dan peraturan dalam kehidupan kita, pasti kita tidak akan tersesat dan sentiasa mendapat pimpinan daripada Allah SWT.

Dan Al-Quran juga adalah merupakan satu senjata yang paling berkesan untuk membersihkan jiwa dan meneranginya serta turut menyinarkannya.

Baca : Doa Sebelum dan Selepas Membaca Al-Quran

Malahan dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda : Daripada Ibnu Umar r.a berkata :

"Rasulullah SAW telah bersabda maksudnya : "Hati manusia akan berkarat seperti besi yang dikaratkan oleh air."

Apakah cara untukk menjadikan hati itu bersinar kembali? Kata Baginda lagi, "Dengan memperbanyakkan mengingati mati serta membaca Al-Quran Nur Karim."


Wahai Dzat yang Maha pembuka, dan Maha mengetahui bukakanlah pintu kami dengan Al-Quran al-adhim, Ya Allah, dengan kitabMu, berikanlah cahaya kepada penglihatanku, lancarkanlah lisanku, lapangkanlah dadaku, dan gunakanlah jasadku dengan daya dan kekuatanMu Ya Allah, kerana sesungguhnya tidak ada daya dan kekuatan kecuali dariMu, Ya Allah, Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Ya Allah, kurniakanlah kepada kami, pemahaman para Nabi, hafalan para Rasul, dan ilham para Malaikat yang senantiasa dekat kepadaMu, dengan rahmatMu wahai Dzat yang Maha penyayang.

Semoga perkongsian kelebihan dan kebaikan membaca Al-Quran ini akan menambahkan lagi pengetahuan kita semua selain dapat membantu kita semua mendekatkan lagi dengan kitab suci Al-Quran ini. Insya Allah.





Isnin, 8 November 2021

Ucapan Penggulungan Muktamar Tahunan PAS Kali Ke-67 oleh YB Ahmad Fadhli Shaari

 "ISLAM MENYATUKAN UMMAH"

Ucapan Penggulungan
Muktamar Tahunan PAS Kali Ke-67
YB Ahmad Fadhli Shaari
Ketua Dewan Pemuda PAS Malaysia (DPPM)
07 November 2021
Duyong Marina Resort, Kuala Terengganu

Sabtu, 6 November 2021

"ISLAM MENYATUKAN UMMAH"

 

[Coretan Ucapan Dasar Presiden PAS]
"ISLAM MENYATUKAN UMMAH" SEBAGAI TEMA MUKTAMAR
Muktamar PAS kali ini mengetengahkan tema yang konsisten dengan sesi sebelumnya. 'Islam Menyatukan Ummah' menjadi konsep asas pergerakan PAS dalam mendepani kehidupan masyarakat majmuk di negara ini. Tambahan, muktamar kali ini juga merupakan muktamar yang terpenting bagi memastikan hala tuju PAS dalam mendepani Pilihan Raya Umum 15 yang bakal menjelang.
Pembukaan Ucapan Dasar YBhg. Presiden PAS, Dato' Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang meletakkan prasyarat penyatuan pada aspek iman. Persaudaraan Islam memerlukan iman bagi memastikan perhubungan yang damai tanpa pembohongan. Manakala hubungan dengan keseluruhan masyarakat majmuk disebutkan sebagai tuntutan fitrah insan.
Ucapan diteruskan dengan membawa tauladan kisah perjuangan Nabi Muhammad SAW yang telah lebih lama mengerah usaha menyatukan ummah. Tidak kira bangsa dan kaum, Rasulullah telah diutuskan sebagai agen penyatuan.
PAS konsisten meneruskan amanah penyatuan ini dengan dasar Islam dan cakupan sirah baginda Rasulullah selaras dengan ungkapan,
اسلم تسلم
'Terimalah Islam, nescaya kamu akan selamat (di dunia dan akhirat)' (Riwayat Bukhari 2941)

Kaedah-kaedah penting untuk seorang muslim dalam menghadapi fitnah

 1. Jika timbul fitnah, maka hendaklah hadapi dengan sikap hati-hati, tidak gegabah dan penuh kesabaran.

 
Hadapi dengan lemah lembut dan ramah tamah, karena Sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam:
 
« إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ ».
 
Artinya: "Sesungguhnya kelemah lembutan (keramah tamahan) tidaklah ada di dalam sebuah perkara kecuali menghiasinya dan tidak dicabut (kelemah lembutan) dari sesuatu kecuali memburukkannya". HR. Bukhari dan Muslim.
 
Hadapi dengan sikap hati-hati (tidak gegabah) dan kesabaran, berdasarkan sabda Nabi Muhammadshallallahu 'alaihi wasallam kepada Asyajj Abdul Qais radhiayallahu 'anhu:
 
إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللَّهُ الْحِلْمُ وَالأَنَاةُ

Artinya: "Sesungguhnya di dalam dirimu ada dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu; kesabaran dan pelan-pelan (tidak gegabah)". HR. Muslim.

2. Tidak menghukumi sesuatu kecuali sesudah mengetahui kejadian sebenarnya, sesuai dengan kaedah fiqih:
 
الحكم على الشيء فرع عن تصوره
 
Artinya: "Menghukumi sesuatu itu adalah termasuk bagian tentang gambaran sesuatu tersebut."
 
Dan perlu diingat, suatu perkara tidak bisa diketahui kecuali dengan dua: dari kabar kaum muslim yang terpercaya dan dari berita orang yang meminta fatwa akan perkara tersebut meskipun orang yang minta fatwa tersebut adalah orang fasik.
 
3. Hendaklah selalu memegang sikap adil dan pertengahan (tidak berlebih-lebihan).
Karena firman Allah Ta'ala:
 
{وَإِذَا قُلْتُمْ فَاعْدِلُوا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَى} [الأنعام: 152]
 
Artinya: "…Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah kerabatmu…," (QS. 6:152).
 
Juga firman Allah Ta'ala:
 
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ } [المائدة: 8]
 
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang akamu kerjakan." (QS. 5:8).
 
Dan arti sikap adil dan sikap pertengahan bukanlah berarti membenarkan yang salah dan menyalahkan yang batil tetapi menempatkan standar kesalahan dan standar kebenaran sesuai dengan syari'at Islam bukan dengan hawa nafsu, harap diperhatikan point ini.
 
4. Selalu bersatu dalam kesatuan kaum muslim di bawah kepemimpinan yang sah.
 
Karena hal inilah yang ditunjukkan Allah dalam firman-Nya:
 
{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ} [آل عمران: 103]
 
Artinya: "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk." (QS. 3:103).
 
Dan berdasarkan sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam:
 
عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ
 
Artinya: "Hendaklah kalian berjama'ah (di dalam kesatuan kaum muslimin) dan jauhilah dari perpecahan". HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani.
 
Dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berpecah belah ketika sudah jelas keterangan dan dalil bagi dia, firman Allah Ta'ala:
 
{وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (105)} [آل عمران: 104، 105]
 
Artinya: "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104) Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." (QS. 3:105).
 
5. Slogan, bendera, visi dan yang semisalnya yang dibawa ketika fitnah harus ditimbang oleh seorang muslim dengan timbangan syari'at agama Islam, timbangannya Ahlu Sunnah wal Jama'ah.
 
Dan timbangan yang digunakan ada dua macam: pertama, timbangan yang digunakan untuk mengukur apakah bendera, visi, misi, slogan merupakan agama Islam, kalau tidak, berarti kebalikan Islam yaitu kekufuran. Dan kedua, timbangan yang digunakan untuk mengukur apakah bendera, visi, misi dan yang semisalnya sesuai dengan islam yang benar, kalau tidak, berarti kebalikan Islam yang benar adalah Islam yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
 
Allah Ta'ala berfirman:
 
{وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا حَاسِبِينَ} [الأنبياء: 47]
 
Artinya: "Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan". (QS. 21:47).
 
6. Setiap perkataan dan perbuatan di dalam setiap fitnah harus ada dhawabith (ukuran yang tepat).
 
Karena tidak semua perkataan yang anda anggap baik itu cocok untuk dikatakan dalam fitnah tertentu, begitu pula tidak semua perbuatan yang anda anggap baik itu cocok untuk diperbuat di dalam fitnahtertentu.
 
Karena setiap perkatan ataupun perbuatan akan mendatangkan beberapa perkara yang lain.
Oleh sebab itu ada riwayat dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
 

مَا أَنْتَ بِمُحَدِّثٍ قَوْمًا حَدِيثًا لاَ تَبْلُغُهُ عُقُولُهُمْ إِلاَّ كَانَ لِبَعْضِهِمْ فِتْنَةً.

 
Artinya: "Tidak anda berbicara dengan suatu kaum sebuah pembicaraan yang tidak bisa dipahami oleh akal mereka kecuali akan menjadi fitnah bagi sebagian dari mereka". HR.Muslim.
 
7.    Jika terjadi fitnah, maka bersatulah dengan kaum muslimin apalagi para ulama.
 
Dan para ulama yang merupakan referensi (tempat kembali kaum muslimin) adalah mereka yang mempunyai dua sifat: pertama, dari ulama Ahlus sunnah yang mengerti tentang tauhid, sunnah dan yang lainnya yang berdasarkan pemahaman para shahabat nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Dan kedua, yang benar-benar paham akan hukum-hukum islam secara menyeluruh, paham akan kaedah-kaedah dasar, akar-akar permasalahan, sehingga mereka tidak mempunyai kesamaran dalam menghadapi permasalahan.
 
8. Seorang muslim tidak boleh menurunkan hadits-hadits tentang fitnah yang disebutkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam kepada fitnah yang lagi berlangsung, misalkan dengan mengatakan : "Inilah fitnah yang disebutkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, atau dengan mengatakan: "Inilah orang yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, padahal fitnah tersebut masih berlangsung belum selesai, boleh kita mengatakan seperti itu ketika fitnah tersebut sudah selesai sebagai pernyataan seorang muslim akan berita yang dikabarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam.