Rabu, 18 Disember 2019

HUKUM MENGOLOK-OLOK ULAMA DAN ORANG-ORANG SHALIH

Sebelum membahas hukumnya, terlebih dahulu kita harus mengetahui kedudukan para ulama dan orang-orang shalih di sisi Allah, serta kewajiban kita terhadap mereka. Para ulama memiliki kedudukan yang mulia dan agung di sisi Allah. Allah telah meninggikan derajat mereka dan mengistimewakan mereka dari yang lainnya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

 يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. [al-Mujadilah/58 : 11].

Dalam ayat lain Allah Azza wa Jalla mengatakan:

قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَيَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُوا اْلأَلْبَابِ

Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. [az- Zumar/39 : 9].

Banyak nash-nash yang menyebutkan keutamaan dan keistimewaan Ahli Ilmu. Konsekuensi dari nash-nash tersebut, adalah wajibnya menghormati dan menjunjung tinggi kehormatan para ulama. Karena mereka merupakan pewaris Nabi, penerus misi dakwah yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat Beliau Radhiyallahu ‘anhum.

Dalam sebuah atsar (riwayat) yang populer disebutkan, jadilah seorang alim, atau seorang penuntut ilmu, atau seorang penyimak ilmu yang baik, atau seorang yang mencintai Ahli Ilmu dan janganlah jadi yang kelima, niscaya kalian binasa.[1]

Salah seorang ulama Salaf mengatakan: “Maha suci Allah, Dia telah memberi jalan keluar bagi kaum muslimin. Yakni tidak akan keluar dari keempat golongan manusia yang dipuji tadi, melainkan golongan yang kelima, golongan yang binasa. Yaitu seorang yang bukan alim, bukan penuntut ilmu, bukan penyimak yang baik dan bukan pula orang yang mencintai Ahli Ilmu. Dialah orang yang binasa. Sebab, barangsiapa membenci Ahli Ilmu, berarti ia pasti mengharapkan kebinasaan mereka. Dan barangsiapa yang mengharapkan kebinasaan Ahli Ilmu, berarti ia menyukai padamnya cahaya Allah di atas muka bumi. Sehingga kemaksiatan dan kerusakan merajalela. Kalau sudah begitu keadaannya, dikhawatirkan tidak akan ada amal yang terangkat. Demikianlah yang dikatakan oleh Sufyan Ats Tsauri.”

Menghormati ulama termasuk pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Musa Al Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ

Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, yaitu memuliakan orang tua yang muslim, orang yang hafal Al Qur’an tanpa berlebih-lebihan atau berlonggar-longgar di dalamnya dan memuliakan penguasa yang adil.[2]

Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ مِنْ أُمَّتِي مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ

Bukan termasuk ummatku, siapa yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi orang yang lebih muda dan mengetahui hak-hak orang alim.[3]

Thawus rahimahullah mengatakan: “Termasuk Sunnah, yaitu menghormati orang alim.” [4]

Berdasarkan nash-nash di atas, jelaslah bahwa kewajiban setiap muslim terhadap para ulama dan orang-orang shalih adalah mencintai dan menyukai mereka, menghormati dan memuliakan mereka, tanpa berlebih-lebihan atau merendahkan sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Mengolok-olok ulama dan orang-orang shalih, mengejek atau melecehkan mereka, tentu saja bertentangan dengan perintah untuk mencintai dan memuliakan mereka. Melecehkan ulama dan orang shalih, sama artinya dengan menghina dan merendahkan mereka. [5]

Al Alusi mengatakan: “Istihza’, artinya merendahkan dan mengolok-olok. Al Ghazzali menyebutkan makna istihza’, yaitu merendahkan, menghinakan dan menyebutkan aib dan kekurangan, supaya orang lain mentertawainya; bisa jadi dengan perkataan, dan bisa dengan perbuatan dan isyarat.” [6]

Mengolok-olok dan memandang rendah Ahli Ilmu dan orang shalih, termasuk sifat orang kafir dan salah satu cabang kemunafikan. Sebagaimana disebutkan dalam banyak ayat, diantaranya yaitu:

زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاللهُ يَرْزُقُ مَن يَشَآءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia dari pada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendakiNya tanpa batas. [al-Baqarah/2 : 212]

Dalam ayat lain Allah Azza wa Jalla mengatakan:

وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُوْلَئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ . تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ . أَلَمْ تَكُنْ ءَايَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنتُم بِهَا تُكَذِّبُونَ . قَالُوا رَبَّنَا غَلَبَتْ عَلَيْنَا شِقْوَتُنَا وَكُنَّا قَوْمًا ضَآلِّينَ . رَبَّنَآ أَخْرِجْنَا مِنْهَا فَإِنْ عُدْنَا فَإِنَّا ظَالِمُونَ . قَالَ اخْسَئُوا فِيهَا وَلاَتُكَلِّمُونِ . إِنَّهُ كَانَ فَرِيقٌ مِّنْ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ . فَاتَّخَذْتُمُوهُمْ سِخْرِيًّا حَتَّى أَنسَوْكُمْ ذِكْرِي وَكُنتُم مِّنْهُمْ تَضْحَكُونَ . إِنِّي جَزَيْتُهُمُ الْيَوْمَ بِمَاصَبَرُوا أَنَّهُمْ هُمُ الْفَآئِزُونَ

Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam naar Jahannam. Muka mereka dibakar api naar, dan mereka di dalam naar itu dalam keadaan cacat. Bukankah ayat-ayatKu telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya? Mereka berkata: “Ya Rabb kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah kami orang-orang yang tersesat. Ya Rabb kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim”. Allah berfirman: “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara dengan Aku. Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hambaKu berdo’a (di dunia): “Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu mentertawakan mereka, Sesungguhnya Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka; sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang. [al-Mu’minun/23 : 103-111].

Berkaitan dengan tafsir ayat ini, Ibnu Katsir menyatakan: Kemudian Allah menyebutkan dosa mereka di dunia, yaitu mereka dahulu mengolok-olok hamba-hamba Allah yang beriman dan para waliNya. Allah mengatakan: “Sesungguhnya ada segolongan dari hamba-hambaKu berdo’a (di dunia): Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan,” yakni kalian malah mengolok-olok dan mengejek do’a dan permohonan mereka kepadaKu. Sampai pada firman Allah “sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka, menjadikan kamu lupa mengingat Aku,” yakni kebencian kalian kepada mereka membuat kalian lupa kepadaKu. Firman Allah: “kamu selalu mentertawakan mereka,” yakni mentertawakan perbuatan dan amal ibadah mereka. [7]

Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الَّذِينَ أَجْرَمُوا كَانُوا مِنَ الَّذِينَ ءَامَنُوا يَضْحَكُونَ . وَإِذَا مَرُّوا بِهِمْ يَتَغَامَزُونَ . وَإِذَا انْقَلَبُوا إِلىَ أَهْلِهِمُ انقَلَبُوا فَاكِهِينَ . وَإِذَا رَأَوْهُمْ قَالُوا إِنَّ هَآؤُلآَءِ لَضّآلُّونَ . وَمَآأُرْسِلُوا عَلَيْهِمْ حَافِظِينَ

Sesungguhnya orang-orang yang berdosa, adalah mereka yang dahulunya (di dunia) mentertawakan orang-orang yang beriman. Dan apabila orang-orang beriman lalu di hadapan mereka, mereka saling mengedip-ngedipkan matanya. Dan apabila orang-orang berdosa itu kembali kepada kaumnya, mereka kembali dengan gembira. Dan apabila mereka melihat orang-orang mu’min, mereka mengatakan: “Sesungguhnya mereka itu benar-benar orang-orang yang sesat”, padahal orang-orang yang berdosa itu tidak dikirim untuk penjaga bagi orang-orang mu’min. [al-Muthaffifin/83 : 29-33].

Ayat ini merupakan dalil, bahwa mengolok-olok itu ada kalanya dengan isyarat. Dalam ayat ini Allah menggambarkan, bagaimana bentuk olok-olokan orang-orang kafir terhadap orang-orang mukmin, yaitu mereka saling mengedip-ngedipkan mata, dengan tujuan mengejek.

Dalam ayat lain, Allah Azza wa Jalla menjelaskan tentang kebiasaan orang-orang munafik:

وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْإِلىَ شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُونَ . اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syetan-syetan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”. Allah akan (membalas) olokan-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. [al-Baqaarah/2 : 14-15].

Dalam ayat lain, Allah Azza wa Jalla menjelaskan pula:

الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَيَجِدُونَ إِلاَّ جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

(orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mu’min yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka adzab yang pedih. [At Taubah:79].

Musuh-musuh Islam, diantaranya orang-orang Yahudi dan Nasrani serta orang-orang munafik yang mengikuti mereka, senantiasa berusaha menjelek-jelekkan citra ulama Islam, berusaha meruntuhkan kepercayaan umat kepada para ulama dengan sindiran-sindiran dan komentar-komentar negatif tentang ulama. Hal ini perlu diwaspadai oleh kaum muslimin. Mereka jangan sampai ikut-ikutan menjelek-jelekkan alim ulama.

Dalam Protokalat Yahudi, pada protokolar nomor 27 disebutkan sebagai berikut: Kami telah berusaha sekuat tenaga untuk menjatuhkan martabat tokoh-tokoh agama dari kalangan orang-orang non Yahudi dalam pandangan manusia. Oleh karena itu, kami berhasil merusak agama mereka yang bisa menjadi ganjalan bagi perjalanan kami. Sesungguhnya pengaruh tokoh-tokoh agama terhadap manusia mulai melemah hari demi hari.[8]

Jadi jelaslah, setiap tindakan yang bertujuan mendiskreditkan para ulama dan tokoh agama termasuk tindakan makar terhadap agama ini. Pelakunya harus dihukum dan ditindak tegas. Pelecehan terhadap para ulama dan orang shalih ada dua:

Pertama : Pelecehan terhadap pribadi ulama.

Contohnya, misalnya orang yang mengejek sifat-sifat tertentu yang dimiliki oleh ulama tersebut. Demikian ini hukumnya haram, karena Allah Azza wa Jalla telah berfirman:

يَاأّيُّهَا الّذِينَ ءَامَنُوا لاَيَسْخَرْ قَوْمُُ مِّن قَوْمٍ عَسَى أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلاَنِسَآءُُ مِّن نِّسَآءٍ عَسَى أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلاَتَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلاَتَنَابَزُوا بِاْلأَلْقَابِ بِئْسَ اْلإِسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ اْلإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُوْلاَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. [al-Hujurat/49 : 11].

Berkenaan dengan ayat ini, Ibnu Katsir menyatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang mengolok-olok orang lain. Yaitu merendahkan dan menghinakan mereka. Sebagaimana disebutkan sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Beliau bersabda: Sombong itu adalah menolak kebenaran dan menghinakan orang lain.” [9]

Kedua : Mengolok-olok ulama karena kedudukan mereka sebagai ulama, karena ilmu syar’i yang mereka miliki.

Demikian ini termasuk perbuatan zindiq, karena termasuk melecehkan agama Allah. Demikian pula mengolok-olok orang shalih, orang yang menjalankan Sunnah Nabi. Allah telah menggolongkan pelecehan terhadap orang-orang yang beriman sebagai pelecehan terhadapNya. Dalam surat At Taubah, Allah berfirman:

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” [at-Taubah/9 : 65].

Ayat ini turun berkenaan dengan perkataan orang-orang munafik terhadap para qari’ “Belum pernah kami melihat orang seperti para qari’ kita ini, mereka hanyalah orang-orang yang paling rakus makannya, paling dusta perkataannya dan paling penakut di medan perang.” Maka Allah menurunkan ayat tersebut.

Syaikh Abdurrahman bin Hasan bin Muhammad bin Abdil Wahhab mengatakan: “Ayat ini berisi penjelasan, bahwa seseorang bisa jatuh ke kufur karena perkataan yang diucapkannya, atau karena perbuatan yang dilakukannya.”

Kemudian beliau melanjutkan: “Termasuk dalam bab ini, yaitu mengolok-olok ilmu syar’i dan Ahli Ilmu, dan tidak menghormati mereka karena ilmu yang mereka miliki.” [10]

Dalam Fatwa Lajnah Daimah disebutkan: “Mencela Islam, mengolok-olok Al Qur’an dan As Sunnah, serta mengolok-olok orang-orang yang berpegang teguh dengannya karena ajaran agama yang mereka amalkan, seperti memelihara jenggot dan berhijab bagi wanita muslimah, maka perbuatan seperti itu termasuk kufur, bila dilakukan oleh seorang mukallaf ((orang baligh yang berakal sehat) dan harus dijelaskan kepadanya, bahwa perbuatan itu kufur. Jika ia tetap melakukannya setelah mengetahuinya, maka ia bisa jatuh kafir, karena Allah Azza wa Jalla mengatakan:

قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ

Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. [at-Taubah/9 : 65].

Ibnu Nujaim menyatakan,”Mengolok-olok ilmu dan ulama adalah kufur.” [11]

Mala Ali Al Qari, ketika menjelaskan tentang orang yang melecehkan ulama dengan sindiran “Betapa buruk penampilannya, memotong kumis dan melipat sorban di bawah dagu” (maka) beliau mengatakan,”Perkataan itu termasuk kufur, karena isinya melecehkan ulama. Yang sama artinya melecehkan para nabi. Karena para ulama adalah pewaris para Nabi. Memotong kumis adalah salah satu Sunnah para nabi. Menganggapnya buruk adalah kufur, tanpa ada perselisihan pendapat diantara ulama.”

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin ditanya tentang perbuatan sebagian orang yang mengolok-olok orang-orang yang melaksanakan ajaran agama dan mengejek mereka, apakah hukumnya? Beliau menjawab: “Orang-orang yang mengolok-olok para multazimin (orang yang melaksanakan ajaran agama) yang melaksanakan perintah Allah pada mereka terdapat benih kemunafikan. Karena Allah Azza wa Jalla telah menyebutkan sifat orang-orang munafik:

الَّذِينَ يَلْمِزُونَ الْمُطَّوِّعِينَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فِي الصَّدَقَاتِ وَالَّذِينَ لاَيَجِدُونَ إِلاَّ جُهْدَهُمْ فَيَسْخَرُونَ مِنْهُمْ سَخِرَ اللهُ مِنْهُمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

(orang-orang munafik) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mu’min yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka adzab yang pedih. [at-Taubah/9 : 79].

Kemudian, apabila mereka mengolok-olok karena ajaran syari’at yang mereka amalkan, yang demikian itu termasuk juga mengolok-olok syari’at. Dan mengolok-olok syari’at termasuk kufur. Adapun bila olok-olokan itu tertuju kepada pribadi orang itu atau penampilannya, bukan tertuju kepada Sunnah yang diamalkannya, maka tidaklah kafir karenanya. Karena adakalanya ejekan tersebut tertuju kepada pribadi seseorang, bukan kepada amal atau perbuatan yang dilakukannya. Perbuatan semacam itu sangatlah berbahaya.” [13]

Demikian pula ulama Salaf terdahulu, bersikap keras terhadap orang-orang yang melecehkan ulama dan Ahli Hadits.

Abu Utsman Ash Shabuni dalam I’tiqad Ashabul Hadits, nomor 164, Al Khathib Al Baghdaadi dalam Syaraf Ashabul Hadits (halaman 74) menyebutkan, bahwa Ahmad bin Al Hasan berkata kepada Imam Ahmad: “Wahai, Abu Abdillah. Orang-orang menceritakan tentang Ibnu Abi Qutailah di Makkah yang mengejek Ashabul Hadits. Ia mengatakan bahwa Ashabul Hadits itu adalah orang-orang yang buruk.” Maka Imam Ahmad bangkit seraya menepis bajunya dan berkata: “Dia itu zindiq, dia itu zindiq!” hingga beliau masuk ke dalam rumah.

Dalam kitab Al Kifayah, halaman 48, Al Khathib Al Baghdadi menyebutkan, bahwa Abu Zur’ah Ar Razi mengatakan: “Jika engkau melihat seseorang melecehkan salah seorang dari sahabat Nabi, maka ketahuilah bahwa dia itu zindiq. Karena kita tahu, bahwa Rasul itu haq, Al Qur’an itu haq, dan sesungguhnya yang menyampaikan Al Qur’an dan As Sunnah kepada kita adalah para sahabat Rasulullah, sesungguhnya mereka ingin memburuk-burukkan para saksi kita untuk menolak Al Qur’an dan As Sunnah, padahal merekalah yang pantas untuk diburukkan, karena mereka adalah zindiq.”

Demikian pula Adz Dzahabi menyebutkan dalam Siyar A’lamun Nubala’, bahwa Imam Ahmad berkata: “Jika engkau melihat seseorang memburuk-burukkan Hammad bin Salamah, maka curigailah dia mempunyai maksud buruk terhadap Islam, karena Hammad sangat tegas terhadap Ahli Bid’ah.”

Memang ahli bid’ah terkenal suka mengejek dan melecehkan Ahlu Sunnah, sebagaimana yang dilakukan oleh seorang tokoh Mu’tazilah. Yaitu Amru bin Ubaid, yang memuji perkataan Washil bin Atha’.

Pada suatu ketika Washil bin Atha’ berbicara lalu berkatalah Amru bin Ubeid: “Tidakkah kalian dengar perkataannya? Sungguh ucapan Hasan Al-Bashri dan Ibnu Sirin tidak lebih seperti sehelai kapas pembersih haidh yang dilemparkan.”

Demikian pula seorang pembesar ahli bid’ah mengatakan: “Sesungguhnya ilmu Asy Syafi’i dan Abu Hanifah, keseluruhannya tidaklah keluar dari celana dalam wanita.” [14]

Perbuatan semacam itu termasuk perbuatan zindiq dan nifaq wal iyadzu billah. Dari keterangan di atas, kita dapat menyimpulkan, bahwa melecehkan ulama termasuk dosa besar. Para ulama menggolongkannya sebagai perbuatan kufur dan nifak. Semoga Allah menjauhkan kita darinya.

Oleh

Ustadz Abu Ihsan Al Atsary

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun VIII/1425H/2004M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]

Isnin, 16 September 2019

MENGAPA SAAT BACA AL QUR'AN DISARANKAN UNTUK BERSUARA?

Oleh: Prof Dr Delfitri Munir

Mau Sihat?
Baca terus Al Quran,
Sel Kanser pun Bunuh Diri
Pengaruh Tilawah terhadap kesihatan tubuh

Masya Allah,

Bukti-bukti ilmiah Al Qur'an sudah nampak di akhir zaman ini, kemukzijatan Al Qur'an sudah di ketahui dunia saat ini dan membuat mereka para saintific terpesona atas keilmiahan dan kemukjizatan Al Qur'an tersebut.

Prof. Dr. Suzane Moore PhD telah merilis dalam journalnya, ia berkata : ini sebuah kitab yg menakjubkan kerana terbukti kemukjizatannya, ia telah memperlihatkan bagaimana Al Qur'an merupakan sejenis ubat penyakit manusia.

Suara yang keluar dari tilawah seseorang akan melayang ke udara dan kemudian masuk melewati telinga dan seterusnya di serap oleh tubuh, kemudian ia masuk ke sel-sel yang ada dalam tubuh kita.
Suara yg terdengar dgn irama dan frekuensi tertentu mengandungi informasi spesifik sehingga dapat memberi rangsangan kepada sel-sel dalam tubuh kita.

Al Qur'an yg tersusun secara sistematik dengan irama yang indah kerana bacaan yang tartil dan pengulangan kata-katanya sungguh menakjubkan kerana ia membuat sel-sel dalam tubuh kita bisa melawan penyakit-penyakit yg berbahaya dengan bahasa yang menyentuh, ternyata mengandungi informasi spesifik pada setiap ayat-ayatnya.

Dengan informasi yang spesifik ini boleh membuat sel-sel yang sakit menjadi sembuh.

Hasil penelitian terkini seperti yang diungkapkan Prof. Dr. Abraham Nicole PhD, bahwa sel-sel darah merah yang telah dibacakan ayat-ayat Al Qur'an dengan bacaan tartil artinya bacaan yg indah dengan memakai kaedah Tahsin Tajwid, ia memperlihatkan respon tertentu. Sehingga sel-sel kanser pun bunuh diri. Bahkan virus auto imun pun lenyap. Terbukti dari hasil penelitian Prof. Dr. Victor Iron PhD USA.

Penelitian lainnya membuktikan bahwa sel-sel kanser ganas menjadi normal kembali dengan bacaan ayat-ayat Al Qur'an.

Di samping itu penelitian memperlihatkan bahwa media yang paling baik untuk informasi Al Qur'an adalah Air putih, Madu, Minyak Zaitun, Air Zam-Zam dan makanan alami yang sangat banyak ragamnya di dunia ini, ia boleh menjadi media informasi gelombang energi dari sebuah bacaan Al Qur'an.

Inilah Manfaat Membaca Al-Qur'an bagi Kesihatan

Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh Dr. Al-Qodhi di Klinik Besar Florida, Amerika Syarikat, berjaya membuktikan hanya dengan mendengarkan ayat suci Al-Qur'an, baik mereka yg mengerti bahasa Arab atau tidak, ternyata memberikan perubahan fisiologis yang sangat besar.

Termasuk salah satunya dapat menangkal berbagai macam jenis penyakit.

Hal tsb dikuatkan lagi oleh Penemuan Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston.

Mengapa di dalam Islam, ketika kita mengaji disarankan untuk bersuara?

Minimal untuk diri sendiri alias terdengar oleh telinga kita.

Berikut penjelasanya :

Setiap sel di dalam tubuh kita bergetar di dalam sebuah sistem yang saksama, dan perubahan sekecil apapun dalam getaran ini akan menimbulkan potensi penyakit di berbagai bahagian tubuh...

Nah...
Sel-sel yang rosak ini harus digetarkan kembali untuk mengembalikan keseimbangannya.

Hal tersebut ertinya harus dengan suara.
Maka munculah TERAPI SUARA yang ditemukan oleh Dr. Alfred Tomatis, seorang doktor di Perancis.

Sementara Dr. Al-Qodhi menemukan, bahwa
MEMBACA AL-QUR'AN DENGAN BERSUARA,

Memberikan pengaruh yang luar biasa terhadap sel-sel otak untuk mengembalikan keseimbangannya.

Penelitian berikutnya membuktikan Sel Kanser dapat hancur dengan menggunakan FREKUENSI SUARA saja.

Dan kembali terbukti bahwa, Membaca Al-Qur'an sangat berkesan dalam proses penyembuhan penyakit sekali pun kanser.

Virus dan kuman berhenti bergetar saat dibacakan ayat suci Al-Qur'an, dan di saat yang sama , sel-sel sihat akan menjadi aktif.

Mengembalikan keseimbangan program yang terganggu tadi.

Silakan dilihat QS. Al-Isro' ayat 82

Dan yang lebih menguatkan supaya diri ini semakin rajin dan giat membaca Al-Qur'an adalah kerana menurut survey :

SUARA YANG PALING MEMILIKI PENGARUH KUAT TERHADAP SEL-SEL TUBUH, ADALAH SUARA SI PEMILIK TUBUH ITU SENDIRI.

Lihat QS. 7 ayat 55 (Surah Al-A'Raf) dan QS. 17 ayat 9 (Surah Al-Isra').

Mengapa Solat berjama'ah lebih di anjurkan?.

Kerana ada do'a yg dilantunkan dengan keras, sehingga terdengar oleh telinga dan ini boleh mengembalikan sistem yang seharian rosak.

Mengapa dalam Islam mendengarkan lagu hingar bingar tidak dianjurkan?

Kerana survey membuktikan, bahwa getaran suara hingar bingar MEMBUAT TUBUH TIDAK SEIMBANG.

Maka kesimpulannya adalah :

1. Bacalah Al-Qur'an di pagi hari dan malam hari sebelum tidur untuk mengembalikan sistem tubuh kembali normal.

2. Kurangi mendengarkan musik hingar bingar, ganti saja dengan murotal yang jelas-jelas memberikan efek menyembuhkan.

Siapa tahu kita punya potensi terkena kanser, tapi kerana rajin mendengarkan murotal, penyakit tersebut bisa hancur sebelum terdeteksi.

3. Perbaiki baca Al-Qur'an (baca dengan tartil, penuhi Hukum Tajwid), kerana efek suara kita sendirilah yang paling dasyat dalam penyembuhan.

Dengan hanya tilawah yg baik dan Tartil Tajwid Tahsin maka kesihatan akan terjaga.

In Syaa Allah.
Aamiin ya Rabbal 'Alamiin

Rabu, 11 September 2019

Apakah DAP Mempermainkan Rasulullah?

1. Begitu bersungguh DAP menolak Kempen Mengutamakan Produk Muslim sehinggakan Ketua Pemuda DAP menyeru kaum Muslim supaya meneladani Rasulullah. Tindakan ini benar-benar memperlihatkan wajah DAP sebagai penunggang agama sebenar.

2. Ketika Rasulullah dihina, sebahagian mereka beriya mempertahankan pesalah yang menghina Nabi umat Islam. Sehingga Lim Kit Siang mengeluarkan kenyataan bahawa hukuman terhadap penghina Nabi tersebut adalah terlalu berat.

3. Rasulullah adalah peribadi yang cintakan perpaduan Muslim. Namun perpaduan Muslim ini dibenci DAP. YB Nga Kor Ming pernah menyifatkan kerjasama kesatuan umat Islam sebagai tindakan menuju ke arah kerajaan Taliban.

4. Rasulullah adalah pemimpin yang menyekat ruang dan pintu maksiat. Namun perkara ini tidak digemari oleh DAP. YB Nga Kor Ming menyifatkan dasar penutupan wayang di Kelantan yang dimulakan oleh TG Nik Abdul Aziz bagi mengawal maksiat sebagai langkah mundur malah menyifatkan sebagai Taliban.

5. Rasulullah adalah pejuang yang membersihkan ummah dari penyelewengan akidah. Anehnya DAP membantu pula kumpulan yang menyesatkan umat Islam. YB Hannah Yeoh direkodkan pernah menyumbangkan peruntukan wang kepada Sisters in Islam, gerakan Liberal yang telah difatwakan sesat oleh Fatwa Selangor. 

6. Bahkan perkahwinan Rasulullah dengan Aisyah pernah dijadikan perlian oleh YB DAP. YB Batu Kawan dalam satu coretan di dalam Facebook memerli Kelantan dengan menyatakan seolah hiburan bagi orang Kelantan adalah kanak-kanak wanita. Ini seakan memerli isu perkahwinan kanak-kanak yang berlaku di Kelantan dan ia seakan secara tidak langsung terkait dengan peribadi Baginda Nabi.

6. Kalau benar DAP mengajak Muslim meneladani Rasulullah, mengapa mereka membenci perpaduan Muslim yang diperjuangkan Rasulullah? Mengapa DAP mempertahankan orang yang menghina Rasulullah? Mengapa DAP membantu golongan yang menyesatkan umat Islam? Adakah mereka mempermainkan Rasulullah dan ajaran Islam?

Semoga Allah membimbing kita

Dr. Ahmad Sanusi Azmi

Khamis, 29 Ogos 2019

MENGAPA DR. ZAKIR NAIK MAHU DIHALAU?

Minda Presiden PAS

Soalan “Mengapa Dr. Zakir Naik mahu dihalau?” ditujukan kepada kalangan yang masih berputar belit kenyataannya walaupun sudah ada kenyataan rasmi, tetapi masih ada lidah yang membuat kenyataan berbelit. Ia menandakan hatinya lebih menyimpan rasa mahu tetap bermusuh tanpa mengenang budi dan bersyukur kepada jasa orang kepadanya. Kita diajar bahawa orang yang tidak bersyukur kepada manusia adalah tidak bersyukur kepada Tuhannya.

Kepada mereka dan penyokongnya, Allah telah berfirman bagi menyatakan penyelesaian Islam:

﴿وَإِنْ أَحَدٌ مِنَ الْمُشْرِكِينَ اسْتَجَارَكَ فَأَجِرْهُ حَتَّى يَسْمَعَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ أَبْلِغْهُ مَأْمَنَهُ  ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْلَمُونَ٦﴾ [التوبة: 6]

“Dan jika seseorang dari kaum musyrik (bukan Islam) meminta perlindungan kepadamu, maka berilah perlindungan kepadanya sehingga ia sempat mendengar Kalam Allah (tentang hakikat Islam itu), kemudian hantarlah dia ke mana-mana tempat yang ia beroleh keamanan. Perintah tersebut ialah kerana mereka itu kaum yang tidak mengetahui (hakikat Islam).” (Surah At-Taubah: 6)

Inilah petunjuk Al-Quran kepada umat Islam yang dijadikan konsep umum supaya melindungi manusia yang dizalimi, walaupun seorang bukan Islam atau seberapa banyak jumlahnya seperti pelarian dan pendatang yang meminta perlindungan di atas sifat kemanusiaan dan konsep kebebasan beragama supaya mereka mengetahui tentang hakikat Islam dan penganutnya yang sebenar.

Alhamdulillah sejahil-jahil orang Melayu yang beragama Islam ini, boleh menerima berbagai bangsa bukan Islam yang sengaja dibawa oleh penjajah dahulu dan menerima mangsa Perang Vietnam suatu ketika dahulu di Pulau Bidong, walaupun mereka bukan Islam, bukan saudara seagama dan sebangsa, tetapi saudara satu kemanusiaan.

Maka Islam mendahului Perkara 14 Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat menyatakan bahawa “Semua orang mempunyai hak untuk mendapatkan dan menikmati perlindungan politik dalam negara lain daripada sebarang aniaya”, konvensyen yang berhubungan dengan Status Pelarian 1951 dan Protokol yang berhubungan dengan Status Pelarian 1967 Pertubuhan Bangsa-Bangsa Bersatu yang memberikan panduan terhadap undang-undang negara mengenai suaka politik.

Islam meneruskan konsep negara bertamadun yang adil di zaman awal dan mewarisi ajaran para Rasul di zaman masing-masing, seperti Kerajaan Nabi Sulaiman A.S. dan Raja Zulqarnain yang dipuji oleh Allah di dalam Al-Quran dan adanya kerajaan di zaman dahulu yang adil diambil teladannya.

Saksikan betapa amalan ‘double standard’ ditunjukkan di hadapan mata, betapa tiada harga dirinya tanpa bersyukur kepada sesama manusia dengan model yang nyata, apabila Dr. Zakir Naik kepada kami bukan hanya suaka politik, tetapi saudara seagama yang tiada sempadan bangsa dan negara lain, apatah lagi beliau seorang ilmuwan dan pendakwah mengikut penilaian kalangan agamawan, bukannya kalangan sasterawan dan politikus yang hanya pandai berbahasa dan menyusun kata.

Kalau orang bukan Islam sekalipun wajib kami lindungi daripada diperlakukan di negara mereka sewenang-wenangnya, apatah lagi saudara seagama kami. Inilah sebahagian daripada konsep Rahmatan Lil ‘Alamin yang nyata daripada Islam.

Apa yang menakjubkan ada yang berfikir bahawa Dr. Zakir Naik tidak boleh dilindungi, tetapi boleh pula melindungi Harimau Pembebasan Tamil Eelam (Liberation Tigers of Tamil Eelam, LTTE) yang nyata berperang dan mengganas di Sri Langka? Sila rujuk berita terdahulu dengan insaf.

Lebih menakjubkan lagi ada pula kalangan Melayu Islam tidak membenarkan Dr. Zakir Naik dilindungi atau Melayu yang berpenyakit was-was teragak-agak untuk membelanya atau tidak dengan kata yang berseni silat. Ini spesis baru dalam masyarakat kita yang berlegar-legar dalam gelanggang politik Malaysia kini.

Saya membaca dalam Kitab Pengembaraan Ibnu Batutah yang mencatatkan kedatangannya ke Nusantara ini bahawa ucapan Kalimah Syahadah sudah cukup berkat untuk menjadi rakyat secara automatik di zaman itu yang tanpa pasport dan visa, sehingga boleh memegang jawatan dalam kerajaan kerana keilmuannya. Masyarakat Melayu berbagai agama ketika itu pula tidak dipaksa menganut Islam, tetapi mereka memilih Islam secara rela hati yang ikhlas dan tidak munafik.

Islam mengharamkan sikap melampau terhadap penganut bukan Islam khususnya para paderi dan sami yang tidak terlibat dengan peperangan dan permusuhan terhadap Islam dan umatnya.

Firman Allah:

﴿ وَلَوْلَا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَوَاتٌ وَمَسَاجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيرًا  ﴾ [الحج: 40]

“Kalaulah Allah tidak mendorong setengah manusia menentang pencerobohan setengahnya yang lain, nescaya runtuhlah tempat-tempat ibadat serta gereja-gereja (kaum Nasrani), dan tempat-tempat sembahyang (kaum Yahudi), dan juga masjid-masjid (orang Islam) yang sentiasa disebut nama Allah banyak-banyak padanya).” (Surah Al-Hajj: 40)

Sehingga kini masih ada saki baki penganut bukan Islam di seluruh negara majoriti Islam dan rumah ibadat mereka masih bertaburan untuk penganutnya. Bandingkan penganut Islam di negara majoriti bukan Islam yang dilayan secara tidak berperikemanusiaan terhadap umat Islam.

Islam memerintah penganutnya supaya mengadakan hubungan baik terhadap bukan Islam dengan melaksanakan perintah Al-Quran bukan kenyataan media.

Firman Allah:

﴿لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ  إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ٨﴾ [الممتحنة: 8]

“Allah tidak melarang kamu daripada berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tidak memerangi kamu kerana agama (kamu), dan tidak mengeluarkan kamu daripada kampung halaman kamu; Sesungguhnya Allah mengasihi orang-orang yang berlaku adil).” (Surah Al-Mumtahanah: 8)

Ayat ini menegaskan bahawa Islam melaksanakan konsep persaudaraan kemanusiaan yang berbeza agama yang tidak melampau, walaupun adanya penganut agama lain yang bersikap melampau terhadap bukan penganutnya. Malangnya Islam pula difobiakan, lebih malang lagi ada penganut Islam juga terjerat pemikirannya dengan menyerah kalah kepada kenyataan yang salah.

Ternyata isu Dr. Zakir Naik ini laksana batu besar yang dihempas ke dalam lubuk yang tenang airnya dalam kehidupan bermasyarakat majmuk yang dominasi umat Islam di negara kita. Apabila perkara tersebut dicetuskan, tiba-tiba timbullah ikan kecil, ikan besar yang boleh dimakan, ular yang licin berbelit, buaya ganas dan tongkol kayu yang sesuai dijadikan sampah sarap sahaja.

Soalannya, apakah perbezaan di antara Dr. Zakir Naik dengan kumpulan Tamil Eelam?

Sangat nyata lagi bersuluh, Dr. Zakir Naik tidaklah menimbulkan isu sehangat Tamil Eelam, tetapi kerana marahkan hujah dan pendekatan beliau yang tidak mampu dijawab dengan hujah oleh pihak lain, maka dilakukan tindakan sembarangan. Berbeza dengan orang Melayu Islam yang tidak sebising mereka dalam isu Tamil Eelam dahulu.

Bagaimana pula kalau hujah mereka sekadar melepaskan geram dengan memasang bendera Jalur Gemilang terbalik, meletakkan bulan sabit, bintang dan warnanya ke bawah, walaupun ramai yang tidak peka betapa anak bulan yang melambangkan agama Islam sebagai agama rasmi bagi Persekutuan seperti yang telah tertakluk di bawah Perlembagaan Malaysia. Bintang pecah 14 itu melambangkan perpaduan 13 buah negeri dan Kerajaan Persekutuan. Warna kuning pada anak bulan dan bintang melambangkan warna Diraja bagi Duli-Duli Yang Maha Mulia Raja-raja.

Jangan membaling batu menyembunyikan tangan, dalam keadaan badannya yang besar itu nyata dilihat.

Adakah mereka yang sama melakukan perkara tersebut atau tidak, adalah menandakan sikap yang tidak setia kepada negara dan tidak menghormati masyarakat majmuk dan apakah lagi tindakan mereka di sebaliknya yang tidak didedahkan.

Mudah-mudahan peristiwa yang menggempar dan menggempurkan perasaan ini dapat membersihkan masyarakat majmuk dan negara yang aman supaya menjadi lebih aman dan sejahtera bersama Islam serta menyedarkan semua pihak supaya berlaku bijak dan adil. Percayalah tanpa ragu dan bimbang bahawa Islam mengikut hakikatnya yang sebenar telah berjaya menangani masyarakat majmuk dengan aman sejahtera kerana rahmatnya bagi seluruh alam dan adil untuk semua.

“Islam Memimpin Perpaduan”

ABDUL HADI AWANG

Presiden PAS
Bertarikh: 27 Zulhijah 1440 / 28 Ogos 2019

Sabtu, 3 Ogos 2019

Menjadi hamba Allah yang bertanggungjawab

ISLAM adalah satu agama yang komprehensif dan moderate. Islam menggalakkan umatnya bekerja untuk kehidupan di dunia dan di akhirat. Setiap individu Islam mempunyai peranan dan tanggungjawab tertentu tanpa mengira jawatan dan latar belakang. Antara tanggungjawab yang perlu dilaksanakan oleh umat Islam adalah:

Pertama, tanggung jawab terhadap Allah.

Setiap individu Islam wajib mematuhi dan melaksanakan hukum-hakam dan perundangan Allah dalam setiap aspek kehidup­an. Manusia sebagai hamba Allah oleh itu hanya Allah sahaja yang layak disembah selaku Pencipta makhluk dan alam semesta. Sebagai hamba Allah manusia wajib mematuhi segala perintah-Nya secara ikhlas. Firman-Nya dalam Surah 98 (al-Bayyinah) ayat 5 bermaksud: “Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyem­bah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”

Menunjukkan sikap tanggungjawab kepada Allah satu amalan yang paling menguntungkan manusia. Allah tidak memerlukan sebarang jasa perkhidmat­an manusia untuk-Nya. Perkara ini dijelaskan oleh Imam Ja’far Shadiq seperti berikut; “Sesungguhnya Allah SWT tidak menciptakan hamba-Nya dengan sia-sia, dan tidak membiarkannya tanpa guna, melainkan Dia menciptakan mereka untuk menampakkan kekuasaan-Nya, dan untuk membebani mereka dengan kewajipan ketaatan kepada-Nya, supaya dengan itu mereka layak mendapat keredaan-Nya. Allah Swt tidak menciptakan hamba-Nya dengan tujuan mendapat manfaat daripada mereka atau untuk menolak bahaya dengan perantaraan mereka, melainkan Dia menciptakan mereka dengan tujuan supaya mereka mendapat manfaat dan menyampaikan mereka kepada kenikmatan abadi.”

Kedua, tanggungjawab terhadap diri sendiri.

Setiap individu wajib memenuhi kewajipannya sendiri bagi membentuk keperibadian Islam yang sejati. Iman yang dimiliki bersifat naik turun atau dalam istilah Islam disebut sebagai yazidu wa yanqushu (kadang-kadang bertambah atau kuat dan kadang-kadang kurang atau lemah).

Kecuaian dalam mengimbangi keimanan kadang-kadang boleh menyebabkan umat Islam lalai dan leka dalam kehidupan mereka sehingga sanggup melakukan sesuatu yang merugikan kehidup­an mereka di dunia dan di akhirat.

Allah menyeru umat Islam supaya merenung dan meneliti setiap pergerakan kehidupan di dunia ini bertepatan dengan konsep dan prinsip ajaran Islam. Kejahilan dalam aspek ini boleh menyebabkan umat Islam berte­rusan melakukan kesalahan dan dosa yang perlu dipertanggungjawabkan di depan Allah di hari akhirat.

Ketiga, tanggungjawab terhadap keluarga.

Wajib bertanggungjawab terhadap keluarga berkaitan de­ngan kewibawaan, kesejahteraan, keselamatan, pendidikan dan kehidupan. Tanggungjawab terhadap keluarga juga sebahagian daripada tanggungjawab diri kerana memelihara diri sendiri berkaitan dengan perintah memelihara iman keluarga.

Allah menyebut dalam al-Quran perkataan quu anfusakum wa ahlikum naara (peliharalah dirimu dan keluargamu daripada api neraka). Perkara ini dinyatakan oleh Allah dalam Surah 66 (Al-Tahrim) ayat 6 yang bermaksud; “Hai orang-orang yang beriman peliharalah diri mu dan keluarga mu daripada api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Hubungan anak dan ibu bapa adalah satu kewajipan dalam tanggungjawab kekeluargaan. Ibu bapa adalah individu yang perlu diutamakan dalam kehidupan anak-anak. Keberkatan kehidupan anak-anak bergantung kepada keredaan ibu bapa. Menghormati dan mengambil berat hal ehwal ibu bapa adalah satu kewajipan yang utama dalam sistem kehidupan kekeluargaan umat Islam.

Islam menggalakkan umatnya supaya memelihara hubungan kekeluargaan dan bantu-membantu antara satu sama lain sebagai ahli keluarga sendiri. Ini konsep kehidupan yang perlu dilaksanakan oleh masyarakat Islam. Rasulullah SAW memperi­ngati umat Islam dengan sabdanya yang bermaksud; “Aku berpesan kepada umatku baik yang hadir mahupun yang tidak hadir, mahupun yang kini mereka masih berada dalam tulang sulbi ayah atau rahim ibu mereka hingga hari kiamat, hendaklah mereka menjalin silaturahim dengan sanak-saudara dan kerabat mereka, karena silaturahim merupakan sebahagian dari agama.”

Rasulullah SAW orang yang paling baik dengan ahli keluar­ganya. Perkara ini dijelaskan oleh baginda dengan sabdanya yang bermaksud; “Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang paling baik terhadap keluarga, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap keluargaku.”

Keempat, tanggungjawab terhadap masyarakat.

Setiap individu memerlukan bantuan di antara satu sama lain sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk bersosial. Umat Islam digalakkan supaya tolong-menolong sesama manusia tanpa mengira agama dan bangsa. Konsep kehidupan kemasyarakatan dalam Islam adalah berbentuk universal di mana setiap kebaikan dan keindahan dikongsi bersama dengan makhluk Allah.

Perkara ini dijelaskan oleh Rasulullah SAW dengan maksud­nya; “Seluruh makhluk adalah keluarga Allah. Maka sebaik-baik­nya makhluk di sisi Allah adalah orang yang paling banyak memberi manfaat kepada keluarga Allah dan membahagiakan mereka.” Sabda baginda lagi; “Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat bagi manusia.”

Berdasarkan kepada penjelas­an di atas maka setiap individu Islam perlu membentuk dirinya menjadi orang yang bertanggungjawab dan diberkati oleh Allah.

PROF. MADYA DR. SAODAH ABD. RAHMAN berkhidmat di Jabatan Usuluddin dan Perbandingan Agama, Universiti Islam Antarabangsa Malaysia (UIAM).

Isnin, 29 Julai 2019

Rahsia Surah Al-Fatihah

AL-FATIHAH
 
- Seringkali di baca untuk arwah.

- Tanpa membacanya solat kita tidak sah

- Menjadi petunjuk bagi yang buntu dan resah.

- Jika merindui seseorang, maka bacalah.

- Dibaca ditiup pada beras, bagi anak yang bemasalah.

-Salah satu surah penawar sihir, sabda rasulullah SAW.

- Terjemahannya indah, hafalnya mudah.

- Sunat dibaca ketika masuk dan keluar rumah.

- Sunat dibaca ketika dirimu sedang marah.

- Bersama amalkan, tiada resah walaupun resah.


Ada banyak fadhilat dan keutamaan ketika seseorang membaca Surah Al-Fatihah. Antara hikmah dan keutamaan membaca Surah Al-Fatihah ialah;

1- Memperolehi Pahala

Membaca Surah Al-Fatihah mendapat pahala seperti membaca sepertiga Al-Quran.

2- Melapangkan Fikiran Dan Hati

Amalkan membaca Surah Al-Fatihah sebanyak 70 kali setiap hari dalam keadaan berwudhuk dan ditiupkan pada air lalu diminum selama tujuh hari.
Inshaa Allah akan mudah memperolehi ilmu pengetahuan. Disamping itu dapat mengawal hati dan fikiran dari hal-hal yang merosakkan.

3- Terhindar Dari Gangguan Syaitan

Amalkan membaca Surah Al-Fatihah sewaktu hendak tidur diikuti membaca Surah Al-Ikhlas tiga kali, Surah Al-Falaq dan Surah An-Nas.
Inshaa Allah akan aman tenteram dan terhindar dari gangguan syaitan dan iblis.

4- Hajat Dikabulkan

Bagi mereka yang memiliki hajat yang baik, termasuk untuk mendapatkan kenaikan pangkat dan untuk mendapatkan rezeki yang lebih baik dari keadaan fakir.

Selain itu, bagi menyelesaikan hutang, untuk menyembuhkan penyakit, berharap agar anak menjadi soleh dan berbagai hajat lagi.

Maka hendaklah ia memohon kepada Allah S.W.T dengan membaca Surah Al-Fatihah sebanyak 41 kali setiap hari.

Waktunya adalah antara solat sunat Subuh dan solat fardhu Subuh. Amalkan sehingga 40 hari, Inshaa Allah hajat kita akan dikabulkan oleh Allah S.W.T.

Barangsiapa mengamalkan bacaan Surah Al-Fatihah di waktu tengah malam sebanyak 41 kali maka Allah S.W.T bukakan pintu rezekinya dan Allah S.W.T permudahkan urusannya tanpa kepayahan dan kesulitan.

Selesai bacaan Surah Al-Fatihah tersebut sebaiknya diiringi dengan doa :

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Mu dengan kebenaran Surah Al-Fatihah dan rahsianya sehingga Engkau membukakan bagiku pintu-pintu rahmat, mengurniakan rezeki Mu. Dan Engkau mudahkanlah setiap urusanku, murahkanlah bagiku rezeki Mu yang berkat tanpa kekurangan dan tanpa susah payah. Sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu. Aku mohon kepada Mu dengan kebenaran Surah Al-Fatihah dan rahsianya, berikan apa yang kuhajati…”
Riwayat Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi di dalam kitab ‘Qaddasallaahusirrahu
Setengah ulama menganjurkan membaca Surah Al-Fatihah sebanyak 40 kali selepas solat Maghrib dan sunatnya. Inshaa Allah apa yang dihajatkan akan terkabul.

5- Dimurahkan Rezeki

Amalkan membaca Surah Al-Fatihah sebanyak 20 kali setiap habis solat fardhu, Inshaa Allah akan memperolehi rezeki yang lancar, pangkat / darjat yang baik di sisi masyarakat dan baik akhlaknya.
Bahkan dimudahkan dalam urusan hidupnya dan keluarga mendapatkan perlindungan dari Allah S.W.T.

Allah S.W.T membuka pintu rezeki yang luas dan mempermudahkan segala urusan hidup serta terhindar dari segala kesulitan, amalkan membaca Surah Al-Fatihah sebanyak 41 kali sewaktu bangun tengah malam. Inshaa Allah akan dimakbulkan Allah S.W.T.

6- Ikhtiar Menyembuhkan Penyakit

Disarankan juga mengamalkan membaca Surah Al-Fatihah sebanyak 41 kali, Inshaa Allah dapat mengubati sakit mata, sakit gigi, sakit perut dan lain-lain.

Itulah beberapa fadhilah atau khasiat dari Surah Al-Fatihah yang boleh kita amalkan sesuai dengan hajat kita.

Apa pun hajat kita, asalkan kita yakin dan percaya dengan kekuasaan Allah S.W.T, tentu Allah S.W.T akan mengabulkan doa-doa kita.

Cara Wudhu Lengkap Beserta Doanya





Wudhu sangat berkaitan dengan syarat sah sebuah ibadah. Tanpa wudhu ibadah yang dilakukan tidak akan sah alias batal. Karena itu penting kiranya memperhatikan bagaimana cara berwudhu yang benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Berikut tata cara wudhu.

Pertama, Membaca Basmalah

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمْ

Bismillahirrohaanirrohiim

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Kedua, Berdoa sebelum wudhu:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهَ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Asyhadu al laa ilaaha illa-Llahu wahdahu laa syariika lah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu warosuluhu

“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, tidak ada sekutu baginya, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasulnya.

Ketiga, saat menyentuh air wudhu, berdoa:

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْمَاءَ طَهُورًا

Alhamdulillahi alladzi ja’ala al-maa`a thohuuron

“Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan air yang suci dan mensucikan.

Doa ini dimaksudkan sebagai rasa syukur kita kepada Allah yang telah menjadikan air sebagai alat bersuci kita sekaligus sebagai sumber kehidupan.

Keempat, menggosok gigi atau bersiwak.

Tatacara menggosok gigi sesuai ajaran Rasulullah ialah dilakukan dengan tangan kanan, dimana posisi jari kelingking berada di pangkal siwak, jari telunjuk, jari tengah dan jari manis berada di atas, serta jari jempol di bawah. Kemudian menggerakkan siwak kebagian gigi sebelah kanan, diteruskan dengan sebelah kiri, dan diteruskan dengan mengusap tenggorokan.
Sesudah itu berdoa:

اللَّهُمَّ بَيِّضْ بِهِ أَسْنَانِيْ وَشُدَّ بِهِ لِثَاتِيْ وَثَبِّتْ بِهِ لِهَائِيْ وَبَارِكْ لِيْ فِيْهِ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Allahumma bayyidl bihi asnaani wa syudda bihi litsaati wa tsabbit lihaa`i wa baarikli fiihi yaa Arhamarraahimiin

“Ya Allah, dengan menggosok gigi ini, putihkanlah gigiku, kuatkanlah gusiku, tetapkanlah lidahku, dan berkahi aku di dalamnya wahai Dzat Paling Pengasih diantara Terkasih”.

Kelima, membasuh telapak tangan sebanyak 3 kali. Sambil berdoa:

اللَّهُمَّ احْفَظْ يَدِيْ مِنْ مَعَاصِيْكَ كُلِّهَا

Allahumma ihfadz yadi min ma’aashiika kullaha

“Ya Allah, jagalah kedua tanganku dari semua perbuatan maksiat”. 

Keenam, berkumur sekaligus mencuci lubang hidung dengan sekali cakupan air. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali.

Saat berkumur, disunnahkan berdoa di dalam hati:

اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ اللَّهُمَّ اسْقِنِي مِنْ حَوْضِ نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأْسًا لَا أَظْمَأُ بَعْدَهُ أَبَدًا

Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika, Allahumma asqini min haudli nabiyyika shollallahu ‘alaihi wa sallam ka’san laa adzma’a ba’dahu Abadan

“Ya Allah, tolonglah aku (untuk selalu) mengingat dan bersyukur pada-Mu. Ya Allah, beri aku minuman dari telaga Kautsar Nabi Muhammad, yang begitu menyegarkan hingga aku tidak merasa haus selamanya”.

Dan saat membersihkan lubang hidung, saat menghirup air, dalam hati berdoa:

اللَّهُمَّ أَرِحْنِي رَائِحَةَ الْجَنَّةِ اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنِيْ رَائِحَةَ نِعَمِكَ وَجَنَّاتِك

Allahumma Arihni Raaihatal jannah. Allahumma laa tahrimni raaihata ni’amika wa jannatika

“Ya Allah, (izinkan) aku mencium wewangian surga. Ya Allah, jangan halangi aku mencium wanginya nikmat-nikmatmu dan wanginya surga.

Sedangkan ketika mengeluarkan air dari lubang hidung, berdoa:

اَلَّلهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ رَوَائِحِ النَّارِ وَسُوْءِ الدَّارِ

Allahumma inni a’udzu bika min rawaaihin naar wa suu`i daar

“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari busuknya aroma neraka, dan dari buruknya tempat kembali”.

Ketujuh, niat wudhu dibarengi dengan membasuh wajah. Mengingat bahwa niat harus berbarengan dengan melakukan tindakan ibadah yang pertama.

Niat wudhu tersebut adalah:

نَوَيْتُ الْوُضُوْءِ لِرَفْعَ الْحَدَثِ الأَصْغَرِ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَي

Nawaitul wudlu`a li rof’il hadatsil ashghori fardlan lillahi ta’ala.

“Aku niat berwudlu untuk menghilangkan hadats kecil, fardlu karena Allah Ta’ala”

Prosesi yang dilakukan pada saat niat ini ialah secara berbarengan mulut mengucapkan kalimat “nawaitu…” hingga akhir, hati berbisik “Aku niat berwudlu …” hingga akhir, dan tangan menyiramkan air ke wajah. Ketiga hal itu harus dilakukan secara berbarengan. Jika merasa kesulitan, jangan berkecil hati, tetaplah berusaha, Insya Allah, Allah akan membukakan pintu hidayah untuk kita.

Kedelapan, membasuh wajah secara keseluruhan dan dilebihkan sedikit. Sambil berdoa:

اللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِيْ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ

Allahumma bayyidl wajhi yauma tabyadldlu wujuuhun wa taswaddu wujuuh

“Ya Allah, putihkanlah wajahku di hari ketika wajah-wajah memutih dan menghitam”

Doa ini ialah doa agar di akhirat kelak Allah menggolongkan kita sebagai orang baik, dimana saat berkumpul di padang mahsyar, orang baik dicirikan dengan berwajah putih, dan sebaliknya orang jelek dicirikan dengan berwajah hitam kusam.

Kesembilan, membasuh kedua tangan secara sempurna, yakni dengan menggosok sela-sela jemari, membasuhnya hingga siku dan dilebihkan sedikit hingga ke atasnya.

Saat membasuh tangan kanan, berdoa:

اللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِيَمِينِيْ وَحَاسِبْنِيْ حِسَابًا يَسِيرًا

Allahumma a’thini kitaabi biyamiini, wa haasibni hisaaban yasiiran.

“Ya Allah, berikanlah kitab amalku (kelak di akhirat) pada tangan kananku, dan hisablah aku dengan hisab yang ringan”

Baca Juga :  Empat Hal yang Disunahkan saat Salat Jenazah
Sedangkan saat membasuh tangan kiri, berdoa:

اللَّهُمَّ لَا تُعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِشِمَالِيْ وَلَا مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِيْ

Allahumma laa tu’thini bi syimaali, wa laa min waraa`i dzahri

“Ya Allah, jangan Kau berikan kitab amalku (kelak di akhirat) pada tangan kiriku, dan jangan pula diberikan dari balik punggungku”.

Tentang doa diatas, kelak di akhirat nanti, Allah akan memberikan pada semua manusia, catatan amal mereka masing-masing. Apabila manusia tersebut amalnya baik, maka ia akan menerima kitab amalnya dengan tangan kanan dan berhadapan muka, namun apabila amalnya jelek, maka ia akan menerima kitab amalnya dengan tangan kiri dan diberikan dari balik punggung.

Kesepuluh, mengusap sekujur kepala. Cara paling sempurna adalah mengusap kepala dari depan ke belakang dan dikembalikan lagi ke depan, demikian diulang sebanyak 3 kali. Sambil berdoa:

اللَّهُمَّ حَرِّمْ شَعْرِيْ وَبَشَرِيْ عَلَى النَّارِ وَأَظِلَّنِيْ تَحْتَ عَرْشِكَ يَوْمَ لَا ظِلَّ إلَّا ظِلُّك

Allahumma harrim sya’ri wa basyari ‘ala an-naari wa adzilni tahta ‘arsyika yauma laa dzilla illa dzilluka.

“Ya Allah, halangi rambut dan kulitku dari sentuhan api neraka, dan naungi aku dengan naungan singgasana-Mu, pada hari ketika tak ada naungan selain naungan dari-Mu”.

Kesebelas, mengusap telinga, area dalam dan area luarnya. Cara melakukannya yang sempurna ialah masukkan telunjuk pada lubang telinga, gunakan jempol untuk mengusap area dalam daun telinga, dilanjut mengusap area luar daun telinga.

Pada saat mengusap telinga, dalam hati berdoa:

اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ

Allahumma ij’alni minalladziina yastami’uunal qoula fayattabi’uuna ahsanahu.

“Ya Allah, jadikanlah aku orang-orang yang mampu mendengar ucapan dan mampu mengikuti apa yang baik dari ucapan tersebut”.

Kedua belas, membasuh kaki secara sempurna, yakni dengan menggosok sela-sela kaki. Caranya ialah menggosok sela-sela kaki kanan dengan tangan kiri, dan menggosok sela-sela kaki kiri dengan tangan kanan. Disempurnakan juga dengan memanjangkan basuhan hingga diatas kaki.

Rasulullah sangat menganjurkan melebihkan basuhan muka dan memanjangkan basuhan kaki serta tangan. Beliau bersabda bahwa kelak di akhirat, orang-orang yang berwudlu dengan cara demikian, akan bersinar wajah, kedua tangan, dan kedua kakinya.

Saat membasuh kaki kanan berdoa:

اللهم اجْعَلْهُ سَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا. اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قَدَمِيْ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيْهِ الْأَقْدَامُ

Baca Juga :  Jumlah Basuhan Saat Berwudhu
Allahumma ij’alhu sa’yan masykuuran wa dzamban maghfuuran wa ‘amalan mutaqabbalan. Allahumma tsabbit qadami ‘ala shiraathi yauma tazila fiihi al-aqdaam.

“Ya Allah, jadikanlah (segenap langkahku) sebagai usaha yang disyukuri, sebagai penyebab terampuninya dosa dan sebagai amal yang diterima. Ya Allah, mantapkanlah telapak kakiku saat melintasi jembatan shirathal mustaqim, kelak di hari ketika banyak telapak kaki yang tergelincir”

Dan saat membasuh kaki kiri berdoa:

اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ تَنْزِلَ قَدَمِيْ عَنِ الصِّرَاطِ يَوْمَ تَنْزِلُ فِيْهِ أَقْدَامُ الْمُنَافِقِيْنَ

Allahumma inni a’uudzu bika an tanzila qadami ‘an ash-shiraathi yauma tanzilu fiihi aqdaamul munaafiqiin

“Ya Allah, aku berlindung pada-Mu, dari tergelincir saat melintasi jembatan shirathal mustaqim, kelak di hari ketika banyak telapak kaki orang munafik yang tergelincir”.

Terkait doa diatas, kelak di akhirat, semua manusia akan melewati jembatan shirathal mustaqim, yakni jembatan yang dibawahnya terdapat jurang menuju neraka, dan di ujung jembatan terdapat surga. Orang yang beriman niscaya akan mampu melewati jembatan tersebut dan menuju surga, sementara orang munafik, banyak yang tergelincir dan masuk ke jurang neraka.

Terakhir, tertib dan melakukan semua rukun secara berkesinambungan tanpa ada pemisah.

Setelah wudhu dianjurkan membaca doa:

أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللهَ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِيْ مِنْ الْمُتَطَهِّرِينَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ


Asyhadu al laa ilaaha illaLlah wahdahu laa syariika lah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu. Allahumma ij’alni minat tawwaabiina waj’alni minal mutathahhiriin. Subhaanaka Allahumma wa bihamdika asyhadu al laa ilaaha illa Anta astaghfiruka wa atuubu ilaik. Wa shallaLlahu ‘ala sayyidina Muhammad wa `aali Muhammad.

“Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah, dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku sebagian dari orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku sebagian dari orang yang suci. Maha suci engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Engkau, aku meminta ampunan pada-Mu, dan bertaubat pada-Mu. Semoga berkah rahmat Allah senantiasa terlimpahkan pada nabi Muhammad dan keluarganya.”

Jumaat, 26 Julai 2019

PIAGAM MUAFAKAT DI ANTARA PAS&UMNO

[26/07, 10:22 am] Norza:
KENYATAAN MEDIA BERSAMA SETIAUSAHA AGUNG UMNO-PAS BERHUBUNG PIAGAM MUAFAKAT DI ANTARA KEDUA-DUA PARTI

UMNO dan PAS telah mencapai kata sepakat untuk berkerjasama (berta’awun) antara satu dengan lain dalam mengharungi cabaran arus perdana politik tanah air.

Untuk itu, kedua-dua parti telah memuktamadkan dan akan memeteraikan SATU PIAGAM BERSAMA dan SATU MEMORANDUM PERSEFAHAMAN yang telah siap digubal oleh satu jawatankuasa bersama yang diwujudkan sebelum ini.

Kedua-dua parti juga telah bersetuju untuk mengadakan satu MAJLIS MENANDATANGANI PIAGAM pada Hari Sabtu, 14 September 2019, jam 11 pagi bertempat di DEWAN MERDEKA, PUSAT DAGANGAN DUNIA PUTRA (PWTC),
KUALA LUMPUR.

Kedua-dua parti memutuskan PIAGAM INI AKAN DITANDATANGANI SENDIRI OLEH PRESIDEN KEDUA-DUA PARTI.

Majlis bersejarah ini akan dihadiri oleh semua pemimpin UMNO dan PAS dari seluruh negara.

Tan Sri Annuar Musa
Setiausaha Agung
UMNO MALAYSIA

Dato’ Takiyuddin Hassan
Setiausaha Agung
PARTI ISLAM SE-MALAYSIA (PAS)

25 hb. Julai 2019
[26/07, 10:22 am] Norza:
FAKTA ASAL USUL POLITIK MALAYSIA

Mari kita RENUNG dan FIKIR sejarah politik Malaysia.

1. PAS lahir daripada UMNO. Bila Tn Hj Fuad kalah lawan Tunku Abd Rahman untuk jawatan Presiden parti.

2. PKR lahir daripada  UMNO bila Anwar Ibrahim dipecat daripada jawatan Timbalan Presiden.

3. PAN lahir daripada  PAS bila Mat Sabu dan G18 kalah dalam muktamar pemilihan PAS.

4. PPBM lahir daripada UMNO bila Mahathir gagal mengangkat anak dan kroninya dalam UMNO.                       
          
5. Kini semua pengasas PKR sudah lari kembali kepada BN apabila tersedar mereka dikencing kerana PKR hanya alat peribadi Anwar.                  

6. Kini PPBM semakin retak menanti belah setelah ahlinya sedar PPBM adalah hak milik Lim Kit Siang.

7. DAP lahir selepas Singapura keluar daripada Malaysia.                           

8. DAP lahir daripada PAP. Lim Kit Siang bekas Setiausaha Politik Lee Kuan Yew.        

9. PAP dan DAP daripada acuan yg sama. Lahir drp MPAJA dan komunis Bintang 3 yang wujud di Tanah Melayu oleh Chin Peng.                                   

10. Ramai melayu dipancung disembelih. Ramai juga yg dirogol dan disula. Apabila kehendak komunis gagal dipenuhi. Itulah asal DAP amat licik.
                                               
11. Dulu di hutan kini mereka di bandar. Agenda perjuangan komunis masih tak berubah.
       
12. Yg tak berapa faham hanya org melayu. Akibat senang dipengaruhi pangkat dan wang, mereka lupa sejarah lampau. Mereka alpa dgn keindahan seketika. Setiap masa kita diperkuda sampai mampus. Apabila DAP sudah berkuasa, kita akan di”babi”kan mereka. Tak guna menangis lagi kerana nasi sudah menjadi bubur. DAP tetap anti melayu sampai bila2 pun kerana azam DAP untuk hancur UMNO dan melayu.                      

Nota; Cuba kaji latarbelakang dan salasilah pemimpin utama DAP. Mereka ini semua ada kaitan kekeluargaan dan beragama Kristian Evangelist iaitu agama pecahan Kristian yg dibuat oleh Yahudi Nasrani.

Chin Peng adalah pengasas Parti Komunis Malaya merupakan sepupu kpd Lim Kit Siang dan Lee Kuan Yew. Pengerusi DAP Perak, Ngeh Koo Ham dan Ngeh Kor Ming adalah anak saudara kepada Chin Peng. Anthony Loke, DAP N9 adalah anak dua pupu kpd Chin Peng. Teresa Kok adalah  sepupu kepada  isteri Lim Kit Siang. Tony Phua adalah  anak sepupu kpd Lee Kuan Yew. Nizar (bekas MB Perak) juga sepupu Ngeh dan Ngor.                                                       

Sila share pd anak muda melayu supaya mereka kaji sejarah dan jgn pakai ikut dan hentam kromo saja. Jadikan sejarah sebg tauladan supaya bangsa ini takkan lenyap di arus zaman. Jgn jadi Melayu Champa; drp kerajaan yg hebat suatu masa dulu kini merempat di bumi sendiri, Kemboja.

- Fikir2kan dan Renung2kanlah...

Wallahu a'lam...

https://t.me/AgensiRakyat

Khamis, 25 Julai 2019

Antara tanda-tanda Allah CINTA atau BENCI kepada hambaNya

Tanda-tanda Allah cinta pada hambaNya

Allah Ta’ala berfirman mafhumnya:

“Katakanlah (wahai Muhammad), jikalau engkau semua mencintai Allah, maka ikutilah aku, tentu engkau semua dicintai oleh Allah, serta Allah mengampuni dosamu semua dan Allah itu adalah Maha Pengampun lagi Penyayang,” [Surah Aali-lmran : 31]

Apa lagi yang lebih berharga dan lebih penting dari mendapat CINTA dari Allah S.w.t Pencipta sekalian makhluk.  Jika sudah mendapat cinta Allah, maka insyaAllah akan berbahagialah hidup di dunia dan juga di akhirat.

Di antara tanda-tanda Allah cinta pada hambaNya;

1 - Faham agama: Rasulullah S.a.w bersabda, maksudnya : “Apabila Allah mencintai seseorang maka Dia membuatnya faham mengenai agamanya.” [Hadits Riwayat al-Bukhari dan Muslim]

"....... Allah meninggikan darjat orang-orang yang beriman di antara kamu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan agama (dari kalangan kamu) beberapa darjat, dan (ingatlah), Allah Maha Mendalam PengetahuanNya tentang apa yang kamu lakukan."  [Surah Al-Mujadilah : ayat 11]

2 - Sabar dan redha dengan ujian-ujian dari Allah: "Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." [Surah Al-Baqarah : 155-157]

"Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum pasti Dia menguji mereka. Maka siapa yang redha (terhadapnya) maka baginya keredhaan Allah, dan siapa yang marah (terhadapnya) maka baginya kemurkaan Allah." [Hadits Riwayat Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah]

"Tidaklah seorang mukmin dan mukminah tertimpa musibah pada dirinya, anaknya dan hartanya sehingga dia berjumpa Allah Ta'ala tidak membawa satu kesalahan pun." [Hadits Riwayat Al-Tirmidzi. Beliau berkata: hadits hasan shahih]

"Kalau Allah menghendaki kebaikan kepada hambaNya, maka akan disegerakan hukumannya di dunia, kalau mengkehendaki kepada hambaNya keburukan, maka ditahan (siksanya) kerana dosanya sampai penuh nanti di hari kiamat."  [Hadits Riwayat Tirmizi, 2396]

Oleh itu antara tanda Allah mencintai seorang hamba juga ialah Dia uji hamba itu dengan pelbagai ujian. Maka jika hamba itu bersabar dan redha, itulah tandanya Allah cintakan hamba tersebut. 

Dan ketahuilah, para rasul dan nabi lah yang paling berat menerima ujian dan musibah dari Allah S.w.t. Kerana itulah darjat mereka tinggi, dan menjadi teladan kepada seluruh manusia dalam menempuh kehidupan yang serba mencabar ini.

3 - Cinta mencintai kerana Allah: “Allah s.w.t berfirman, “pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta-mencintai kerana Aku, saling kunjung mengunjungi kerana Aku dan saling memberi kerana Aku.” [Hadits Qudsi]

Semoga kita tidak menjadi orang yang cintakan manusia lain kerana nafsu syahwat, harta-benda dan keduniaan semata-mata. Cinta yang paling utama ialah cinta kepada Allah S.w.t, kemudian kepada Rasulullah S.a.w, ibu bapa dan barulah manusia-manusia lain.

4 - Berakhir hidup dengan husnul khatimah: Rasulullah S.a.w bersabda: "Jika Allah mencintai seorang hamba, Dia akan memaniskannya."

Sahabat bertanya: "Apa itu memaniskannya ya Rasulullah?"

Baginda berkata: "Dia akan memberinya petunjuk untuk melakukan kebaikan ketika menjelang ajalnya, sehingga tetangga akan meredhainya (atau ia berkata) orang sekelilingnya." [Hadits Riwayat Al-Hakim]

5 - Sentiasa berzikir pada Allah: Diriwayatkan bahawa Nabi Musa 'Alaihi salam pernah berkata, " Wahai Rabb Ku Yang Maha Mulia, Bagaimana aku dapat membezakan antara orang yang ENGKAU CINTAI dengan orang yang ENGKAU BENCI?"

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:  "Wahai Musa, Sesungguhnya jika Aku mencintai seorang hamba, maka Aku akan menjadikan dua tanda kepadanya"

Nabi Musa bertanya, "Wahai Rabb, apa kedua tanda itu?"

Allah S.w.t berfirman: "Aku akan mengilhamkannya agar dia berdzikir kepada Ku, agar aku dapat menyebutnya di kerajaan langit dan Aku akan menahannya dari lautan murka Ku, agar dia tidak terjerumus dalam azab dan siksaKu."

Tanda-tanda Allah benci pada hambaNya

1 - Lupa dan malas berzikir pada Allah: "Wahai Musa, jika Aku membenci seorang hamba, Aku jadikan juga dua tanda kepadanya"

Nabi Musa Alaihisalam : "Wahai RabbKu, apa kedua tanda itu?"

Allah S.w.t berfirman : "Aku akan melupakannya berdzikir kepada Ku, Aku akan melepaskan ikatan antara dirinya dan jiwanya,  agar dia terjerumus dalam lautan Murka Ku dan merasakan azab pedihKu."

2 - Syirik kepada Allah S.w.t: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh dia telah berbuat dosa yang besar." [Surah An Nisa’ : 48]

3 - Hidup senang-lenang tanpa mendapat ujian berat yang membolehkannya menginsafi diri dan takut pada Allah.

"Kalau Allah menghendaki kebaikan kepada hambaNya, maka akan disegerakan hukumannya di dunia, kalau mengkehendaki kepada hambaNya keburukan, maka ditahan (siksanya) kerana dosanya sampai penuh nanti di hari kiamat."  [Hadits Riwayat Tirmizi, 2396]

4 - Banyak melakukan maksiat dan kerosakan, terutamanya maksiat dan perkara-perkara mungkar yang terang-terang tanpa malu dan segan.

"Allah tidak suka perbuatan orang yang melakukan kerosakan dalam masyarakat." [Surah Al Baqarah : ayat 205]

"Allah tidak suka para pengkhianat yang banyak berbuat dosa." [Surah An Nisaa’ : ayat 107]

".......dan (ingatlah) sesiapa yang dihinakan oleh Allah maka dia tidak akan beroleh sesiapa pun yang dapat memuliakannya, sesungguhnya Allah tetap melakukan apa yang dirancangkanNya." [Surah al-Hajj : ayat 18]

5 - Cinta kepada dunia dan hawa nafsu lebih daripada cinta kepada Allah dan RasulNya.

"Katakanlah: Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khuatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (daripada) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasiq." [Suraah At Taubah : Ayat 24]

"Tidak (sempurna) iman seorang daripada kamu sehingga aku (Muhammad) lebih disayangi daripada hartanya, anaknya dan orang lain." [Hadits riwayat Bukhari]

"Tidakkah kamu lihat (wahai Muhammad) orang yang menjadikan tuhannya ialah hawa nafsunya, dan Allah sesatkan dirinya padahal dia berilmu…" [Surah Al Jatsiyah : ayat 23]

6 - Orang yang sombong (takabbur).  "....... Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang sombong takabbur dan membangga-banggakan diri." [Surah An-Nisaa' : ayat 36]

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (kerana sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." [Surah Luqman : ayat 18]

"Mahukah kamu aku beritahu tentang penduduk neraka? Mereka semua adalah orang-orang keras lagi kasar, tamak lagi rakus, dan takabbur (sombong)." [HR Bukhari no. 4918 dan Muslim no. 2853]

"Tidak akan masuk syurga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi." Ada seseorang yang bertanya, "Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan selipar yang bagus?" Beliau S.a.w menjawab, "Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendah-rendahkan orang lain." [HR Muslim no. 91]

Imam Adz-Dzahabi rahimahullahu berkata, "Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya. Barangsiapa yang menuntut ilmu demi akhirat maka ilmunya itu akan menimbulkan hati yang khusyu' serta jiwa yang tenang. Dia akan terus mengawasi dirinya dan tidak bosan untuk terus memerhatikannya, bahkan setiap saat dia selalu introspeksi dan meluruskannya. Apabila dia lalai dari hal itu, dia akan menyimpang dari jalan yang lurus dan akan binasa. Barangsiapa yang menuntut ilmu untuk membanggakan diri dan meraih kedudukan, memandang remeh kaum muslimin yang lainnya serta membodoh-bodoh dan merendahkan mereka, maka hal ini merupakan kesombongan yang paling besar. Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sebesar dzarrah (biji sawi).  Laa haula wa laa quwwata illaa billah."

7 - Orang yang tidak tenang dan sentiasa resah-gelisah kerana dunia. 
"....... dan sesiapa yang Allah kehendaki untuk menyesatkannya, nescaya Dia menjadikan dadanya sesak sempit sesempit-sempitnya, seolah-olah dia sedang mendaki naik ke langit (dengan susah payahnya). Demikianlah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman." 
[Surah al-An'aam : ayat 125]

8 - Orang yang menentang ajaran Islam.   Umar ibnu al-Khattab r.a berkata, "Kita dimuliakan Allah dengan Islam dan barangsiapa yang mencari kemuliaan selain dari Islam, maka dia akan dihinakan." [Ibnu Abdil Birr dalam kitab Al-Mujalasah wa Jawahiril Ilmi, juz II, hlm 273]

"Dan tidaklah layak bagi orang yang beriman sama ada lelaki atau perempuan, apabila telah ditetapkan oleh Allah S.w.t dan RasulNya akan sesuatu perkara, bahawa dia membuat pilihan yang lain selain dari apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang mengingkari Allah dan RasulNya maka sesungguhnya dia telah sesat dengan suatu kesesatan yang nyata." 
[Surah al-Ahzab : ayat 36]

“Dan hendaklah engkau menjalankan hukum di antara mereka dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah dan janganlah engkau menurut kehendak hawa nafsu mereka, dan berjaga-jagalah supaya mereka tidak memesongkanmu dari sesuatu hukum yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu. Kemudian jika mereka berpaling (enggan menerima hukum Allah itu), maka ketahuilah, hanyasanya Allah mahu menyeksa mereka dengan sebab sebahagian dari dosa-dosa mereka; dan sesungguhnya kebanyakan dari umat manusia itu adalah orang-orang yang fasiq." 
[Surah Al-Ma’idah : ayat 49]

Khamis, 18 Julai 2019

Kelebihan Memasuki masjid kami ini untuk mempelajari kebaikan

Daripada Abu Hurairah RA bahawa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ جَاءَ مَسْجِدِي هَذَا، لَمْ يَأْتِهِ إِلَّا لِخَيْرٍ يَتَعَلَّمُهُ أَوْ يُعَلِّمُهُ، فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَمَنْ جَاءَ لِغَيْرِ ذَلِكَ فَهُوَ بِمَنْزِلَةِ الرَّجُلِ يَنْظُرُ إِلَى مَتَاعِ غَيْرِهِ

Maksudnya: “Barangsiapa yang mendatangi masjidku ini, tidaklah dia datang melainkan kerana sesuatu kebaikan yang dia pelajari atau mengajarkannya, maka dia seperti orang yang berjihad di jalan Allah. Dan barangsiapa yang mendatanginya disebabkan selain daripada itu, maka dia seperti seseorang yang melihat barang milik orang lain.” [Riwayat Ibn Majah (227)]

Adapun di dalam riwayat yang lain sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam musnadnya:

Daripada Abu Hurairah RA bahawa Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ دَخَلَ مَسْجِدَنَا هَذَا لِيَتَعَلَّمَ خَيْرًا، أَوْ لِيُعَلِّمَهُ، كَانَ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَمَنْ دَخَلَهُ لِغَيْرِ ذَلِكَ، كَانَ كَالنَّاظِرِ إِلَى مَا لَيْسَ لَهُ

Maksudnya: “Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini untuk mempelajari kebaikan atau mengajarkannya seperti seseorang yang berjihad di jalan Allah. Dan barangsiapa yang memasukinya disebabkan selain daripada itu, maka dia seperti seseorang yang melihat sesuatu yang bukan miliknya.” [Riwayat Ahmad (8603)]

Berkaitan status hadith ini menjadi perselisihan dalam kalangan para ulama, Syeikh Syu’iab al-Arna’outh menilai hadith ini sebagai dhaif disebabkan salah seorang perawi bernama Humaid diperselisihi hukumnya dalam kalangan ahli hadith. [Lihat: Musnad Ahmad, /154] Manakala Syeikh al-Albani menilai hadith ini sebagai sahih. [Lihat: Sahih wa Dhaif Sunan Ibn Majah, 1/299] Di samping itu, Imam Ibn Hibban menukilkan riwayat Ahmad di dalam kitab sahihnya. [Lihat: Sahih Ibn Hibban, 288/1] Selain itu, Imam al-Munziri mengatakan bahawa tidak terdapat di dalam sanad perawi yang ditinggalkan dan perawi yang disepakati akan kedhaifannya oleh para ulama. [Lihat: al-Targhib wa al-Tarhib, 1/60] Setelah melihat kepada beberapa pandangan di atas, kami cenderung kepada hadith ini adalah sahih sebagaimana yang dinilai oleh Imam Ibn Hibban.

Adapun, maksud Nabi SAW apabila menyatakan “barangsiapa yang mendatangi masjidku ini” boleh difahami dengan maksud Nabi SAW mengkhususkan kelebihan ini hanya pada masjid al-Nabawi sahaja atau Nabi SAW menyatakan masjidku ini adalah disebabkan pada waktu itu hanya masjid al-Nabawi merupakan tempat untuk menyebarkan serta mempelajari ilmu. Tambahan pula, perumpamaan orang yang menuntut ilmu seperti orang yang berjihad di jalan Allah adalah kerana perbuatan tersebut menghidupkan agama, pencelaan kepada syaitan, meletihkan badan dan sebagainya. Selain itu, di dalam hadith ini menunjukkan bahawa masjid merupakan pasar ilmu, maka sesiapa yang mendatanginya perlu membeli ilmu dengan mempelajarinya atau mengajarkannya. Dengan itu, seseorang itu akan mendapatkan faedah daripadanya. [Lihat: Hasyiah al-Sindi ‘ala Sunan Ibn Majah, 100-101/1]

Kesimpulannya, hadith yang menceritakan berkaitan kelebihan menuntut ilmu di masjid al-Nabawi adalah sahih sebagaimana yang telah kami jelaskan di atas. Di samping itu juga, kita sebagai seorang muslim perlulah sentiasa berusaha untuk mencari ilmu kerana ia merupakan satu tuntutan dan kewajipan ke atas kita. Adapun bagi orang yang berkemampuan untuk mengajarkannya, maka menjadi kewajipan ke atasnya untuk menyampaikan ilmu tersebut. Akhirnya, semoga Allah SWT memberi kita kefahaman di dalam agama serta menjadikan ilmu yang diperolehi adalah ilmu yang bermanfaat. Amin.

Wallahua’lam

Selasa, 2 Julai 2019

BAHAYA SYIAH

FATWA IMAM MALIK

Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, katanya : Saya mendengar Abu Abdulloh berkata, bahwa Imam Malik berkata :

“Orang yang mencela sahabat-sahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam”

( Al Khalal / As Sunnah, 2-557 )

Begitu pula Ibnu Katsir berkata, dalam kaitannya dengan firman Allah surat Al Fath ayat 29, yang artinya :

“ Muhammad itu adalah Rasul (utusan Allah). Orang-orang yang bersama dengan dia (Mukminin) sangat keras terhadap orang-orang kafir, berkasih sayang sesama mereka, engkau lihat mereka itu rukuk, sujud serta mengharapkan kurnia daripada Allah dan keridhaanNya. Tanda mereka itu adalah di muka mereka, karena bekas sujud. Itulah contoh (sifat) mereka dalam Taurat. Dan contoh mereka dalam Injil, ialah seperti tanaman yang mengeluarkan anaknya (yang kecil lemah), lalu bertambah kuat dan bertambah besar, lalu tegak lurus dengan batangnya, sehingga ia menakjubkan orang-orang yang menanamnya. (Begitu pula orang-orang Islam, pada mula-mulanya sedikit serta lemah, kemudian bertambah banyak dan kuat), supaya Allah memarahkan orang-orang kafir sebab mereka. Allah telah menjanjikan ampunan dan pahala yang besar untuk orang-orang yang beriman dan beramal salih diantara mereka”.

Beliau berkata : Dari ayat ini, dalam satu riwayat dari Imam Malik, beliau mengambil kesimpulan bahwa golongan Rofidhoh (Syiah), yaitu orang-orang yang membenci para sahabat Nabi SAW, adalah Kafir.
Beliau berkata : “Karena mereka ini membenci para sahabat, maka dia adalah Kafir berdasarkan ayat ini”. Pendapat tersebut disepakati oleh sejumlah Ulama.

(Tafsir Ibin Katsir, 4-219)

Imam Al Qurthubi berkata : “Sesungguhnya ucapan Imam Malik itu benar dan penafsirannya juga benar, siapapun yang menghina seorang sahabat atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum Muslimin”.

(Tafsir Al Qurthubi, 16-297).

FATWA IMAM AHMAD

Al Khalal meriwayatkan dari Abu Bakar Al Marwazi, ia berkata : “Saya bertanya kepada Abu Abdullah tentang orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah? Jawabnya, saya berpendapat bahwa dia bukan orang Islam”.

( Al Khalal / As Sunnah, 2-557).

Beliau Al Khalal juga berkata : Abdul Malik bin Abdul Hamid menceritakan kepadaku, katanya: “Saya mendengar Abu Abdullah berkata : “Barangsiapa mencela sahabat Nabi, maka kami khawatir dia keluar dari Islam, tanpa disadari”.

(Al Khalal / As Sunnah, 2-558).

Beliau Al Khalal juga berkata :

“ Abdullah bin Ahmad bin Hambal bercerita pada kami, katanya : “Saya bertanya kepada ayahku perihal seorang yang mencela salah seorang dari sahabat Nabi SAW. Maka beliau menjawab : “Saya berpendapat ia bukan orang Islam”.

(Al Khalal / As Sunnah, 2-558)

Dalam kitab AS SUNNAH karya IMAM AHMAD halaman 82, disebutkan mengenai pendapat beliau tentang golongan Rofidhoh (Syiah) :

“Mereka itu adalah golongan yang menjauhkan diri dari sahabat Muhammad SAW dan mencelanya, menghinanya serta mengkafirkannya, kecuali hanya empat orang saja yang tidak mereka kafirkan, yaitu Ali, Ammar, Migdad dan Salman. Golongan Rofidhoh (Syiah) ini sama sekali bukan Islam.

FATWA AL BUKHORI

Iman Bukhori berkata : “Bagi saya sama saja, apakah aku sholat dibelakang Imam yang beraliran JAHM atau Rofidhoh (Syiah) atau aku sholat di belakang Imam Yahudi atau Nasrani. Dan seorang Muslim tidak boleh memberi salam pada mereka, dan tidak boleh mengunjungi mereka ketika sakit juga tidak boleh kawin dengan mereka dan tidak menjadikan mereka sebagai saksi, begitu pula tidak makan hewan yang disembelih oleh mereka.
(Imam Bukhori / Kholgul Afail, halaman 125).

FATWA AL FARYABI

Al Khalal meriwayatkan, katanya : “Telah menceritakan kepadaku Harb bin Ismail Al Karmani, katanya : “Musa bin Harun bin Zayyad menceritakan kepada kami : “Saya mendengar Al Faryaabi dan seseorang bertanya kepadanya tentang orang yang mencela Abu Bakar. Jawabnya : “Dia kafir”. Lalu ia berkata : “Apakah orang semacam itu boleh disholatkan jenazahnya ?”. Jawabnya : “Tidak”. Dan aku bertanya pula kepadanya : “Mengenai apa yang dilakukan terhadapnya, padahal orang itu juga telah mengucapkan Laa Ilaaha Illalloh?”. Jawabnya : “Janganlah kamu sentuh jenazahnya dengan tangan kamu, tetapi kamu angkat dengan kayu sampai kamu turunkan ke liang lahatnya”.
(Al Khalal / As Sunnah, 6-566)

FATWA AHMAD BIN YUNUS

Beliau berkata : “Sekiranya seorang Yahudi menyembelih seekor binatang dan seorang Rofidhi (Syiah) juga menyembelih seekor binatang, niscaya saya hanya memakan sembelihan si Yahudi dan aku tidak mau makan sembelihan si Rofidhi (Syiah), sebab dia telah murtad dari Islam”.
(Ash Shariim Al Maslul, halaman 570).

 FATWA ABU ZUR’AH AR ROZI

Beliau berkata : “Bila anda melihat seorang merendahkan (mencela) salah seorang sahabat Rasulullah SAW, maka ketahuilah bahwa dia adalah ZINDIIG. Karena ucapannya itu berakibat membatalkan Al-Qur'an dan As Sunnah”.
(Al Kifayah, halaman 49).

FATWA ABDUL QODIR AL BAGHDADI
 
Beliau berkata : “Golongan Jarudiyah, Hisyamiyah, Jahmiyah dan Imamiyah adalah golongan yang mengikuti hawa nafsu yang telah mengkafirkan sahabat-sahabat terbaik Nabi, maka menurut kami mereka adalah kafir. Menurut kami mereka tidak boleh di sholatkan dan tidak sah berma’mum sholat di belakang mereka”.
(Al Fargu Bainal Firaq, halaman 357).

Beliau selanjutnya berkata : “Mengkafirkan mereka adalah suatu hal yang wajib, sebab mereka menyatakan Allah bersifat Al Bada’

FATWA IBNU HAZM

Beliau berkata : “Salah satu pendapat golongan Syiah Imamiyah, baik yang dahulu maupun sekarang ialah, bahwa Al-Qur'an sesungguhnya sudah diubah”. Kemudian beliau berkata : ”Orang yang berpendapat bahwa Al-Qur'an yang ada ini telah diubah adalah benar-benar kafir dan mendustakan Rasulullah SAW”.
(Al Fashl, 5-40).

FATWA ABU HAMID AL GHOZALI

Imam Ghozali berkata : “Seseorang yang dengan terus terang mengkafirkan Abu Bakar dan Umar Rodhialloh Anhuma, maka berarti ia telah menentang dan membinasakan Ijma kaum Muslimin. Padahal tentang diri mereka (para sahabat) ini terdapat ayat-ayat yang menjanjikan surga kepada mereka dan pujian bagi mereka serta pengukuhan atas kebenaran kehidupan agama mereka, dan keteguhan aqidah mereka serta kelebihan mereka dari manusia-manusia lain”.
Kemudian kata beliau : “Bilamana riwayat yang begini banyak telah sampai kepadanya, namun ia tetap berkeyakinan bahwa para sahabat itu kafir, maka orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah mendustakan Rasulullah. Sedangkan orang yang mendustakan satu kata saja dari ucapan beliau, maka menurut Ijma’ kaum Muslimin, orang tersebut adalah kafir”.
(Fadhoihul Batiniyyah, halaman 149).

 FATWA AL QODHI IYADH

Beliau berkata : “Kita telah menetapkan kekafiran orang-orang Syiah yang telah berlebihan dalam keyakinan mereka, bahwa para Imam mereka lebih mulia dari pada para Nabi”.
Beliau juga berkata : “Kami juga mengkafirkan siapa saja yang mengingkari Al-Qur'an, walaupun hanya satu huruf atau menyatakan ada ayat-ayat yang diubah atau ditambah di dalamnya, sebagaimana golongan Batiniyah (Syiah) dan Syiah Ismailiyah”.
(Ar Risalah, halaman 325).

FATWA AL FAKHRUR ROZI

Ar Rozi menyebutkan, bahwa sahabat-sahabatnya dari golongan Asyairoh mengkafirkan golongan Rofidhoh (Syiah) karena tiga alasan :
Pertama: Karena mengkafirkan para pemuka kaum Muslimin (para sahabat Nabi). Setiap orang yang mengkafirkan seorang Muslimin, maka dia yang kafir. Dasarnya adalah sabda Nabi SAW, yang artinya : “Barangsiapa berkata kepada saudaranya, hai kafir, maka sesungguhnya salah seorang dari keduanya lebih patut sebagai orang kafir”.
Dengan demikian mereka (golongan Syiah) otomatis menjadi kafir.
Kedua: “Mereka telah mengkafirkan satu umat (kaum) yang telah ditegaskan oleh Rasulullah sebagai orang-orang terpuji dan memperoleh kehormatan (para sahabat Nabi)”.
Ketiga: Umat Islam telah Ijma’ menghukum kafir siapa saja yang mengkafirkan para tokoh dari kalangan sahabat.
(Nihaayatul Uguul, Al Warogoh, halaman 212).

FATWA IBNU TAIMIYAH

Beliau berkata : “Barangsiapa beranggapan bahwa Al-Qur'an telah dikurangi ayat-ayatnya atau ada yang disembunyikan, atau beranggapan bahwa Al-Qur'an mempunyai penafsiran-penafsiran batin, maka gugurlah amal-amal kebaikannya. Dan tidak ada perselisihan pendapat tentang kekafiran orang semacam ini”
Barangsiapa beranggapan para sahabat Nabi itu murtad setelah wafatnya Rasulullah, kecuali tidak lebih dari sepuluh orang, atau mayoritas dari mereka sebagai orang fasik, maka tidak diragukan lagi, bahwa orang semacam ini adalah kafir. Karena dia telah mendustakan penegasan Al-Qur'an yang terdapat di dalam berbagai ayat mengenai keridhoan dan pujian Allah kepada mereka. Bahkan kekafiran orang semacam ini, adakah orang yang meragukannya? Sebab kekafiran orang semacam ini sudah jelas....
(Ash Sharim AL Maslul, halaman 586-587).

FATWA SYAH ABDUL AZIZ DAHLAWI

Sesudah mempelajari sampai tuntas mazhab Itsna Asyariyah dari sumber-sumber mereka yang terpercaya, beliau berkata : “Seseorang yang menyimak aqidah mereka yang busuk dan apa yang terkandung didalamnya, niscaya ia tahu bahwa mereka ini sama sekali tidak berhak sebagai orang Islam dan tampak jelaslah baginya kekafiran mereka”.
(Mukhtashor At Tuhfah Al Itsna Asyariyah, halaman 300).

FATWA MUHAMMAD BIN ALI ASY SYAUKANI

Perbuatan yang mereka (Syiah) lakukan mencakup empat dosa besar, masing-masing dari dosa besar ini merupakan kekafiran yang terang-terangan.
Pertama : Menentang Allah.
Kedua : Menentang Rasulullah.
Ketiga : Menentang Syariat Islam yang suci dan upaya mereka untuk melenyapkannya.
Keempat : Mengkafirkan para sahabat yang diridhoi oleh Allah, yang didalam Al-Qur'an telah dijelaskan sifat-sifatnya, bahwa mereka orang yang paling keras kepada golongan Kuffar, Allah SWT menjadikan golongan Kuffar sangat benci kepada mereka. Allah meridhoi mereka dan disamping telah menjadi ketetapan hukum didalam syariat Islam yang suci, bahwa barangsiapa mengkafirkan seorang muslim, maka dia telah kafir, sebagaimana tersebut di dalam Bukhori, Muslim dan lain-lainnya.
(Asy Syaukani, Natsrul Jauhar Ala Hadiitsi Abi Dzar, Al Warogoh, hal 15-16)

PARA ULAMA SEBELAH TIMUR SUNGAI JAIHUN

Al Alusi (seorang penulis tafsir) berkata : “Sebagian besar ulama disebelah timur sungai ini menyatakan kekafiran golongan Itsna Asyariyah dan menetapkan halalnya darah mereka, harta mereka dan menjadikan wanita mereka menjadi budak, sebab mereka ini mencela sahabat Nabi SAW, terutama Abu Bakar dan Umar, yang menjadi telinga dan mata Rasulullah SAW, mengingkari kekhilafahan Abu Bakar, menuduh Aisyah Ummul Mukminin berbuat zina, padahal Allah sendiri menyatakan kesuciannya, melebihkan Ali r.a. dari rasul-rasul Ulul Azmi. Sebagian mereka melebihkannya dari Rasulullah SAW dan mengingkari terpeliharanya Al-Qur'an dari kekurangan dan tambahan”.
(Nahjus Salaamah, halaman 29-30).

Demikian telah kami sampaikan fatwa-fatwa dari para Imam dan para Ulama yang dengan tegas mengkafirkan golongan Syiah yang telah mencaci maki dan mengkafirkan para sahabat serta menuduh Ummul mukminin Aisyah berbuat serong, dan berkeyakinan bahwa Al-Qur'an yang ada sekarang ini tidak orisinil lagi (Mukharrof). Serta mendudukkan imam-imam mereka lebih tinggi (Afdhol) dari para Rasul.
Semoga fatwa-fatwa tersebut dapat membantu pembaca dalam mengambil sikap tegas terhadap golongan Syiah.
“Yaa Allah tunjukkanlah pada kami bahwa yang benar itu benar dan jadikanlah kami sebagai pengikutnya, dan tunjukkanlah pada kami bahwa yang batil itu batil dan jadikanlah kami sebagai orang yang menjauhinya.”