Jumaat, 20 November 2020

LARANGAN BENCI MEMBENCI ANTARA SATU SAMA LAIN

Daripada Abu Hurairah ( r.a ), Rasulullah SAW telah bersabda: “ Janganlah kamu saling dengki mendengki, janganlah kamu saling tawar menawar harga yang lebih tinggi tanpa ada niat untuk membelinya, janganlah kamu saling benci-membenci….” ( Diriwayatkan oleh Muslim )

Takrif

Kebencian adalah satu perasaan tidak sukakan sesuatu atas sebab sesuatu yang buruk. Rasulullah SAW telah melarang kaum Muslimin dari benci-membenci sesama mereka yang bukan kerana Allah SWT, sebaliknya disebabkan hawa nafsu, lantaran kaum Muslimin itu adalah bersaudara yang saling berkasih sayang.

Allah SWT berfirman, maksudnya:

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara”

( Surah al-Hujurat: 10 )

Rasulullah SAW bersabda:

“ Seorang muslim adalah saudara kepada muslim lainnya.”

( Diriwayatkan oleh Muslim )

Benci membenci terjadi di antara dua orang, sama ada berpunca dari satu pihak atau satu pihak yang lain. Jika membenci bukan kerana Allah SWT maka hukumnya adalah haram, Allah SWT berfirman, maksudnya:

“… wahai orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuh kamu menjadi teman-teman setia…”

( Surah al-Mumthahanah: 1 )

Wajib ke atas setiap Muslim untuk menasihati dirinya sendiri dan berjaga-jaga terhadap rasa benci semata-mata kerana hawa nafsu dan persahabatan serta adat kebiasaan. Kerana semua ini menghalang terjadinya kebencian itu semata-mata kerana Allah SWT, bahkan termasuk ke dalam kategori marah yang diharamkan.

Pengharaman atas semua perkara yang menyebabkan permusuhan dan kebencian

Allah SWT mengharamkan ke atas orang-orang yang beriman setiap perkara yang menjatuhkan mereka atau menjerumuskan mereka ke dalam permusuhan dan kebencian, antaranya Allah SWT mengharamkan arak dan judi. firmanNya yang bermaksud:

“ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran ( meminum ) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu ( dari mengerjakan pekerjaan itu ).”

( Surah al-Ma’idah: 91 )

Allah SWT juga mengharamkan menyebarkan “ namimah “ ( mengada-adakan cerita dan memfitnah orang lain ), justeru padanya wujud punca berputiknya permusuhan dan kebencian. Manakala Allah SWT memberi rukhsah ( kelonggaran ) untuk berdusta demi memperbaiki perhubungan antara sesama manusia. Allah SWT menggalakkan perbaikan hubungan sesame insan dan meninggalkan perpecahan.

Allah SWT berfirman, maksudnya:

“ Tidak ada kebaikan pada kebanyakkan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh ( manusia ) memberi sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia….”

( Surah an-Nisa’: 114 )

والله أعلم

semoga Bermanfaat…

Daripada Abu Hurairah ( r.a ), Rasulullah SAW telah bersabda:

“ Janganlah kamu saling dengki mendengki, janganlah kamu saling tawar menawar harga yang lebih tinggi tanpa ada niat untuk membelinya, janganlah kamu saling benci-membenci….”

( Diriwayatkan oleh Muslim )

Takrif

Kebencian adalah satu perasaan tidak sukakan sesuatu atas sebab sesuatu yang buruk. Rasulullah SAW telah melarang kaum Muslimin dari benci-membenci sesama mereka yang bukan kerana Allah SWT, sebaliknya disebabkan hawa nafsu, lantaran kaum Muslimin itu adalah bersaudara yang saling berkasih sayang.

Allah SWT berfirman, maksudnya:

“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah bersaudara”

( Surah al-Hujurat: 10 )

Rasulullah SAW bersabda:

“ Seorang muslim adalah saudara kepada muslim lainnya.”

( Diriwayatkan oleh Muslim )

Benci membenci terjadi di antara dua orang, sama ada berpunca dari satu pihak atau satu pihak yang lain. Jika membenci bukan kerana Allah SWT maka hukumnya adalah haram, Allah SWT berfirman, maksudnya:

“… wahai orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuh kamu menjadi teman-teman setia…”

( Surah al-Mumthahanah: 1 )

Wajib ke atas setiap Muslim untuk menasihati dirinya sendiri dan berjaga-jaga terhadap rasa benci semata-mata kerana hawa nafsu dan persahabatan serta adat kebiasaan. Kerana semua ini menghalang terjadinya kebencian itu semata-mata kerana Allah SWT, bahkan termasuk ke dalam kategori marah yang diharamkan.

Pengharaman atas semua perkara yang menyebabkan permusuhan dan kebencian

Allah SWT mengharamkan ke atas orang-orang yang beriman setiap perkara yang menjatuhkan mereka atau menjerumuskan mereka ke dalam permusuhan dan kebencian, antaranya Allah SWT mengharamkan arak dan judi. firmanNya yan bermaksud:

“ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran ( meminum ) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu ( dari mengerjakan pekerjaan itu ).”

( Surah al-Ma’idah: 91 )

Allah SWT juga mengharamkan menyebarkan “ namimah “ ( mengada-adakan cerita dan memfitnah orang lain ), justeru padanya wujud punca berputiknya permusuhan dan kebencian. Manakala Allah SWT memberi rukhsah ( kelonggaran ) untuk berdusta demi memperbaiki perhubungan antara sesama manusia. Allah SWT menggalakkan perbaikan hubungan sesame insan dan meninggalkan perpecahan.

Allah SWT berfirman, maksudnya:

“ Tidak ada kebaikan pada kebanyakkan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh ( manusia ) memberi sedekah, atau berbuat makruf atau mengadakan perdamaian di antara manusia….”

( Surah an-Nisa’: 114 )

والله أعلم

semoga Bermanfaat…

Rabu, 11 November 2020

Perbahasan Belanjawan 2021 oleh Ahli Parlimen Pasir Mas, YB Ustaz Ahmad Fadhli Shaari.

 

 

Tidak ada penyakit yang tidak boleh disembuhkan.

Tidak ada masalah yang tidak boleh diselesaikan. Tidak ada penyakit yang tidak boleh disembuhkan. Tidak ada kepayahan yang tidak ada pengakhiran. Asal saja kita serius mencari penyelesaian.

 

Allah SWT berfirman:

فإن مع العسر يسرا إن مع العسر يسرا

“Maka Sesungguhnya bersama kesusahan itu ada kesenangannya.

Sesungguhnya bersama kesusahan itu ada kesenangannya.”

 Di dalam sebuah hadith Nabi s.a.w bersabda:

(إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً إِلا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ)

“Sesungguhnya Allah SWT tidak menurunkan penyakit kecuali diturunkan bersama penyakit itu

penawarnya yang diketahui oleh orang yang mengetahuinya dan tidak diketahui oleh

orang yang tidak mengetahuinya”

Dari kedua-dua sumber wahyu tadi, kita dapat memahami bahawa segala permasalahan samada penyakit atau musibah, kepayahan dan kesulitan pastinya ada jalan keluarnya. Namun segalanya harus diusahakan. Sesudah berusaha, bertawakkallah kepada Allah. Jangan mudah berputus asa andainya usaha kita belum lagi menghasilkan apa yang kita inginkan. Terus berusaha dan berusaha.

InsyaAllah, penyelesaian pasti akan ditemui. Firman Allah SWT :

Maksudnya:  

“Dan orang yang berusaha berjuang kepada agama Kami, sesungguhnya Kami akan memimpin mereka ke jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allah adalah berserta orang yang berusaha membaiki amalannya”.

Sabtu, 7 November 2020

Golongan Munafik Lebih Berbahaya dari Musuh

Golongan munafik adalah segolongan manusia yang menyusup ke tengah barisan orang-orang beriman. Mereka memiliki banyak topeng palsu untuk melindungi wujud asli mereka demi menyukseskan misi penghancuran barisan kaum muslimin melalui jalur internal.

Golongan munafik yang berada dalam tubuh umat Islam menyimpan banyak strategi dan siasat yang begitu licik tanpa peduli halal-haram. mereka adalah mata-mata yang menyesatkan. Mereka adalah mata orang-orang kafir dan musuh Islam yang sengaja ditanam. Mereka akan selalu mencari celah untuk merusak tatanan kehidupan, mental spiritual, dan persatuan kaum muslimin.

Golongan munafik adalah golongan penduduk bumi yang paling keji. Mereka sangat membahayakan Islam dan kaum muslimin.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ ۖ وَإِنْ يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ ۖ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُسَنَّدَةٌ ۖ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ ۚ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ ۚ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ ۖ أَنَّىٰ يُؤْفَكُونَ

Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?(QS. Al-Munafiqun: 4) 

Golongan munafik adalah musuh. Mereka adalah musuh nyata yang sangat membahayakan umat Islam. Oleh sebab itu, keberadaan mereka di tubuh umat ini harus segera diungkap. Identitas mereka harus segera diungkap. Strategi-strategi mereka dalam menghancurkan persatuan umat harus segera dibongkar.

Golongan munafik adalah segolongan manusia yang menampakkan wajah Islam namun menyembunyikan kekafiran. Golongan munafik pada aslinya bukanlah golongan orang-orang mukmin. Semua pencitraan yang dilakukan oleh orang-orang munafik membawa misi membuat kerusakan, fitnah, mengacaukan serta memperburuk citra Islam dan kaum muslimin.

Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq ath-Thuraifi fakkallahu asrah mengatakan,

“Allah ‘azza wajalla menyebut golongan munafik di dalam al-Quran lebih banyak dari menyebut kaum Yahudi, sebab golongan munafik menggunakan perantara-perantara syar’i untuk menghancurkan prinsip dasar Islam. Keberadaan mereka tersamarkan dari khalayak.”

Golongan munafik adalah kawanan yang berbahaya. Bahaya yang mereka ciptakan lebih berbahaya dari bahaya yang diciptakan musuh yang memiliki wujud yang jelas. Oleh sebab itu, Allah ‘azza wajalla menyebut mereka dengan “Mereka adalah musuh, maka berhati-hatilah,” Allah ‘azza wajalla tidak menyebut mereka dengan “Mereka adalah bagian dari musuh.”

Allah ‘azza wajalla berfirman,

يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 9) 

Allah ‘azza wajalla telah mengungkap banyak sifat munafik di banyak tempat dalam al-Quran. Sifat-sifat munafik yang ditunjukkan oleh Allah ‘azza wajalla inilah yang dapat dijadikan acuan bagi orang mukmin untuk mendeteksi keberadaan mereka di balik persembunyiannya di dalam tubuh barisan kaum muslimin.

 

Di Dalam Hati Golongan Munafik Terdapat Penyakit

Golongan munafik sejatinya sama sekali tidak memiliki keberanian mental untuk menunjukkan wujud asli mereka di hadapan orang mukmin. Mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan kemurnian keimanan mereka, jika mereka bersikukuh mengaku beriman. Mereka tidak akan pernah mau terang-terangan jika mereka sebenarnya sangat mengingkari kebenaran.

Mengapa bisa demikian? Sebab dalam hati golongan munafik terdapat penyakit. Sejatinnya hati mereka sakit sehingga mereka menyimpang dari jalan iman.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (QS. Al-Baqarah: 10) 

 

Golongan Munafik adalah Perusak yang Mengaku Pembawa Perbaikan

Di antara ciri munafik adalah selalu mengaku-aku sebagai pembawa perbaikan, padahal sebenarnya mereka itulah golongan yang selalu melakukan aktivitas perusakan di muka bumi ini. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menghancurleburkan tiap gagasan-gagasan kebaikan.

Dan anehnya, setelah mereka menyelesaikan program-program penghancuran tersebut, dengan bangga dan tanpa merasa bersalah mereka mendeklarasikan diri sebagai golongan yang membawa perubahan yang menebar kebaikan.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ

Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’. Mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan’.” (QS. Al-Baqarah: 11) 

Fenomena pihak-pihak yang secara lantang mengaku-aku sebagai sang pembawa perbaikan, mengaku-aku sebagai pahlawan revolusi perbaikan masyarakat, sebagai tokoh pembangunan negara, negara pengatur perdamaian dunia, dan semisalnya, padahal secara nyata dan fakta mereka yang mengaku-aku ini sebenarnya adalah pihak perusak yang harus mempertanggungjawabkan kerusakan akibat perbuatan mereka di hadapan umat.

Allah ‘azza wajalla dengan sangat tegas membongkar karakter munafik mereka ini dengan argumentasi final; merekalah sebenarnya sang perusak tatanan kehidupan manusia dan alam ini! Merekalah golongan yang sebenarnya sedang memerangi proyek perbaikan yang dilakukan oleh orang-orang yang beriman!

Allah ‘azza wajalla berfirman,

أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَٰكِنْ لَا يَشْعُرُونَ

Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 12) 

 

Golongan Munafik Adalah Golongan Orang-orang Dungu Level Ilusi

Salah satu ciri karakter orang dungu adalah merasa lebih tinggi levelnya dari orang lain. Mereka lebih suka mengaku diri sebagai golongan yang memiliki keimanan dan keikhlasan yang kuat. Padahal sejatinya itu hanyalah ilusi dan klaim belaka. Karena sejatinya mereka adalah orang-orang dungu yang gemar melakukan penyimpangan. Itulah mengapa mereka termasuk dalam golongan munafik.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ ۗ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَٰكِنْ لَا يَعْلَمُونَ

Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman’. Mereka menjawab: ‘Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (QS. Al-Baqarah: 13)

 

Golongan Munafik Adalah Manipulator dan Ahli Konspirasi

Golongan munafik memang dikenal sebagai manusia yang paling licik dalam membuat siasat. Segala bentuk sifat kekejian, pengecut, busuk, dan kotor melekat pada diri mereka. Mereka memasang wajah palsu sesuai dengan situasi dan kondisi yang menguntungkan.

Jika mereka sedang berada di tengah kerumunan orang beriman, mereka mengenakan topeng keimanan hingga tampak samar perbedaan antara kemunafikan mereka dengan umat beriman. Mereka baru akan membuka topeng wajah ketika berada di tengah kerumunan orang-orang kafir dan setan-setan berwujud manusia yang notabene adalah kawan perjuangan mereka.

Allah ‘azza wajalla berfiman,

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَىٰ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ‘Kami telah beriman’. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok’.” (QS. Al-Baqarah: 14) 

Akan tetapi, Allah ‘azza wajalla menghadapi mereka dengan ancaman mengerikan yang dapat mengguncang eksistensi mereka sehingga mereka menjadi kehilangan arah dan terpukul. Jalan yang telah mereka pilih sejatinya adalah jalan yang menambah parah kesesatan dan permusuhan mereka terhadap umat beriman.

أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 16) 

Bukankah mereka ini adalah segolongan manusia yang menyukai jalan kemunafikan yang mereka tempuh? Bukankah sebenarnya keimanan telah berada di depan mata mereka? Bukankah petunjuk Allah ‘azza wajalla telah nyata di sekeliling mereka?

Namun, karena mereka lebih memilih jalan kemunafikan, maka mereka merasakan sensasi kesesatan jalan yang mereka pilih sendiri.

مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِي اسْتَوْقَدَ نَارًا فَلَمَّا أَضَاءَتْ مَا حَوْلَهُ ذَهَبَ اللَّهُ بِنُورِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِي ظُلُمَاتٍ لَا يُبْصِرُونَ

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (QS. Al-Baqarah: 17) 

Dan akhirnya, mereka menanggung hukuman berupa guncangan hati, kesesatan pikiran, dan kebingungan jalan hidup.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ

Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 19) 

Mereka pun akhirnya juga harus menanggung kegelapan dan kebutaan penglihatan dan bashirah.

يَكَادُ الْبَرْقُ يَخْطَفُ أَبْصَارَهُمْ ۖ كُلَّمَا أَضَاءَ لَهُمْ مَشَوْا فِيهِ وَإِذَا أَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ وَأَبْصَارِهِمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 20) 

 

Golongan Munafik Paling Hobi Berkhianat

Golongan munafik di permukaan telah membuat janji dengan Allah ‘azza wajalla untuk melaksanakan berbagai amal kebaikan, berkomitmen untuk melaksanakan perintah Allah ‘azza wajalla, namun karena para pengkhianat janji itu hatinya hampa, akalnya kosong, dan setan-setan telah berhasil menjajah diri mereka, akhirnya dengan begitu mudahnya mereka berkhianat terhadap perjanjian yang tela mereka buat dengan Allah ‘azza wajalla.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ

Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh.” (QS. At-Taubah: 75)

فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ

Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).” (QS. At-Taubah: 76)

فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقاً فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكَذِبُونَ

Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga karena mereka selalu berdusta.” (QS. At-Taubah: 77)

 

Golongan Munafik Selalu Loyal Kepada Orang Kafir dan Benci Kepada Orang Mukmin

Golongan munafik di mana pun mereka berada pasti menganggap kemuliaan, kejayaan, dan kemajuan peradaban itu ada pada orang-orang kafir, sehingga loyalitas mereka persembahkan untuk orang-orang kafir tersebut.

Sementara rasa benci orang-orang munafik tersebut terhadap orang-orang beriman tak berkurang sedikit pun meskipun mereka berada di tengah-tengah mereka.

Mata mereka akan lebih terasa sejuk ketika mendapat informasi tentang kemajuan ekonomi, teknologi, dan peradaban bangsa-bangsa kafir. Akan tetapi mereka akan merasa sangat sedih dan kecewa manakala kemajuan-kemajuan tersebut berada di tangan kaum mukminin.

Kecintaan orang-orang golongan munafik terhadap orang-orang kafir mereka letakkan jauh di atas dan selalu dijunjung tinggi. Sementara itu, mereka sama sekali tidak memiliki rasa cinta dan kasih sayang terhadap orang-orang beriman.

Orang-orang munafik lebih senang bergaul dengan orang-orang kafir, sementara keberadaan mereka di tengah kaum muslimin hanyalah sebuah kedok palsu yang tampak dari luar di mana mereka memiliki kepentingan busuk untuk mengacaukan barisan kaum muslimin.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ۚ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا

“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An-Nisa’: 139)

 

Golongan Munafik Senantiasa Merapat ke Barisan Orang Mukmin ketika Kemenangan di Tangan Mereka

Salah satu karakter orang munafik adalah main enaknya sendiri. Ketika kemenangan jatuh ke tangan kaum beriman, orang-orang munafik ini merapat kepada mereka untuk mengharap bagian ghanimah.

الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ۚ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا

“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata: ‘Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?’ Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: ‘Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?’ Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’: 141)

 

Golongan Munafik Merasa Bahagia Jika Umat Beriman Ditimpa Musibah dan Ujian

Merupakan karakter dan sifat orang munafik adalah selalu merasa bahagia ketika umat beriman ditimpa musibah dan ujian. Sebaliknya, kesedihan dan duka cita mereka tertumpah ketika orang-orang beriman dan para mujahid fi sabilillah mendapat kebahagiaan dan kemenangan.

إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا ۖ وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi Jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudaratan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (QS. Ali Imran: 120)

 

Golongan Munafik Adalah Para Penyandang Gelar Murjifun

Al-Irjaf adalah aktivitas menebar berita heboh, bombastis, tapi kontennya dusta, yang tujuannya untuk menciptakan sebuah kegaduhan dan kepanikan. Orang yang suka melakukan perbuatan itu disebut dengan Murjif, jamaknya Murjifun.

Tipikal Murjif seperti itu terdapat pada diri golongan munafik. Mereka gemar menebar berita heboh dan bombastis namun kontennya dusta. Tujuan mereka adalah memecah belah barisan kaum muslimin, membuat gaduh, memunculkan kepanikan, adu domba, dan fitnah, sehingga umat beriman kehilangan persatuan, jati diri, dan kekuatan mereka.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَإِذْ يَقُولُ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ إِلَّا غُرُورًا

Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: ‘Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya’.” (QS. Al-Ahzab: 12)

 

Golongan Munafik Adalah Orang-orang Pengecut

Orang-orang munafik akan tampak sifat kemunafikannya ketika mereka berada dalam situasi yang mencekam seperti ketika sedang terjadi pertempuran dengan musuh, ketika ditimpa musibah, ujian, dan cobaan yang begitu berat.

Mereka akan menjadi golongan yang pertama kali lari darinya, mereka akan menjadi orang yang pertama kali tampak rasa ketakutannya, dan mereka akan terlihat sebagai orang-orang yang mundur ke belakang dari medan pertempuran dengan musuh.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

لَئِنْ أُخْرِجُوا لَا يَخْرُجُونَ مَعَهُمْ وَلَئِنْ قُوتِلُوا لَا يَنْصُرُونَهُمْ وَلَئِنْ نَصَرُوهُمْ لَيُوَلُّنَّ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ

Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tidak akan keluar bersama mereka, dan sesungguhnya jika mereka diperangi, niscaya mereka tidak akan menolongnya; sesungguhnya jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang; kemudian mereka tidak akan mendapat pertolongan.” (QS. Al-Hasyr: 12)

 

Golongan Munafik Akan Selalu Menolak Berhukum dengan Hukum Allah ‘azza wajalla

Ciri-ciri dan sifat orang munafik yang paling tampak nyata adalah penolakan mereka terhadap berhukum dengan hukum Allah ‘azza wajalla. Mereka akan selalu melakukan pencegahan dengan berbagai macam cara dan modus jika ada syariat Allah ‘azza wajalla yang akan diterapkan untuk mengatur kehidupan manusia dalam bermasyarakat dan berbangsa.

Sebaliknya, orang-orang munafik ini justru akan merasa sangat senang jika hukum Thagut diterapkan di tengah-tengah masyarakat. Mereka akan mencari-cari argumentasi untuk membenarkan dan menguatkan legalitas pemberlakuan hukum selain dari hukum Allah ‘azza wajalla tersebut.

Mereka akan menempuh berbagai upaya untuk menghancurkan narasi penegakan syariat dan hukum Allah ‘azza wajalla demi menjaga eksistensi hukum buatan manusia tersebut. Hati nurani mereka benar-benar telah dikunci mati oleh Allah ‘azza wajalla dari cahaya kemuliaan Islam. Isinya hanya benci dan permusuhan terhadap syariat Allah ‘azza wajalla.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالاً بَعِيداً

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa: 60) 

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُوداً

Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul’, niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. An-Nisa: 61)

 

Membongkar Identitas Golongan Munafik, Menyatukan Kembali Barisan Umat Muslim

Keberadaan orang-orang munafik dalam tubuh umat Islam bak duri dalam daging. Ulah mereka akan selalu memberikan efek negatif bagi umat; barisan umat terpecah belah, narasi al-Haq dan al-Batil tercampur aduk, umat menjadi bingung, dan mental umat jatuh.

Oleh sebab itu, para ulama, da’i, dan penyeru umat harus terus berusaha membongkar identitas oknum-oknum munafik yang bersarang di dalam tubuh umat ini. Sebagai langkah untuk menyatukan kembali barisan umat yang telah terlalu lama tercerai-berai.

Kondisi yang menimpa umat saat ini merupakan satu indikasi bahwa orang-orang munafik yang menyelinap ke dalam tubuh kaum muslimin tidak diam. Mereka terus bekerja menciptakan kekacauan.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

 يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ جَاهِدِ الْكُفَّارَ وَالْمُنَافِقِينَ وَاغْلُظْ عَلَيْهِمْ ۚ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Hai Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah Jahanam dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. At-Tahrim: 9) 

Ketika mereka terus bergerak menghancurkan umat dengan strategi liciknya dari dalam tubuh kaum muslimin, maka perintah Allah ‘azza wajalla tegas; membongkar identitas mereka, membongkar strategi-strategi kemunafikan mereka, perangi mereka, dan mengeluarkan mereka dari barisan kaum muslimin. Para ulama dan pemimpin umat harus segera bahu-membahu dan merapatkan barisan untuk menyelesaikan amanah umat ini.

Sangat menarik kalimat yang diucapkan oleh Syaikh Abdul Aziz bin Marzuq ath-Thuraifi fakkallahu asrah. Beliau mengatakan,

“Allah hanya menyebutkan ciri-ciri golongan munafik dalam Al-Quran tanpa menyebutkan nama orangnya. Sebab, nama mereka akan berubah di setiap zaman. Dengan hanya menyebut ciri-ciri mereka, nama mereka akan muncul dengan sendirinya dan berkumpul untuk mempertahankannya. Orang-orang akan segera menyaksikan mereka.” Wallahu a’lam [Shodiq/dakwah.id]

Ceramah Perdana Maulidur Rasul 1442H

 

 

 

Ceramah Perdana Maulidur Rasul 1442H

Tarikh : 6 November 2020 (Jumaat) 

Masa : Lepas Maghrib 

Tempat : Masjid Kolam, Kuala Ibai 

#BatuBurukSejahtera

 #TerengganuMajuBerkatSejahtera

Rabu, 28 Oktober 2020

Rahsia Khasiat Cuka Kurma Untuk Kesihatan

 Tiada penerangan foto disediakan.

 KHAL adalah nama dalam bahasa Arab bermaksud suatu bahan daripada buah-buahan seperti tamar (kurma), epal, anggur, dan tin (fig) yang disimpan atau diperam dalam jangka masa tertentu, bertukar dari jus buah menjadi alkohol, seterusnya menjadi yis, bertukar menjadi asid asetat dan akhirnya menjadi KHAL, juga dipanggil vinegar.

Cuka kurma yang diperbuat daripada kurma, juga dapat membuang lemak, kolestrol, asid-asid dan garam berlebihan dalam badan yang membawa pelbagai penyakit berbahaya.

Antara bahan kandungan cuka kurma adalah:
  • Vitamin C
  • Vitamin E
  • Vitamin B1
  • Vitamin B6
  • Beta-karotena
  • Bioflavonoid
  • Potassium
  • Serat

Cuka kurma juga dapat membuang lemak, kolestrol, asid-asid dan garam berlebihan di dalam badan (yang membawa pelbagai penyakit berbahaya).

KHASIAT CUKA KURMA MENURUT PERUBATAN ISLAM

Ibnu Sina dalam kitab beliau Al-Qanun Fi Al-Tib menyatakan bahawa, “Cuka kurma dapat mencegah sebarang pembengkakan di badan (bisul, kanser), menyucikan darah, membaiki masalah pencernaan di perut, masalah usus, kerongkong, kahak, batuk yang berpanjangan, menjaga kulit dari kepanasan matahari, mengatasi masalah lemak-lemak di badan (kolesterol), menstabilkan asid dan garam di badan, membuang keracunan badan (toksik), masalah rahim, menguatkan gigi, mata, telinga serta mengembalikan tenaga lelaki dan perempuan.” Darul Fikri, Bairut Tahun 1414H, m.s 908 - 909.

Menerusi kitab Al-Qanun Fi Al-Tib (Ibnu Sina) & Al-Tib Al-Nabawi (Ibnu Qaiyyim), cuka kurma:-

  • Dapat mencegah berlakunya pembengkakan pada badan seperti bisul dan kanser.
  • Membuang darah kotor dan melancarkan aliran darah.
  • Mengatasi masalah proses pencernaan makanan dalam perut.
  • Melancarkan pergerakan usus.
  • Merawat masalah kerongkong, kahak dan batuk yang berpanjangan.
  • Memelihara kulit dari kesan kepanasan matahari.
  • Menurunkan tahap kolesterol.
  • Mengimbang tahap asid-alkali dalam badan dan mengeluarkan lebihan garam.
  • Membakar kalori dengan cepat.
  • Membuang toksin.
  • Merawat masalah rahim, menguatkan gigi, deria mata dan telinga.
  • Penyerapan kalsium lebih sempurna dan menguatkan tulang.
  • Mengubati masalah gastrik akibat asid berlebihan dalam perut.
  • Merawat masalah hempedu (membersih hempedu dari lemak yang membentuk batu karang).
  • Mencegah berlakunya keracunan akibat penggunaan ubat-ubatan yang pelbagai.
  • Melancarkan pengeluaran susu ibu.
  • Melancarkan perjalanan darah yang berketul dalam perut (masalah gangguan haid).
  • Memperbaiki fungsi limpa.
  • Menghilang masalah dahaga dan mengurangkan panas badan.

BERIKUT ADALAH BEBERAPA KHASIAT SECARA KHUSUS CUKA KURMA:

1. Mengatasi Gastrik Dan Penyakit Perut

Ibnu Qaiyyim dalam kitab beliau Al-Tib Al-Nabawi menyatakan cuka kurma bermanfaat untuk mengatasi masalah gastrik di perut, masalah hempedu (membersih hempedu dari lemak yang membentuk batu), mencegah terhadap bahayanya ubat-ubatan (kesan sampingan dari ubat yang pelbagai) yang boleh membawa kepada kematian.

"Cuka kurma bermanfaat mengatasi masalah limpa, membersihkan usus (membuang toksik di perut), menguatkan sistem perut (masalah buasir), menghilangkan masalah dahaga (panas badan), mencegah sebarang pembengkakan yang akan terjadi di tubuh manusia (seperti kanser, bisul dan sebagainya), membantu sistem penghadaman makanan yang kasar dan membersihkan darah manusia (darah yang beracun)." Darul Kitab Al-Arabi, Bairut 1410 H, m.s 233.

Sebenarnya ia bukanlah cuka biasa yang dibuat masakan makanan tetapi KHAL adalah bersifat asidik pada rasa tetapi tidak membahayakan tubuh badan.

KHAL adalah minuman kesihatan beralkali yang dapat mengimbangi kandungan asid dalam badan manusia serta mengendalikan keseimbangan pH, mengurangkan kadar toksik dalam badan dengan menukarkannya kepada kompaun asetat yang kurang bertoksik.

KHAL bukan menyebabkan gastrik atau penyakit usus kerana KHAL adalah ejen pembersih organ badan kerana proses fermentasi KHAL daripada jus buah kurma menjadi alkohol kemudian menjadi asid asetat seterusnya menjadi KHAL yang sememangnya rasanya masam seperti cuka.

2. Melancarkan Susu Ibu

Cuka kurma juga dapat melancarkan susu ibu dan melancarkan perjalanan darah yang berketul dalam perut (masalah gangguan haid).

3. Menurunkan Berat Badan

Dengan mengamalkan pemakanan cuka kurma, ia boleh mengurangkan rasa lapar dan anda akan berasa kenyang. Hal ini tidak mustahil kerana cuka kurma mengandungi potassium yang tinggi.

4. Mengatasi Lemah Jantung

Pengamalan cuka kurma sangat sesuai kepada orang yang lemah jantung kerana serat yang terkandung di dalam cuka kurma boleh mengurangkan kadar kolestrol di dalam badan.

Sebaik-baiknya, ambil cuka kurma sebanyak 25-30 gram setiap hari dan pada masa yang sama, dapatkan serat dari sayur-sayuran dan buah-buahan juga.

Selain daripada itu, pengambilan suplemen amat digalakkan.

Cuka kurma boleh mengurangkan kolestrol LDL (buruk) dan pada masa yang sama meningkatkan kolestrol HDL (baik).

5. Mencegah Kanser

Sepertimana memakan buah kurma atau biji aprikot, pengambilan cuka kurma yang berkala boleh mengurangkan risiko kanser perut.

Hal ini kerana cuka kurma mengandungi banyak kandungan vitamin C, B6 dan potassium.

Vitamin C merupakan bahan antioksida yang memainkan peranan penting dalam menangani radikal bebas (salah satu penyebab kanser) di dalam badan.

6. Menguatkan Sistem Imun Badan

Pengambilan cuka kurma boleh mengeluarkan bahan-bahan toksin dari badan, secara tidak langsung boleh menguatkan sistem imun badan dan pada masa yang sama, ia juga boleh mencegah anda daripada sakit perut dan sembelit.

Cuka kurma mengandungi Vitamin A, yang mana salah satu vitamin yang memainkan peranan yang penting dalam sistem imun badan.

Pada masa yang sama, Vitamin B6 yang terkandung di dalam cuka kurma turut memainkan peranan di dalam tindak balas imun badan. Jika badan tidak mempunyai vitamin B6 yang mencukupi, ia boleh melemahkan sistem pertahanan badan.

Selain itu, vitamin C dan vitamin A juga boleh membantu sistem pertahanan badan anda, walaupun bukanlah secara langsung.

7. Sesuai Untuk Pesakit Anemia

Memandangkan cuka kurma mengandungi zat besi yang mencukupi, ia boleh membantu pesakit anemia.

Hemoglobin adalah bahagian sel darah merah yang paling penting, ia memainkan peranan untuk mengangkut oksigen ke seluruh sel badan kita. Sekiranya tidak berfungsi dengan baik, maka sel badan tidak mendapat oksigen yang mencukupi.

Tetapi jangan abaikan ubat dan nasihat daripada doktor, anggaplah cuka kurma ini sebagai makanan tambahan sahaja, bukannya penyembuh yang sempurna.

8. Mengurangkan Gangguan Haid

Kerapkan pengambilan cuka kurma atau buah kurma itu sendiri boleh membantu anda (perempuan) mengurangkan gangguan haid.

Hal ini kerana cuka kurma mengandungi Vitamin B dan E, iaitu vitamin yang memainkan peranan penting di dalam proses kitaran haid yang baik dan sihat.

Vitamin B dan Vitamin E boleh mengurangkan rasa sakit semasa haid, manakala magnesium boleh mengurangkan ketegangan otot pada rahim.

9. Melegakan Batuk

Cuka kurma dipercayai boleh melegakan sakit batuk dan meghilangkan kahak jika diambil secara berterusan.

Hal ini logik kerana cuka kurma mengandungi vitamin C, iaitu salah satu nutrisi yang penting di dalam sistem imun badan untuk melawan sebarang jangkitan dan penyakit.

10. Memudahkan Bersalin

Jika anda kerap minum cuka kurma, ia boleh memudahkan proses bersalin.

Satu kajian yang diterbitkan oleh Journal of Obstetrics and Gynaecology mendapati bahawa pengambilan 6 biji kurma setiap hari untuk 4 minggu sebelum bersalin, boleh memudahkan proses melahirkan anak dan mengurangkan rasa sakit.

Hal ini kerana cuka kurma mengandungi hormon yang boleh menguatkan uterus, membantu penghasilan susu badan dan mengurangkan risiko keguguran.

11. Mengatasi Masalah Lemah Badan

Cuka kurma mengandungi kadar karbohidrat yang tinggi, ia boleh membekalkan tenaga kepada badan anda.

Pada masa yang sama, vitamin B yang terdapat di dalam cuka ini boleh membantu badan menukarkan makanan kepada bentuk tenaga untuk kegunaan harian.

CARA PENGAMBILAN CUKA KURMA

Cuka kurma mempunyai rasa seperti buah kurma. Ia biasanya berwarna coklat gelap dan untuk menikmati cuka kurma, berikut adalah serba sedikit cadangan hidangan:

1. Minum: Ambil 1-2 sudu teh cuka kurma, sebaiknya dicampurkan dengan segelas air masak. Minumnya pada sebelah pagi dan malam. Anda boleh menambah madu untuk meningkatkan rasa manis.

2. Salad dressing: Anda sukakan salad, apa kata cuba masukkan cuka kurma pula ke dalam salad anda.

3. Masakan: Anda memasak dan perlukan cuka? Apa kata mulai hari ini anda bertukar kepada cuka kurma.

4. Jeruk: Seperti penggunaan cuka biasa dalam proses penjerukan, kali ini gantikannya dengan cuka kurma.

APA BEZA CUKA KURMA dengan BUAH KURMA?

Walaupun berasal daripada bahan yang sama tapi kedua-duanya melalui proses yang berbeza.

Macam CUKA KURMA ini, ianya akan melalui proses fermentasi sehingga 8 bulan. Bukan itu saja, udara, air, dan juga suhu sekeliling semasa proses penapaian itu turut dijaga dan dikawal. Ini bagi memastikan kualiti dan khasiat cuka kurma yang dihasilkan terjaga.

Buah kurma pula hanya diambil daripada pokok kurma sahaja.

Kenapa perlu fermentasi sampai 8 bulan?

Sebab, proses fermentasi akan menggandakan khasiat dalam kurma sehingga lebih dari 4 kali ganda.

Buah kurma itu sendiri sudah banyak khasiatnya, bayangkan pula kurma yang sudah melalui proses fermentasi sehingga 8 bulan. Pasti berkali ganda khasiatnya.

Fermentasi bertindak dengan cara memecahkan molekul-molekul kurma, secara nanoteknologi dan dengan itu, khasiatnya lebih mudah diserap.

Bila dibuat sebagai cuka, manis gula dari kurma hilang, jadi ianya sesuai diminum oleh penghidap diabetes.

Manis kurma itu hilang kerana bakteria baik yang ada di dalam cuka kurma telah 'memakan' gula tersebut.

Semoga memberi manfaat.

Rujukan:

Rahsia Khasiat Cuka Kurma Untuk Kesihatan

Isnin, 19 Oktober 2020

Perbezaan Politikus dan Pejuang Islam

 

Sang politikus atau pemain politik mempunyai padang dan pentasnya yang tersendiri. Gerak tari politiknya licik dan seni bicaranya menawan. Kadangkala memukau dan mampu menawan minda awam. Fokus dan capaian mereka ialah cita-cita politik. Mereka sanggup merempuh sempadan hukum dan tembok syariat demi menggapai objektif dan matlamat politik mereka. Mereka juga tergamak melacurkan prinsip perjuangan, asal sahaja mereka bebas melunas kemahuan dan melampias keinginan. Politik mereka tiada sempadan dan pedoman syara’. Sandaran mereka ialah ideologi Machiavelli, kiblat mereka ialah kepuasan dan prinsip mereka ialah matlamat menghalalkan cara. Firman Allah s.w.t;

 وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِن يَقُولُوا تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ الْعَدُوُّ فَاحْذَرْهُمْ قَاتَلَهُمُ اللَّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ

  “Dan apabila engkau melihat mereka, engkau tertarik hati kepada tubuh badan mereka (gerak lakunya); dan apabila mereka berkata-kata, engkau juga (tertarik hati) mendengar tutur katanya (kerana manis dan fasih, dalam pada itu) mereka adalah seperti batang-batang kayu yang tersandar (tidak terpakai kerana tiada padanya kekuatan yang dikehendaki). Mereka (kerana merasai bersalah, sentiasa dalam keadaan cemas sehingga) menyangka tiap-tiap jeritan (atau riuh rendah yang mereka dengar) adalah membahayakan mereka. Mereka itulah musuh yang sebenar-benarnya maka berjaga-jagalah engkau terhadap mereka. Semoga Allah membinasa dan menyingkirkan mereka dari rahmat-Nya. (Pelik sungguh!) Bagaimana mereka dipalingkan (oleh hawa nafsunya dari kebenaran).” - al-Quran, surah al-Munaafiqun ayat 4

 Sangat ketara perbezaan bagi seorang Pejuang Islam. Matlamat mereka adalah mencari keredhaan Allah. Lapangan dan pentas mereka tersangat luas sementara aksi politik adalah sebahagian daripada kewajipan yang mesti ditunai dengan penuh kebijaksanaan.

Politik mereka dihiasi akhlak dan komitmen yang tinggi terhadap sumber syara’ iaitu Al Quran dan As Sunnah. Politik menjadi wadah dan wasilah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt serta menjadi alat untuk mendaulatkan syariat dan meninggikan syiar agama Allah swt. Firman Allah :

 الَّذِينَ إِن مَّكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنكَرِ وَلِلَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

 “Iaitu mereka (umat Islam) yang jika Kami berikan mereka kekuasaan memerintah di bumi nescaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat, dan mereka menguatkuasakan al-Maaruf (penegakan syariah ) serta melarang dari melakukan kejahatan dan perkara yang mungkar. Dan (ingatlah) bagi Allah jualah kesudahan segala urusan.” - al-Quran, surah al-Hajj ayat 41

Kesimpulannya, pejuang Islam juga adalah seorang ahli politik sementara politikus tidak semestinya seorang pejuang Islam. Politikus hanya merencana strategi mereka untuk berkuasa dan berpengaruh di dunia ini, lalu dosa pahala tiada dalam kamus politik mereka sementara Pejuang Islam mengatur langkah menguasai dunia untuk kejayaan dan kemenangan di akhirat.

 Al-Quran dan al-Sunnah menjadi jarum kompas yang memandu arah politik seorang Pejuang Islam. Mereka meyakini bahawa matlamat akhir perjuangannya ialah keredhaan Allah swt, maka mereka sentiasa optimis terhadap kemenangan Islam sekalipun kehilangan sokongan daripada makhluk yang dicipta Tuhan. Hal ini ini tidaklah memeranjatkan PAS yang menyambung Risalah al-Nabawiyyah di zaman ini, lantaran ia pernah dihadapi oleh Rasulullah saw malah turut dihadapi oleh pejuang-pejuang Islam di sepanjang zaman. Inilah yang dilafazkan oleh orang-orang Quraish tatkala Nabi Muhammad menyampaikan dakwahnya, “Apa yang engkau (Muhammad) sampaikan kepada kami ini adalah suatu yang dibenci oleh pemerintah.” (Tarikh Madinah Dimasyq, 17/ 299)

 Kegagalan memahami hal ini memungkinkan kita berjuang tanpa sebarang nilai dan pencapaian di sisi Allah Taala. Penyertaan PAS dalam medan siasah (politik) adalah sebahagian dari tanggungjawab perjuangannya untuk mendaulatkan syariat Allah Taala di atas muka bumi ini. Firman Allah;

 ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِّنَ الأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاء الَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ “

Kemudian kami telah meletakkan engkau di atas syariat (peraturan agama), maka ikutlah peraturannya dan janganlah engkau mengikut nafsu mereka yang tidak mengerti.” - al-Quran, surah al-Jaatsiyah, ayat: 18

Tugas dan tanggungjawab PAS jauh lebih besar dari hanya sekadar berpolitik. Tanpa mengabaikan tanggungjawab politik yang dilunas mengikut prinsip amal Islami, PAS juga mempunyai tanggungjawab besar untuk turun berdakwah dan memimpin fikrah (pemikiran), syakhsiah (peribadi) dan ruhiyyah (spiritual) masyarakat. Justeru itu, kurangkanlah politiking sesama sendiri yang hanya mengheret kita bersengketa dan membuang masa dalam perkara yang tidak mendatangkan keuntungan kepada perjuangan sebaliknya menjadikan kita retak dan pecah. Berikan tumpuan kepada usaha pengukuhan gerak kerja dan mempelbagaikan aktiviti ke arah memahamkan masyarakat terhadap Islam yang kita perjuangkan. Tidak hanya menumpukan isu-isu politik sehingga memperlahankan tempo dalam gerak kerja dan aktiviti amal Islami yang lain seperti pemantapan aqidah dan fikrah. 

 Jangan biarkan sebarang kemelut melintasi ruang jamaah kita sehingga ia merosakkan penumpuan dan keikhlasan kita terhadap amanah perjuangan. Keasyikan berpolitik dan keghairahan bersaing di dunia politik kini kelihatan banyak melahirkan pemimpin dan anggota parti yang tidak lagi menumpukan tanggungjawab asas sebagai seorang pejuang Islam. Telah ramai pemimpin dan anggota jamaah yang mengabaikan solat berjamaah, menjauhkan diri dari majlis-majlis ilmu, tidak lagi melazimi usrah. Ucapannya pula tiada lagi hikmah, sebaliknya kasar dan keras. Tindakannya gelojoh, egonya tinggi dan hanya merasa diri sahaja yang bijak dan pandai. Gemar bertelingkah dan suka memfitnah. Melakukan dosa tanpa sedar ia berdepan murka dan kutukan Allah Taala.

Saban waktu dan ketika, fikiran aktivis-aktivis gerakan hanya disibukkan merancang “Bagaimana nak jatuhkan si anu dan si anu (saingan politiknya)”, kerana ia tidak sama pendapat. Atau ada juga yang memurnikan sedikit alasannya yang berbunyi, “Demi kebaikan jamaah...”, “Demi masa depan jamaah...” sebagai melindungi perkataan sebenar, “Demi kebaikan aku...” atau “Demi masa depan politik aku...”. Segalanya kerana pengaruh politik tanpa agama dan akhlak. 

 Hitungan seharian dalam dunia politik ialah bagaimana mahu menang! Bagaimana mahu dapat undi Melayu dan non-Malay! Tetapi malang, sebahagiannya tidak memasukkan dalam hitungan mereka, bagaimana hendak mempertahankan Islam dan memenangkan Islam. Malah ada yang berani mengatakan jangan bercakap deras tentang hukum Islam, kerana nanti kita kurang popular dan non-Muslim menjauhi kita.

Sebagai anggota gerakan Islam, pejuang Islam, kita tidak seharusnya prejudis terhadap Islam. Perjuangkan Islam nescaya Islam akan menambat hati nurani seluruh umat tanpa mengira bangsa, justeru Islam adalah agama wahyu untuk seluruh manusia. Keadilan Islam dan akhlaknya akan meruntun hati manusia walau pada mulanya mereka membenci Islam. Pentingnya kita mesti tegas bersama Islam. Usahlah fahaman “matlamat menghalalkan cara” menjadi matlamat politik kita, kerana pejuang Islam sebenar sanggup mati kerana taat kepada kehendak Allah berbanding hidup menderhakai-Nya sebagai azimah perjuangan. Demikianlah sabda Rasulullah saw;

 موت في طاعة اللّه عز وجل خير من حياة في معصية اللّه 

“Menempa maut kerana menjalani perintah Allah lebih mulia daripada hidup melakukan maksiat kepada-Nya.” (riwayat al-Tabarani fi al-Mu’jaam al-Kabir)

Biodata Penulis :

Ustaz Nasrudin bin Hasan Tantawi merupakan Ketua Pemuda Dewan Pemuda PAS Malaysia (DPPM). Beliau pernah mendapat pendidikan di Maahad Fathul Islami Damascus, Syria dan Universiti al-Azhar, Tanta, Mesir. Beliau memilih PAS sebagai platform perjuangan Islam di Malaysia. Antara tokoh ulama yang beliau kagumi adalah Syeikh Dr.Yusuf al-Qaradawi dan Syeikh Muhammad al-Ghazali.

Sabtu, 17 Oktober 2020

Kijang sama kijang berlaga, singa juga yang kenyang - Oleh Dr Muslim

 Imej mungkin mengandungi: 1 orang, berdiri dan teks

Ketiadaan akta anti-lompat parti politik telah memburukkan suasana politik di Malaysia hari ini. 

Pemerintahan hari ini bukan lagi ditentukan oleh rakyat yang mengundi tetapi oleh ahli-ahli parlimen yang lupa diri, dan yang sanggup dijual-beli.

Tidak dipanggil politik kalau tidak ada kontroversi. Perbezaan pendapat itu lumrah, perselisihan itu biasa, pertikaian itu adat berpolitik, tetapi janganlah sampai hilang pertimbangan diri.

Jangan sampai kita tidak boleh mengambil satu langkah kebelakang untuk membetulkan sepuluh langkah kehadapan.

Jangan sampai kita tidak ada masa untuk bermuhasabah diri dan menginsafi akan akibat buruk yang boleh terjadi.

Jangan sampai kita tidak ada masa untuk menilai kembali niat dan tujuan sebenar kita berpolitik.

Jangan sampai kita tidak boleh mengutamakan kepentingan ugama, bangsa dan masyarakat daripada kepentingan diri.

Pergeseran UMNO dan PPBM ini hanyalah konflik kecil dan boleh diatasi seperti yang diberitahu dalam Quran: 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫𝐧𝐲𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠-𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐧 𝐢𝐭𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐮𝐝𝐚𝐫𝐚. 𝐌𝐚𝐤𝐚 𝐝𝐚𝐦𝐚𝐢𝐤𝐚𝐧𝐥𝐚𝐡 𝐝𝐢𝐚𝐧𝐭𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐮𝐚 𝐬𝐚𝐮𝐝𝐚𝐫𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 (𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐞𝐥𝐢𝐧𝐠𝐤𝐚𝐡) 𝐢𝐭𝐮. 𝐃𝐚𝐧 𝐛𝐞𝐫𝐭𝐚𝐤𝐰𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐞𝐩𝐚𝐝𝐚 𝐀𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐮𝐩𝐚𝐲𝐚 𝐤𝐚𝐦𝐮 𝐩𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐦𝐚𝐭. (𝐀𝐥-𝐇𝐮𝐣𝐮𝐫𝐚𝐭: 𝟏𝟎).

Kita boleh ibaratkan pergeseran diantara UMNO dan PPBM ini sebagai perlumbaan Mercedes dan BMW di lebuhraya Utara-Selatan. Jika tidak disekat, ia boleh membawa kepada kemalangan yang boleh membahayakan mereka dan pengguna-pengguna lain.

Jadi, untuk kebaikan semua pihak,𝗣𝗔𝗦 𝗵𝗮𝗿𝘂𝘀𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗲𝗿𝘁𝗶𝗻𝗱𝗮𝗸 𝘀𝗲𝗯𝗮𝗴𝗮𝗶 𝗽𝗲𝗿𝗼𝗻𝗱𝗮 𝗹𝗲𝗯𝘂𝗵𝗿𝗮𝘆𝗮 dan perlu menahan Mercedes UMNO dan BMW Bersatu dari terus beradu kelajuan yang membahayakan. PAS perlu membawa UMNO dan Bersatu masuk “R and R” untuk “Rest and Reconcile” dan mendamaikan mereka serta mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk menghalang kemalangan yang boleh menyebab kerugian kepada kedua belah pihak. Dan mereka perlu disedarkan bahawa pihak yang untung daripada perlumbaan mereka itu ialah syarikat "tow truck" dan bengkel kereta.

Kita juga tahu memang ada sindiket "tow truck" yang sengaja mahukan kemalangan dengan mencurah minyak hitam keatas jalan raya supaya kereta yang berlanggaran itu memanggil mereka.

Sama jugalah dengan sindiket batu api politik yang akan mencurah apa sahaja seperti fitnah, makian, kebencian, duit, tohmahan, penipuan, kepura-puraan supaya kesatuan Melayu Islam dapat dipecahkan agar majikan mereka mendapat keuntungan akibat daripada pepecahan itu. Jadi awasilah batu-api Dunhill, batu-api RBA, dan juga batu-api barat atau Yahudi. Tugas mereka ialah mencetus huru-hara dan perbalahan agar kesatuan Melayu Islam berpecah belah supaya majikan mereka atau parti-parti sokongan mereka boleh "divide and rule" atau pecah dan perintah seperti yang berlaku pada PRU 14.

Sekiranya UMNO dan PAS bergabung pada PRU 14, merekalah yang sepatutnya memerintah. Tetapi sayang, apabila orang Islam Melayu bergaduh dan berpecah maka orang lainlah yang akan menang.

Kalau bergaduh sekali pun janganlah sampai jong pecah, nanti yu juga yang kenyang.

Kalau berlaga sekali pun, jangankah ikut tabiat kijang, kijang sama kijang berlaga sampai tanduk terlekat, nanti singa juga yang kenyang.

Peribahasa Melayu ada menyebut: Gajah sama gajah berjuang, pelanduk mati ditengah-tengah yang bererti kalau orang-orang atas bergaduh, orang bawahanlah yang mendapat susah Peribahasa Barat pun ada juga menyebut: "Where two fight, the third wins" iaitu apabila dua orang bergaduh, orang ketiga akan menang.

Membawa mesej yang sama, Dato’ Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang juga menyarankan agar jangan menjadi laksana lesung dan alu yang berlaga, nanti ayam pula yang kenyang.

Kesimpulannya, marilah kita sama-sama mengambil keinsafan dari surah Al-Hujurat dan pengajaran daripada PRU 14 untuk kita mempertahankan perpaduan Melayu Islam, kerana kalau Mad dan Din bertumbuk, klinik Dr Lim juga yang untung.

Dr Muslim
Kuantan
16 Oktober 2020



Isnin, 12 Oktober 2020

WABAK ISLAMOFOBIA MENJANGKITI PEMIMPIN BARAT

 


 Pepatah Melayu menegaskan: 

 “Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tiada tampak.” Inilah perumpamaan yang tepat terhadap peristiwa tergempar yang berlaku di Perancis, apabila berlaku tindakan oleh orang Islam terhadap akhbar mingguan Perancis, Charlie Hebdo yang menghina Rasulullah SAW dengan gambaran yang tidak sopan. Sedangkan orang Islam wajib beriman dengan semua Rasul AS, bahkan dilarang memaki tuhan-tuhan lain yang bukan disembah.

Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, kerana mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan mereka kembali, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan.” (Surah al-An’am: 108)

Selepas itu, Emmanuel Macron, Presiden Perancis melalui kenyataannya menjadikan Islam dan penganutnya sebagai sasaran dengan melemparkan celaan kepada Islam.

Dia sedikit tersasar dalam melepaskan geram terhadap Islam, sehingga lupa diri bahawa Perancis dan negara sekutunya pernah datang merompak di negara lain.

Mereka memaksa penduduk di negara tersebut menjadi hamba untuk diperas dan diperah habis-habisan segala hasil buminya. Segala rompakan di setiap daerah dan pelosok dunia dihalalkan dan diperlakukan apa sahaja terhadap penduduk dan hasil negara lain. Sebenarnya mereka pencipta masalah dalam dunia Islam, bukannya Islam dan penganutnya.

Umat Islam yang tidak pelupa, tetap mengingati sejarah yang terpahat ketika jutaan rakyat di Algeria, Maghribi, Mauritania, Senegal dan negara lain yang dibunuh oleh penjajah Perancis, bukan sekadar satu dua orang sahaja dibunuh. Tindakan zalim itu semata-mata mahu menakluk negara secara paksa kononnya atas nama peperangan suci. Malah rakyat yang mempertahankan diri dan tanah air sendiri pula dinamakan sebagai lanun, perompak dan penderhaka.

Nun di seberang lautan, Benua Amerika Utara dan Amerika Selatan entah berapa juta penduduk asal seperti kaum ‘Red Indian’ dan suku lain yang dibunuh atas nama penerokaan wilayah. Kononnya untuk kebebasan atas nama hak asasi manusia. Seolah-olah bangsa mereka sahaja yang mempunyai hak asasi manusia, bangsa lain pula bukan manusia.

Seluruh dunia mengetahui betapa penempatan orang Eropah di benua Australia mengakibatkan penduduk asalnya ditembak laksana binatang buruan. Mereka datang kononnya untuk meneroka dunia baru, seolah-olah bumi Allah SWT ini hanya untuk mereka sahaja.

Bacalah al-Quran yang mengajar adab berperang yang diwajibkan untuk mempertahankan agama, diri dan tanah air dengan berpandukan Kitab Suci al-Quran, firman Allah:

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, kerana sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Surah al-Baqarah: 190) Firman Allah:

“Oleh sebab itu barangsiapa yang menceroboh kamu, maka balaslah kepadanya, seimbang dengan serangannya terhadapmu.

Bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahawa Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (Surah al-Baqarah: 194) Islam mengharamkan sikap melampau walaupun dalam keadaan wajib mempertahankan diri. Agama Islam mengajar bahawa golongan wanita, kanak-kanak, orang tua, para paderi di gereja dan semua orang awam haram dibunuh sekalipun ketika berperang dalam mempertahankan diri. Hukum mereka yang melakukannya adalah berdosa, bukan sekadar mengikut undang-undang ciptaan manusia yang ‘double standard’, terpilih untuk orang lain sahaja, bukan untuk diri sendiri.

Maka umat Islam daripada semua mazhab termasuk Syiah di Iran turut mengharamkan penggunaan senjata pemusnah. Sekiranya tiada undang-undang antarabangsa, mereka tetap patuh kepada undang-undang Allah SWT. Jika dilanggar sempadan hukum Islam, kelak dihukum pada hari akhirat, kerana akan ada perhitungan dosa dan pahala.

Peristiwa pengeboman atom di Hiroshima dan Nagasaki yang mengerikan, sedikitpun tidak menjadi pengajaran kepada masyarakat Barat. Bahkan mereka terus mencipta senjata yang lebih memusnahkan dunia, manusia dan alam sekitar.

Bukankah negara Perancis sendiri termasuk dalam negara-negara yang pernah mengadakan ujian senjata pemusnah di kawasan Pasifik pada abad yang lalu?

Mereka juga masih berpegang kepada hukum halal senjata pemusnah untuk kegunaan mereka dan negara haram Israel. Adapun negara lain diharamkan segala bentuk kemajuan nuklear walaupun hanya bertujuan untuk menghasilkan tenaga, bukan kerana peperangan.

Agama Islam telah mengharamkan bagi penganutnya melakukan sebarang kerosakan sebelum wujud undang-undang antarabangsa ciptaan mereka yang sangat rapuh.

Kami umat Islam tidak pernah buta mata akal seperti kamu, apabila menyaksikan pelbagai kezaliman di Palestin, Rohingya, Uighur, dan terkini melihat betapa melentingnya Negara Perancis terhadap Azerbaijan yang membebaskan tanah air yang telah dirampas oleh Armenia sewaktu umat Islam dalam keadaan lemah pada era Komunis. Puak Armenia diletakkan di tengah Azerbaijan yang dinamakan sebagai Karabakh, lalu mengaku tanah airnya di celah tanah air Azerbaijan.

Perancis juga paling bersemangat menyokong Greece yang berpunca daripada krisis sempadan antara Turki dan Greece. Sehingga diletakkan sempadan pulau yang jaraknya hanyalah dua kilometer sahaja daripada pesisir pantai Turki berbanding 500 kilometer daripada Greece, tetapi dikatakan kepunyaan dan hak milik Greece. Apakah jenis keadilan dan hak asasi manusia yang diperjuangkan oleh negara itu terhadap Islam dan penganutnya?

Bandingkan pula dengan kedatangan Islam di Sepanyol, Selatan Eropah yang membawa tamadun Islam ke negara Barat. Berbeza dengan kedatangan tentera Amerika di Afghanistan, Iraq dan negara lain yang membunuh penduduknya tanpa sebarang belas kasihan.

Sekiranya mahu bermusuh terhadap Islam sekalipun biarlah berasaskan hujah yang boleh diterima oleh akal yang sihat. Hanya akal yang tidak sihat sahaja boleh memejamkan mata terhadap sikap yang melampau ini. Kemungkinan juga mereka terkena wabak Islamofobia yang sedang melanda negara Eropah sebelum berlakunya COVID-19.

Lebih malang lagi, ada pemimpin sebuah negara yang dikatakan paling besar dan maju dalam kalangan mereka, menganggap wabak ini tidak berbahaya sehingga mencabar pakar perubatan atas nama kebebasan yang sudah terbabas.

ABDUL HADI AWANG

Presiden PAS

Bertarikh: 24 Safar 1442 / 12 Oktober 2020

Khamis, 8 Oktober 2020

Umat Islam ditegah menghina ciptaan Ilahi

Sedetik rasa bersama Dr Azlan Shaiful Baharum

SALAH satu perkara negatif di media sosial adalah ia alat yang digunakan untuk memudahkan seseorang merendahkan, menghina serta mencaci orang lain.

Semua perbuatan itu belum tentu berani dilakukan seseorang di alam nyata. Di dunia maya, seseorang boleh menyamar di sebalik nama gelarannya.

Salah satu yang banyak dilakukan segelintir warganet yang tidak berakhlak baik ialah menghina fizikal seseorang sama ada kekurangan atau kecacatan tubuh seseorang yang disebut body shaming.

Kadang-kadang mereka melakukan perbuatan mengejek fizikal seseorang itu tanpa sedar.

Ia mungkin ungkapan yang dikeluarkan secara tidak sengaja bagi menceriakan suasana atau ada kalanya bergurau melampaui batas serta memang bertujuan menghina kenalan atau rakan sekerja.

Sesetengah orang melakukan body shaming tanpa sedar kerana memang sudah kebiasaan menjadi tabiat buruk mereka.

Tentunya orang yang menjadi sasarannya berasa tidak selesa. Perbuatan body shaming itu hakikatnya jelas haram dan ditegah oleh Islam.

Semua ciptaan Allah ada kelebihan serta hikmahnya. Ia tidak sepatutnya dicela dan dihina sedemikian rupa.

Allah SWT berfirman dalam Surah at-Tin, ayat 4 yang bermaksud: “Sesungguhnya Kami menciptakan manusia itu sebaik-baik kejadian.”

Pada zaman Rasulullah SAW, ada seorang sahabat bernama Abdullah bin Mas’ud RA.

Beliau memiliki betis yang kecil. Ketika beliau mengambil ranting untuk dijadikan siwak, angin berhembus dan menyingkap betisnya yang kecil itu lalu sahabat Nabi tertawa kerana melihat betis Ibnu Mas’ud yang kecil itu.

Maka Baginda menegur perbuatan sahabat dengan bersabda yang bermaksud: “Apa yang membuat kalian ketawa?”

Mereka berkata, “Wahai Nabi Allah kerana kedua-dua betisnya yang kurus.”

Maka Nabi SAW bersabda yang bermaksud: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya sungguh kedua-dua betis itu lebih berat di timbangan daripada Gunung Uhud.”

Hadis itu menunjukkan, menghina fizikal seseorang adalah haram. Jika kita perhatikan, sahabat tidak mengeluarkan kata-kata hinaan namun hanya ketawa saja. Ia adalah haram dan mereka ditegur oleh Rasulullah SAW.

Allah SWT melarang kita merendah-rendahkan serta menghina orang lain.

Allah SWT berfirman yang bermaksud: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum menghina kaum yang lain, (kerana) boleh jadi mereka (yang dihina itu) lebih baik daripada mereka (yang menghina), dan jangan pula wanita-wanita (merendah-rendahkan) wanita lain (kerana) boleh jadi wanita-wanita (yang dihina itu) lebih baik daripada wanita (yang menghina) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil- memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah beriman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Surah al-Hujurat, ayat 11)

Sehubungan itu, peliharalah tutur kata kita kerana apa sahaja yang dituturkan akan memperlihatkan sahsiah orang yang bercakap.

Penulis Timbalan Dekan Hal Ehwal Pelajar & Alumni Fakulti Pengajian Bahasa Utama, USIM

Jumaat, 18 September 2020

Jumaat, 28 Ogos 2020

KEWAJIPAN MENGUNDI

 


KEWAJIPAN MENGUNDI 

Apabila politik menjadi sebahagian daripada ajaran Islam, maka kewajipan memilih pemimpin adalah sebahagian daripadanya. Dalam sistem demokrasi diadakan pilihanraya dengan mensyaratkan seseorang itu mendaftarkan diri menjadi pemilih yang membolehkannya mengundi.

Walaupun demokrasi berasal daripada barat, namun tidak boleh dipisahkan daripada kewajipan politik yang ditegaskan oleh hukum Islam selagi tidak bercanggah dengan dasar dan konsep Islam yang sempurna, teguh dan anjal. Pemerintahan Islam di sepanjang zaman keemasannya menerima segala yang baik daripada semua bangsa yang bertamadun dan mengislahkan kelemahan serta menolak kemungkarannya.

Perlu disedari mengikut kajian sejarah, demokrasi moden di negara barat adalah terpengaruh daripada Politik Islam yang dikaji oleh ilmuan barat daripada Tamadun Islam dalam segala aspek, bukan sahaja dalam bidang sains teknologi, bahkan sebenarnya termasuk juga dalam ilmu sains politik. Di mana mereka mengenali amalan memilih pemimpin dalam syariat Islam sehingga diadakan sistem pilihanraya, tetapi mereka memisahkannya daripada agama.

Demokrasi purba di Greek yang dicipta oleh tamadun barat tidak boleh menandingi Feqah Politik Islam. Apabila caranya tidak berpijak di lapangan rakyat semua peringkat, maka dilakukan perubahan pemerintah secara revolusi seperti di Perancis, England dan lain-lain. Di beberapa negara lain pula mengorbankan rakyat silih berganti, sehinggalah para orientalis bertemu dengan pengajian Islam.

Islam menempa sejarah politik ketika wafatnya Rasulullah S.A.W. Para sahabat R.A. di kalangan Muhajirin dan Ansar yang mewakili semua kumpulan dan kelompok melaksanakan konsep syura yang disebut di dalam Al-Quran. Mereka berhimpun di tempat bernama Thaqifah Bani Sa’idah (Dataran Bani Sa’idah), sekarang dibina Kompleks Percetakan Al-Quran.

Tujuan perhimpunan itu adalah bagi memilih Khalifah (Ketua Negara) menggantikan Rasulullah S.A.W. selepas kewafatannya. Himpunan itu dilakukan selepas selesai menyembahyangkan jenazah Rasulullah S.A.W. sebelum dikebumikan jasadnya yang mulia itu. Ini menunjukkan betapa besarnya kewajipan memilih pemimpin dalam ajaran Islam, sehingga lebih diutamakan daripada mengebumikan jasad Rasulullah S.A.W.

Ada tiga calon yang dicadangkan. Kalangan Ansar (penduduk asal Madinah) mencalonkan pemimpin mereka, Saad bin Ubadah R.A, adapun keluarga Rasulullah S.A.W dan beberapa orang yang lain mencalonkan Ali bin Abi Talib K.W.H (menantu dan sepupu Rasulullah S.A.W.), kalangan Muhajirin pula mencalonkan Abu Bakar R.A. daripada Muhajirin Qabilah Quraisy. Apabila mereka mendengar Hadis Rasulullah S.A.W. yang pernah bersabda:

الأئمة من قريش

“Para pemimpin utama hendaklah daripada Quraisy”

Akhirnya Abu Bakar R.A dipilih menjadi Khalifah. Para ulama yang menulis berkenaan Politik Islam menegaskan dalil mafhum daripadanya adalah memilih pemimpin yang muslim dan mempunyai kelayakan daripada kaum yang paling kuat pengaruhnya dalam masyarakat. Syarat muslim kerana Islam menjadi aqidah negara, manakala syarat Quraisy kerana dominasi dalam masyarakat.

Kuasa Khalifah Abu Bakar R.A tidak mutlak dan pentadbirannya secara syura yang melibatkan anggota kabinet di kalangan pemimpin para sahabat dan masyarakat umum yang bebas menasihat dan mengkritik, berprinsipkan patuh kepada hukum tertinggi Al-Quran dan Sunnah serta menghayati amalan syura.

Cara pemilihannya sentiasa berubah mengikut perkembangan masyarakat dan zamannya seperti juga hukum Islam yang lain. Contohnya haji yang diwajibkan menjadi rukun Islam, tidak lagi musafirnya melalui unta atau berjalan kaki sahaja. Zaman kini perjalanannya melalui pesawat udara dan keselamatannya melalui amalan visa. Maka semuanya menjadi wajib kerana termasuk di dalam kaedah hukum Syara’:

ما لا يتم الواجب إلا به فهو واجب

“Apa-apa yang tidak sempurna perkara wajib melainkan dengannya, maka ia menjadi wajib juga”

Contoh lain juga adalah wajibnya pakaian menutup aurat bagi menunaikan sembahyang, tanpa dipersoalkan siapa yang membuat kainnya dan siapa peniaganya, tanpa ditanya agama tukang jahit dan bentuknya dari negara mana, tetapi syarat sah orang sembahyang itu adalah Islam.

Begitulah juga perubahan masyarakat dan zaman dalam amalan politik yang mengadakan pilihanraya umum pada hari ini, tidak boleh dipisahkan daripada kewajipan politik yang menjadi sebahagian daripada syariat Islam.

Rasulullah S.A.W. telah memberi amaran kepada umatnya yang cuai melaksanakan kewajipan ini di akhir zaman menyebabkan kemusnahan mereka.

Sabda baginda SAW:

لَيُنْقَضَنَّ عُرَى الإِسْلاَمِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِى تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضاً الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلاَةُ (مسند أحمد)

“Demi sesungguhnya (akan berlaku) dirungkainya tali simpulan teguh yang mengikat ajaran Islam, satu demi satu. Apabila satunya dirungkai menyebabkan orang ramai menjadi berselerak terpaksa berpegang dengan simpulan ikatan yang ada selepasnya. Perkara pertama yang dirungkai ialah hukum (yang berkait dengan pemerintahan negara) atau politik dan yang terakhirnya ialah sembahyang”

Imam Al-Ghazali yang banyak menulis berkenaan tasawuf juga memberi perhatian khusus dalam aspek pemerintahan negara dalam kitabnya yang berkait dengan aqidah menegaskan:

“Agama menjadi asas, kuasa pemerintahan (politik) menjadi pengawasnya. Kalau tidak ada asas menyebabkan runtuh dan kalau tidak ada pengawas menjadikan hukum agama itu sia-sia sahaja”

Kita menyaksikan sekarang betapa ramai di kalangan umat Islam tidak mengambil kisah atau menganggap tidak penting dalam aspek ini. Ada juga yang merasa bosan kerana banyaknya karenah yang tidak menyenangkan dalam aspek politik, lalu mereka menyerah kalah atau mencari pendekatan yang salah apabila lebih mudarat bencananya. Mereka lupa betapa politik banyak mempengaruhi aspek yang lain, khususnya aspek kedaulatan negara dan keselamatan umat, bukan sahaja aspek ekonomi dan lain-lain.

Rasulullah S.A.W. menyuruh umatnya bersabar menghadapi penyelewengan politik kerana wajib memelihara urusan politik supaya tidak terjerumus ke dalam bencana yang lebih besar akibatnya.

Banyak ayat-ayat Al-Quran dan Hadis-hadis yang menunjukkan betapa Allah dan Rasul-Nya sangat murka terhadap orang yang tidak mengambil perhatian terhadap kepentingan umatnya sehingga menerima bencana yang memusnahkan semuanya.

Maka hendaklah difahami betapa mendaftarkan diri untuk menjadi pengundi di zaman kini adalah satu kewajipan agama yang besar terhadap setiap orang lelaki dan wanita apabila mempunyai kelayakan.

Allah berfirman:

وَإِن تَتَوَلَّوۡاْ يَسۡتَبۡدِلۡ قَوۡمًا غَيۡرَكُمۡ ثُمَّ لَا يَكُونُوٓاْ أَمۡثَٰلَكُم ٣٨ محمد

“Dan jika kamu berpaling (daripada beriman dan menegakkan Islam) Dia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain; setelah itu mereka tidak akan berkeadaan seperti kamu” (Surah Muhammad: 38)

Urusan menegakkan Islam dengan menjadi pemerintah berkuasa politik adalah kewajipan besar bagi umat Islam. Adapun yang datang menguar-uarkan supaya umat Islam melupakan politik adalah warisan peninggalan penjajah supaya umat ini lemah dan hilang kuasanya. Akhirnya menjadi hamba kepada sesiapa yang mengambil kuasa.

Mengundi bukan sahaja memilih pemimpin bagi pihak rakyat, bahkan tanggungjawab mengundi adalah melantik wakil rakyat untuk melaksanakan Amar Maaruf dan Nahi Mungkar yang menjadi tonggak penting dalam menjaga jati diri umat melalui kekuasaan atau bersuara dan menentukan sikap. Mengundi juga adalah menjadi hakim terhadap kerajaan dengan melakukan hisbah di sepanjang penggal pemerintahannya.

Konsep ini bersandarkan kepada firman Allah:

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ١٠٤ آل عمران

“Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam) dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji) dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang berjaya.”(Surah Ali-Imran: 104)

Sabda Rasulullah S.A.W.

وَالَّذِي نَفْسي بِيَدِهِ، لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ، وَلَتَنْهَوُنَّ عَنْ المُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللهُ أنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَاباً مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُوْنَهُ فَلا يُسْتَجَابُ لَكُمْ. (رواه الترمذي)

“Demi Tuhan yang diriku berada dalam genggaman kekuasaannya. Kamu hendaklah menyuruh kepada yang baik dan mencegah kemungkaran atau kalau kamu tidak melaksanakannya, hampirlah Allah menghukum kamu dengan balasan daripadanya. Kemudian kamu berdoa kepadanya, tiba-tiba doa kamu tidak diperkenankan” (Riwayat Tarmizi)

Hanya Muslim tanpa pedulikan maruah umatnya sahaja tidak mahu mengundi.

Padi bukan sebarang padi,

Padi ditanam di dalam sawah, Mengundi bukan sebarang mengundi, Mengundi kerana pertahan maruah. “Sejahtera Bersama Islam”

ABDUL HADI AWANG

Presiden PAS Bertarikh: 6 Zulhijjah 1438H / 28 Ogos 2017 Lihat Sedikit

Isnin, 25 Mei 2020

Umat Muhammad Dalam Kelalaian - Ustaz Muhd Wadi Annuar Ayub



Umat Muhammad Dalam Kelalaian - Ustaz Muhd Wadi Annuar Ayub

Jom Wakaf Al-Quran. RM20 sahaja. Bekalan Harta. Pahala Sentiasa Mengalir. Wassap 0134588163

Dapatkan Buku-Buku Nukilan dari Ustazah Asma’ Harun, Ustaz Ahmad Dusuki, Ustaz Kazim Elias, Ustaz Muhadir Joll dan Ustaz Wadi. Wassap je kami di 014-2767238

Bantu admin SHARE kan ke semua group-group FB, Whatsapp dan Telegram ye. Boleh jadi ada PAHALA asbab kita share kerana orang lain menontonnya, dapat manfaat dan mengamalkannya. InsyaAllah.

Jom Join Telegram Channel Ceramah Ustaz dan Ustazah : Klik link dibawah

https://t.me/ceramahustazdanustazah

Kredit : Majlis Ilmu Pulau Pinang Sebarang sumbangan bagi kos pengurusan Siaran Live Streaming Majlis Ilmu Pulau Pinang, boleh dibuat menerusi : Ilmiah Resources (Maybank) 557157310431

Ahad, 17 Mei 2020

PASCA 72 TAHUN DERITA NAKBAH PALESTIN



"PASCA 72 TAHUN DERITA NAKBAH PALESTIN" Dato' Seri Tuan Guru Haji Abdul Hadi Awang, Duta Khas Perdana Menteri ke Timur Tengah merangkap Presiden PAS

Selasa, 21 April 2020

Keutamaan Membuat Orang Lain Bahagia Dalam Islam

1. Disukai oleh Allah SWT.

Adakah yang lebih pantas dan patut diinginkan/didambakan oleh setiap manusia selain mendapatkan kecintaan dan keridhoan dari sang maha pencipta, Allah swt.? Tentunya dalam mendapatkan kecintaan dan keridhoan Allah swt serta mewujudkan fungsi Iman kepada Allah swt, kita sebagai umat muslim dan muslimah harus melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Tak hanya itu, kita juga sepatutnya melakukan hal-hal yang terpuji baik menurut pandangan Allah swt. maupun pandangan hamba-hamba-Nya yang lain. Salah satunya yang bisa dilakukan adalah dengan membahagiakan orang lain.

Seperti dituturkan dalam Hadis riwayat Ibnu Abbas RA yang menyatakan bahwa Baginda Nabi Muhammad SAW bersabda:

عَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِىَ اللهُ تَعَالَى عَنْهُمَا قَالَ : إِنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِنَّ اَحَبَّ الْاَعْمَالِ اِلَى اللهِ بَعْدَ الْفَرَائِضِ إِدْخَالُ السُّرُوْرِ عَلَى الْمُسْلِمِ

Artinya: “sesungguhnya amal yang paling disukai Allah SWT setelah melaksanakan berbagai hal yang wajib adalah menggembirakan muslim yang lain.”

2. Diampuni Dosanya

Sama halnya dengan keutamaan dzikir pagi dalam islam, keutamaan membuat orang lain bahagia dalam islam yang lain adalah mendapatkan pengampunan dosa dari Allah swt. Hal ini terdapat dalam kitab Al ‘Athiyyatul Haniyyah yang berbunyi:

رُوِيَ، مَنْ اَدْخَلَ عَلَى مُؤْمِنٍ سُرُوْرًا، خَلَقَ اللهُ مِنْ ذَلِكَ السُرُوْرِ سَبْعِيْنَ اَلْفَ مَلَكٍ، يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barang siapa yang membahagiakan orang mukmin lain, Allah Ta’ala menciptakan 70.000 malaikat yang ditugaskan memintakan ampunan baginya sampai hari kiamat sebab ia telah membahagiakan orang lain.”

3. Berumur Panjang

Orang yang senantiasa membuat orang di sekitarnya bahagia tentunya memiliki tali silaturahmi yang erat pada sesamanya. Menjaga tali silaturahmi termasuk hal terpuji yang sangat dimuliakan oleh Allah swt. Bahkan dalam hadis dijelaskan bahwa orang yang senantiasa menyambung tali silaturahmi akan dikaruniai baginya umur yang panjang. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Al-Imaam Al-Bukhaariy rahimahullah yang berkata :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَبِي يَعْقُوبَ الْكِرْمَانِيُّ، حَدَّثَنَا حَسَّانُ، حَدَّثَنَا يُونُسُ، قَالَ مُحَمَّدٌ هُوَ الزُّهْرِيُّ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ:  مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ، أَوْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ 

Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi Ya’quub Al-Kirmaaniy[1] : Telah menceritakan kepada kami Hassaan[2] : Telah menceritakan kepada kami Yuunus[3] : Telah berkata Muhammad – ia adalah Az-Zuhriy[4] – , dari Anas bin Maalik radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallambersabda : “Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan ditangguhkan kematiannya, hendaklah ia menyambung silaturahim” [Shahiih Al-Bukhaariy no. 2067].

Selain itu anda juga harus memahami hukum memutuskan tali silahturahmi menurut islam serta hukum menyakiti hati orang lain dalam islam.

4. Diberi Kemudahan Hidup

Keutamaan orang membuat orang lain bahagia dan mengangkat kesulitan orang lain akan diberi kemudahan hidup dan senantiasa mendapat pertolongan dari Allah swt. Hal itu disebutkan dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَاللَّهُ فِى عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِى عَوْنِ أَخِيهِ

Artinya : “Allah senantiasa menolong hamba selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699).”

5. Mendapatkan Kebahagiaan Dunia dan Akhirat

Jika anda membuat orang lain bahagia tentu saja hal itu akan memberikan efek positif pada diri anda sendiri, salah satunya adalah ketenangan hati. Hati yang tenang akan melahirkan perilaku-perilaku terpuji yang tentunya bisa menganugerahkan anda kebahagiaan tak hanya di dunia saja tapi juga di akhirat.

6. Mendapat Pahala

Orang yang membuat orang lain bahagia tentunya akan mendapat pahala dari Allah swt. karena telah melakukan perbuatan terpuji kepada sesama. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa membuat orang lain bahagia merupakan akhlak terpuji yang dicintai oleh Allah swt.

7. Diringankan Beban Pikirannya

Memberikan kebahagiaan kepada orang lain bisa meringankan beban yang ada di pikiran anda. Hal itu dikarenakan oleh energi positif yang lahir dari hati saat menyenangkan orang lan akan ikut mempengaruhi pikiran anda sehingga beban yang ada di dalam pikiran anda akan menjadi lebih ringan dari sebelumnya.

Itulah 7 keutamaan membuat orang lain bahagia dalam islam yang perlu anda ketahui. Semoga bermanfaat.

Rabu, 8 April 2020

SIFAT-SIFAT ORANG-ORANG KAFIR

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan makhluk dengan qudrah-Nya, kemudian dengan anugerah-Nya, Allah Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan dengan keadilan-Nya, Allah Azza wa Jalla menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya. Semua ini tertulis pada lauhul mahfûdz. Allâh berfirman :
هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُؤْمِنٌ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. dan Allâh Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” [at-Taghâbun/64 : 2]

Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan jalan orang-orang yang mendapatkan kebahagiaan serta orang-orang yang celaka. Allah Azza wa Jalla memuji para hamba yang bertakwa dan mencela orang-orang kafir. Allah Azza wa Jalla juga mengingatkan para hamba-Nya agar tidak latah meniru sifat-sifat orang kafir. Dalam al-Qur’ân banyak penjelasan tentang perbuatan dan keyakinan rusak orang-orang kafir serta perangai dan sifat-sifat mereka yang buruk. Diantaranya, mengingkari hari kebangkitan dan menganggapnya mustahil, tidak beriman kepada takdir, mengeluh dan berkeluh kesah ketika tertimpa musibah, tidak punya harapan kepada Allah Azza wa Jalla , dusta, sombong, berpaling dari ayat-ayat-Nya, hati mereka penuh hasad (rasa iri) terhadap kaum Mukminin yang telah mendapatkan nikmat iman dan mereka berharap nikmat iman itu sirna dari kaum Muslimin. Hasad inilah yang mendorong mereka berusaha menyesatkan orang beriman. Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَدُّوا لَوْ تَكْفُرُونَ كَمَا كَفَرُوا فَتَكُونُونَ سَوَاءً

Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka).[an-Nisâ/4:89]

Tak henti-hentinya, orang-orang kafir membuat makar dan menipu kaum Muslimin, berusaha mencelakakan dan merampas kenikmatan dari kaum Muslimin. Mereka berpura-pura amanah, berprilaku dan berperangai terpuji supaya bisa mengambil manfaat dibalik semua ini. Namun, Allah Azza wa Jalla membongkar kedok mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا بِطَانَةً مِنْ دُونِكُمْ لَا يَأْلُونَكُمْ خَبَالًا وَدُّوا مَا عَنِتُّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ الْآيَاتِ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang yang di luar kalanganmu menjadi teman kepercayaanmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi.” [Ali Imrân/3:118)]

Membungkus kedustaan dengan kejujuran, khianat dengan amanah, sering membela kebatilan dan menyembunyikan kebenaran. Meski tipu daya mereka terhadap kaum Muslimin sangat luar biasa, namun Allah Azza wa Jalla tidak akan tinggal diam. Allah Azza wa Jalla pasti akan menghancur leburkan tipu daya mereka serta akan merendahkan dan menghinakan mereka.

Allah melarang rasul-Nya mentaati orang-orang kafir. Allah Azza wa Jalla berfirman :


يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللَّهَ وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ

Hai Nabi, bertakwalah kepada Allâh dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. [al-Ahzâb/33:1]

Karena ilmu mereka hanya sebatas dunia. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rahimahullah mengatakan, “Seluruh amalan dan urusan orang kafir pasti ada cacatnya sehingga manfaatnya tidak pernah maksimal.” Orang-orang kafir tidak tahu menahu ilmu akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman :


يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” [ar-Rûm/30:7]

Mereka hidup penuh kebingungan dan kebimbangan. Tujuan yang selalu mereka kejar dalam hidup hanya sebatas bersenang-senang, makan dan minum, tanpa peduli halal dan haram.

Orang-orang kafir itu selalu menghalangi perbuatan baik, tidak bisa berterima kasih dan mengkonsumsi barang haram. Allâh berfirman :


يَعْرِفُونَ نِعْمَتَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا وَأَكْثَرُهُمُ الْكَافِرُونَ

Mereka mengetahui nikmat Allâh, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. [an-Nahl/16:83]

Mereka hidup dalam kegelapan, kesesatan serta hanya memperturutkan hawa nafsu. Anggota tubuh yang mestinya merupakan sarana menggapai hidayah sudah tidak berfungsi lagi. Hati mereka mati, telinga mereka tuli dan mata mereka buta, tidak mau mendengar dan melihat kebenaran. Setan menggiring mereka untuk selalu bermaksiat dan mencari kesenangan-kesenangan nafsu sesaat. Sehingga apa yang mereka lakukan seperti debu yang berterbangan. Amal kebaikan mereka tidak berguna. Di dunia mereka letih dan di akherat mereka akan merintih tersiksa. Allâh tidak mencintai mereka bahkan Allah Azza wa Jalla mengkhabarkan bahwa Dia musuh orang-orang kafir. Jika Allah Azza wa Jalla benci terhadap seorang hamba, Dia memanggil malaikat Jibril Alaihissallam, “Wahai Jibril sesunggunya Aku benci kepada Fulan, maka bencilah dia ! Dan Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru seluruh penduduk langit bahwa Allah Azza wa Jalla membenci Fulan, maka bencilah dia ! Maka penghuni langit pun membencinya. Kemudian ditetapkan baginya kebencian di muka bumi.” [HR. Bukhâri dan Muslim]

Jiwa orang kafir menjerit pedih akibat dosa-dosa yang telah ia perbuat dan karena jauh dari Allah Azza wa Jalla , dadanya terasa sesak serta tidak pernah merasakan manisnya iman. Laknat dan murka menimpa mereka. Mereka adalah makhluk Allâh yang paling buruk. Allah Azza wa Jalla berfirman :


إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ أُولَٰئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ

Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. [al-Bayyinah/98 : 6]

Kematian seorang kafir akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman bagi penduduk dunia. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ketika melihat rombongan membawa jenazah :


الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلَادُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

Hamba yang beriman akan istirahat dari keletihan dan derita dunia menuju rahmat Allah sementara hamba yang fâjir (bergelimang maksiat, jika dia mati-red) maka manusia, negeri, pepohonan dan binatang melata akan terbebas dari keburukannya [HR. Bukhâri]

Pada hari kiamat, orang-orang kafir akan dibangkit untuk dihisab dengan wajah hitam pekat, berdebu serta bermuka masam. Kedua mata mereka terbelalak karena terperangah kaget dan takut; leher mereka terikat dengan rantai sebagai balasan yang setimpal.

Inilah ini sebagian dari sifat-sifat buruk orang-orang kafir beserta balasan yang akan mereka terima. Keburukan yang bertumpuk-tumpuk tanpa henti, maka hendaklah kita berhati-hati dan tetap menjaga diri kita agar tidak terjerumus kedalam kekufuran. Kepedihan akibat dari sifat-sifat buruk mereka, hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar tidak mudah membeo prilaku mereka yang terkadang menipu dan tidak mudah mengamini ucapan-ucapan dan janji-janji manis mereka. Ingatlah sabda nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :


بَادِرُوْا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ, يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِيْ كَافِرًا, وَيُمْسِيْ مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا, يَبِيْعُ دِيْنَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا قَلِيْل

Bersegeralah melakukan amal shaleh sebelum datangnya fitnah seperti malam gelap gulita; pada pagi hari seseorang beriman dan sore harinya menjadi kafir, atau sore hari dia mu’min kemudian pada pagi harinya menjadi kafir. Dia menjual agamanya dengan sedikit dari dunia [HR Ahmad]

Dan hendaklah kita senantiasa waspada agar tidak terjebak arus mengikuti orang-orang kafir. Marilah kita senantiasa mengikuti jalannya orang-orang yang bertakwa. Shalat yang menjadi batas antara keimanan dengan kekufuran, batas antara keimanan dan kemunafikan, hendaklah senantiasa dijaga dan dilaksanakan dengan cara berjama’ah di masjid-masjid. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :


الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ

Pembatas antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkan shalat, berarti dia telah kafir

Setelah mengetahui berbagai sifat buruk dan belasan dari keburukan yang dilakukan orang-orang kafir, mestinya kita berusaha maksimal menghindari sikap membeo dan meniru-meniru mereka. Generasi shahabat, tabi’in dan tabi’in yang merupakan generasi awal umat ini sekaligus generasi terbaik, hendaklnya kita jadikan panutan. Karena keserupaan atau kesamaan fisik bisa menyebabkan kesamaan atau keserupaan bathin. Oleh karena itu hendaknya kita berusaha menyerupai dan meniru generasi awal umat ini. Semoga agama dan akhlaq kita sedikit demi sedikit bisa meniru akhlak dan agama mereka. Sebaliknya, janganlah kita latah meniru dan menyerupai penampilan orang-orang kafir. Karena penyerupaan bisa menyeret kita untuk berperilaku buruk sebagaimana mereka, minimalnya akan menimbulkan rasa suka dan loyal kepada mereka, padahal mestinya kita bara’ dari mereka dan perilaku buruk mereka. Sebagai insan yang beriman, kita wajib berusaha menyelisihi perilaku dan keyakinan orang kafir. Janganlah kita menjadikan mereka sebagai wali ! Bencilah mereka karena keyakinan mereka yang bathil ! Dan hendaknya kita bangga beragama Islam dan bersemangat untuk mendakwahi mereka kepada Islam.

Marilah kita tetap berusaha mengikhlaskan seluruh ibadah hanya untuk Allâh semata ! Perbanyaklah memuji Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan petunjuk kepada kita.

Akhirnya, kita memohon kepada Allah Azza wa Jalla , semoga Allah Azza wa Jalla senantiasa membimbing kita agar tetap istiqamah dalam melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

(Diterjemahkan secara bebas oleh M. Syahid.Ridlo dari al-Khuthabul Minbariyyah, hlm. 62-67 karya Syaikh Abdul Muhsin bin Muhammad al-Qâsim (Imam dan khatib Masjid Nabawi).