Isnin, 30 November 2015

Fitnah Terhadap Habaib - sungguh amat celupar dan biadap golongan yang mentohmah keturunan Habaib dengan pelbagai tohmahan.


Fitnah Terhadap Habaib; "Para "Habaib" seorang Habib atau "Sayyid" atau "Syed" merupakan gelaran yang dinisbahkan kepada keturunan Baginda ﷺ Ahlul Bait. Mereka ini amat teliti dalam menjaga silsilah nasab keturunan. Ada yang menyimpan silsilah mereka masih dalam bentuk asal kulit-kulit unta dll."

"Guru kami YM Tan Sri Prof.Dr. Syed Muhammad Naquib al-Attas hafizahullah menyimpan silsilah keturuna...n beliau hingga ke Junjungan Mulia ﷺ. Begitu juga dengan Habib Ali Zainal Abidin bin Abu Bakar al-Hamid."

"Kemuliaan Ahlul Bait tidak perlu diulas panjang memadai dinyatakan bahawa mendoakan kepada mereka, aali Muhammad dimasukkan dalam bacaan Tahiyyat Akhir solat kita. Itulah kemuliaan mereka hingga hari kiamat."

"Mungkin ada segelintir di kalangan mereka yang tersasar menjadi Syiah dan sebagainya, namun itu bukanlah hujah untuk menuduh kononnya dengan memuliakan para Habaib "selangkah menjadi Syiah" kerana manhaj Ahlul Sunnah wal Jamaah turut memuliakan para Ahlul Bait, namun tidaklah sampai sepertimana kemuliaan melampau yang ditunjukkan oleh puak Syiah."

"Bagi mereka yang mengkaji sejarah Nusantara Melayu ini pasti akan merasa terhutang budi kepada para Habaib kerana asbab merekalah risalah Islam tersebar hingga ke Nusantara ini. Nama-nama seperti Sheikh Abdullah Arif, Sheikh Burhanudin, keluarga Ahmad bin Isa al-Muhajir dll dari Hadramawt merupakan nama-nama yang banyak berjasa membawa Islam ke Alam Melayu ini."

"Bacalah monograf "Preliminary Statement on a General Theory of the Islamization of the Malay-Indonesia Archipelago" atau "Historical Fact and Fiction" oleh YM Prof. Naquib al-Attas yang telah menekuni manuskrip-manuskrip awal kedatangan Islam ke Alam Melayu untuk memahami bagaimana proses Islamisasi di Nusantara Melayu ini bermula oleh para Habaib Hadhramawt."

"Pada ketika para Habaib datang ke Nusantara Melayu ini seawal kurun ke sepuluh Hijrah, enam belas Masehi, penduduk di nusantara ini sebahagiannya beragama Hindu, ada juga Buddha dan Animisme. Bayangkan apa agama kita hari ini tanpa kehadiran mereka?"

"Sungguh amat kita terhutang budi kepada mereka yang merantau jauh membawa Islam. Mereka bukan pedagang biasa sepertimana yang sebahagian kita sering disogokkan, tetapi Prof. Naquib mengatakan mereka adalah "para daie yang mempunyai misi" menyebarkan dakwah Islam ke seluruh alam. Dan itulah juga peranan Habaib hingga ke hari ini. Dakwah!"

"Ribuan yang telah memeluk Islam di tangan Habib Umar bin Hafiz, Habib Ali al-Jifri dan para Habaib yang lain. Habaib tidak maksum. Namun sungguh amat celupar dan biadap golongan yang mentohmah keturunan Habaib dengan pelbagai tohmahan hanya kerana ada segelintir daripada mereka yang menyeleweng atau mengikuti Syiah."

"Moga-moga Allah سبحانه وتعالى menempatkan kita bersama Baginda Rasulullah ﷺ dan para Ahlul Baitnya didalam Syurga Firdausnya. ((المرء مع من أحب))."

Daripada Dr. Nik Roskiman.
Pengarah Ikim.



Ahad, 29 November 2015

Bagaimana Ingin Mendapat Rahmat ALLAH - Ustaz Shah



Allah SWT dalam al-Quran telah mengenalkan diri kepada hamba-Nya dengan berbagai sifat. Masing-masing dari sifat-sifat itu merupakan gambaran dari kemuliaan, keagungan dan keindahan-Nya ( Asmaul Husna )  Sifat “Rahman” adalah salah satu sifat agung Allah Swt, di mana telah disebutkan kurang lebih dari 500 ayat pada Al Qur’an. Menurut para ulama dan mufasir, rahmat Allah Swt memiliki makna yang luas di mana meliputi semua makhluk di dunia.Dalam al-Quran, telah dijelaskan bahwa rahmat Allah Swt meliputi banyak bentuk dan maknanya.

Dalam Surat Fatir ayat 2, Allah Swt berfirman, “Jika Allah menganugerahkan rahmat-Nya kepada manusia–apa pun bentuknya, baik berupa hujan, karunia, ketentraman atau hikmah–maka tak sesuatu pun yang dapat mencegah-Nya. Sebaliknya, jika Dia menahan rahmat-Nya itu, maka tak ada sesuatu pun yang dapat menurunkan rahmat-Nya. Dialah Sang Maha Perkasa yang tak terkalahkan, Sang Maha Bijaksana yang tak pernah melakukan kesalahan.”

Secara garis besar rahmat Allah SWT Allah Swt memiliki 2 jenis. Yaitu Rahmat yang bersifat umumum dan rahmat yang bersifat khusus
  1. Rahmat yang bersifat umum ini akan dinikmati semua makhluk-Nya dan tak satupun dari mereka yang tidak mendapatkannya. Rahmat ini meliputi manusia, hewan, teman dan musuh, mukmin dan kafir, orang yang baik dan orang yang buruk. Sebagai contohnya, hujan yang biasa kita saksikan, di manapun tempat mendapati rahmat itu. Selain itu, rezeki-rezeki Allah Swt turun di semua tempat dan semua manusia menikmati karunia ini.

  2. Sedangkan rahmat khusus, hanya ditujukan bagi makhluk dan hamba-hamba-Nya yang saleh dan taat. Pada dasarnya, rahmat khusus Allah Swt bagi orang-orang mukmin seperti halnya pahala yang pantas mereka terima karena iman dan amal saleh mereka. Sementara itu, para pendosa dan orang-orang jahat tidak mendapatkan rahmat tersebut.
Dalam beberapa ayat al-Quran disebutkan bahwa laki-laki dan perempuan saling mencintai karena iman dan selalu memerintahkan perbuatan baik dan melarang perbuatan buruk, kemudian mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mentaati Allah Swt dan nabi-Nya, oleh karenanya, Allah Swt dengan cepat akan memberikan rahmat-Nya, sebab Allah Swt Maha Mampu dan Bijaksana.

Al-Quran dalam berbagai ayat telah menjelaskan bagaimana cara untuk mendapatkan rahmat Allah Swt.

1.     Ayat-ayat al-Quran menyebutkan bahwa perbuatan baik, selalu ingat kepada Allah Swt di manapun tempat, amar makruf dan nahi munkar, mendirikan shalat dan membayar zakat, taat kepada Allah Swt dan nabi-Nya di semua hal dan taubat adalah rahmat khusus Allah Swt. Dalam al-Quran Surat al-Jathia ayat 30, Allah Swt berfirman, “Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, akan dimasukkan oleh Tuhan ke dalam surga- Nya. Balasan itu adalah keberuntungan yang nyata.” Oleh sebab itu, orang yang tidak memperhatikan dosa sosialnya dan tidak membayar zakat serta tidak menghindari dosa yang diperingatkan oleh Nabi Muhammad Saw dan Ahlul Bait as, bahkan tidak mentaati perintah mereka, maka nikmat khusus Allah Swt tidak akan pernah sampai kepadanya.

2.    Mendengarkan bacaan al-Quran dan selalu beristighfar adalah cara lain untuk menarik rahmat Allah Swt. Dalam al-Quran, Surat al-A`raf ayat 204, Allah Swt berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, apabila al-Qur’ân dibacakan kepada kalian, maka simaklah agar kalian dapat merenungi pesan-pesan kebaikan (maw’izhah). Simaklah sepenuh hati agar kalian mendapat rahmat.” Oleh karena itu, amat baik bagi seorang mukmin ketika ayat-ayat al-Quran dibacakan, dia diam dan mendengar dengan cermat bacaan-bacaannya, bahkan mengagendakan waktu untuk membaca al-Quran setiap hari dan beristighfar demi mendapatkan pengampunan dari Allah Swt.

3.   Perbuatan lain manusia yang mengantarkan kepada rahmat khusus Allah Swt adalah perbaikan hubungan di antara saudara seagama dan menyelesaikan perpecahan umat Islam. Lemah lembut kepada masyarakat, sikap baik kepada sesama dan berakhlak mulia serta terpuji adalah tanda hubungan manusia dengan rahmat khusus Allah Swt.Dalam sebuh riwayat, Imam Ali as berkata, jalan yang terbaik untuk mendapat rahmat Allah Swt adalah bersikap baik dan ramah kepada semua orang. Sebenarnya, Imam Ali as menegaskan bahwa sikap ramah ini tidak termasuk kepada orang yang zalim dan kejam.

4.  Faktor lain yang dapat menarik rahmat Allah Swt sebagaimana dijelaskan dalam berbagai riwayat adalah tidak melakukan keburukan di muka bumi, tidak mengghibah orang lain, selalu berupaya berbuat baik, mengenal diri, selalu mengedepankan takwa, taubat dan melangkah ke jalan yang benar.

Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa jika manusia berupaya mendapatkan rahmat khusus Allah Swt dengan cara menghias diri dengan iman dan amal saleh serta akhlak mulia, dia akan memperoleh kebahagiaan dan keberuntungan dunia dan akhirat. Manusia tersebut telah mendapatkan kesempurnaan, di mana pantas untuk bersama para nabi, shadiqin, syuhada dan orang-orang saleh lainnya serta abadi di dalam syurga Allah Swt.
Wallahuaklam

Sabtu, 28 November 2015

Kuliah Maghrib Perdana Dato' Dr Haron Din 28.11.2015 - kewajiban atas pemerintah terkait dengan urusan-urusan umum



Al-Imam al-Mawardi rahimahullah telah mengulasnya dalam kitab Ahkamus Sulthaniyah. Beliau berkata, “Yang menjadi kewajiban atas pemerintah terkait dengan urusan-urusan umum, ada sepuluh kewajiban :

1. Menjaga agama (Islam) dengan dasar-dasarnya yang telah ditetapkan dan yang telah disepakati generasi umat terdahulu yang saleh. Maka, jika bermunculan para pelaku bid’ah, orang-orang yang menyimpang, atau pembawa syubhat, hendaknya dijelaskan dan diterangkan kepadanya tentang kebenaran lalu menuntunnya kepada sesuatu yang harus dijalaninya berupa tugas dan hukuman. Semua itu dilakukan agar agama tetap terjaga dari kesalahan dan umat juga terjaga dari penyimpangan.

2. Memutuskan hukum atas dua belah pihak yang berselisih dan melerai dua belah pihak yang bertikai, sehingga yang zalim tidak lagi bertindak semena-mena dan yang terzalimi tidak lagi merasa lemah.

3. Menjaga regenerasi Islam dan memberikan perlindungan kepada kaum hawa, sehingga semua pihak dapat menjalankan aktivitasnya dan dapat melakukan perjalanan (safar) dengan rasa aman tanpa ada kekhawatiran terhadap keselamatan jiwa ataupun hartanya.

4. Menerapkan/menegakkan hukum, agar larangan-larangan Allah Subhanahu wata’alatidak dilanggar serta hak-hak hamba-Nya pun tidak sirna dan rusak.

5. Menjaga perbatasan wilayah dengan persiapan yang baik dan kekuatan yang mumpuni, sehingga musuh tidak lagi leluasa untuk melakukan hal-hal yang diharamkan atau bahkan melakukan penganiayaan terhadap seorang muslim di wilayah tersebut.

6. Mengumumkan/mengangkat bendera jihad kepada pihak yang menentang Islam setelah didakwahi untuk masuk Islam atau -kalau tidak- untuk masuk dalam kategori kafir dzimmi (kafir yang hidup di negara muslim). Semua itu agar hak-hak AllahSubhanahu wata’ala dapat ditunaikan setelah Allah Subhanahu wata’alamemenangkan agama-Nya di atas agama-agama yang lain.

7. Mengumpulkan fai’dan shadaqah sesuai dengan apa yang telah diwajibkan oleh syariat, baik secara nash maupun melalui ijtihad tanpa menimbulkan rasa takut dan tidak pula menggunakan kekerasan.

8. Mengatur pemberian dan mengambil dari Baitul Mal tanpa berlebihan, lalu menyerahkannya di waktu yang tidak terlalu cepat dan tidak pula terlalu lambat.

9. Memenuhi kebutuhan orang-orang yang dipercaya untuk menjaga harta benda dan menjalankan tugas, agar segala tugas dapat dijalankan dengan baik dan harta benda dapat terjaga dengan baik.

10. Menangani langsung urusan-urusan penting dan selalu memerhatikan situasi dan kondisi, agar tetap bersemangat mengatur umat dan menjaga agama, tidak membiasakan untuk mewakilkan tugas dan kewajiban karena alasan sibuk ataupun alasan ibadah sekalipun. Jika memang ada alasan yang mengharuskan untuk mewakilkan tugasnya, hendaknya hal itu tetap dalam pengawasannya, karena yang dipercaya kadang khianat dan yang baik kadang berbuat curang.

Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

يَا دَاوُودُ إِنَّا جَعَلْنَاكَ خَلِيفَةً فِي الْأَرْضِ فَاحْكُم بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَىٰ فَيُضِلَّكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِ ۚ

“Wahai Dawud, sesungguhnya engkau Kami jadikan khalifah (penguasa) di bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.” (Shad: 26) (Ahkaamas-Sulthaaniyyah)

Kewajiban-kewajiban yang disebutkan di atas jika dikelompokkan akan menyangkut beberapa hal, di antaranya,

  • Keagamaan, seperti menjaga agama dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang berkaitan dengan hal itu; memerhatikan dan memakmurkan masjid-masjid; mempermudah pelaksanaan ibadah haji; mengurusi zakat dan mendistribusikannya kepada pihak yang berhak sesuai aturan syariat; juga membantu para da’i dalam penyebaran dakwah.
  • Keamanan, baik yang bersifat internal seperti memutuskan hokum kepada dua belah pihak yang berselisih dan melerai dua belah pihak yang bertikai, atau keamanan yang bersifat eksternal, seperti menjaga wilayah perbatasan, menyiapkan pasukan yang kuat dan terlatih, dan hal-hal yang terkait.
  • Perekonomian, yaitu dengan menjaga kekayaan kaum muslimin dan mengembangkannya dengan membangun pertanian dan perindustrian atau disesuaikan dengan lingkungan setempatnya, menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai yang menjadi pendukungnya, kemudian menyerahkannya kepada kaum muslimin secara adil sehingga tidak ada pihak yang merasa lebih diuntungkan dan dirugikan. Di samping itu, juga mencegah adanya transaksi-transaksi yang diharamkan serta jual beli yang dilarang.
  • Administrasi, seperti memenuhi kebutuhan orang-orang yang dipercaya menjaga harta kekayaan dan menjalankan sebuah tugas.
  • Politik, yaitu mengatur urusan umat dengan sesuatu yang bermaslahat untuk mereka dan hal-hal yang bersangkutan dengan masalah itu.
  • Sosial Kemasyarakatan, seperti menjaga perilaku/akhlak manusia, menebar kebaikan, dan mencegah kemungkaran.
Demikianlah kewajiban yang ada di pundak pemerintah dan harus diperhatikan dengan saksama. Hendaknya pemerintah memahami dengan baik kedudukannya karena sesungguhnya pemerintahan adalah bagian kenikmatan yang datang dari AllahSubhanahu wata’ala. Siapa yang menunaikan dan menjalankannya dengan baik, maka akan memperoleh kebahagiaan yang tak terhingga. Sebaliknya, siapa yang tidak menjalankannya dengan baik, akan memperoleh kesengsaraan dan kecelakaan.

Siapa yang tidak mengetahui kadar nikmat ini dan justru menyibukkan diri dengan melakukan tindakan zalim serta memperturutkan hawa nafsunya, maka sangat rentan untuk masuk dalam kategori musuh Allah Subhanahu wata’ala.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam menyatakan dalam sabdanya,

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً، يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٍّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Tidak ada satu hamba pun yang Allah Subhanahu wata’ala (beri kesempatan) memimpin rakyat, lalu meninggal dunia dalam keadaan berbuat curang terhadap rakyatnya, melainkan Allah Subhanahu wata’ala haramkan surga baginya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Pemerintah hendaknya bersungguh-sungguh untuk dapat mengambil hati seluruh rakyatnya, membuat rakyatnya rela dan mencintainya dengan menjaga agar selalu sesuai dengan syariat. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ، وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ، وَشِرَارُ أ ئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ، وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونُكُمْ

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka yang kalian mencintainya dan mereka pun mencintai kalian. Kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Adapun sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membencinya dan mereka pun membenci kalian, kalian mencela mereka dan mereka pun mencela kalian.” (HR. Muslim)

Bagaimana kita hendak menjadi hamba yang baik?


Bagaimana kita hendak menjadi hamba yang baik?


Sesungguhnya telah banyak Allah memberi kita nikmat bukan?
Oleh itu,kita mestilah menjadi hamba yang baik
Tetapi,bagaimana hendak menjadi hamba yang baik?

Allah Taala telah memberikan kita garis panduan bagaimana untuk menjadi hamba yang baik melalui Al-quran dan hadis. Nabi Muhammad saw sebagai qudwah hasanah, contoh teladan yang baik buat ummat akhir zaman. Hanya kita sahaja yang masih sambil lewa terhadapnya.

Sahabat-sahabat yang dikasihi , mari kita rajinkan diri sebentar untuk sama-sama membaca, menghayati dan mentadabbur surah Al-Furqan ayat 63-76 :

“Dan hamba-hamba (Allah) Ar-Rahman (yang diredhaiNya), ialah mereka yang berjalan di bumi dengan sopan santun, dan apabila datang kepada mereka orang-orang yang jahil, mereka akan membalas dengan kata-kata yang baik.(63)
Dan mereka (yang diredhai Allah itu ialah) yang tekun mengerjakan ibadat kepada Tuhan mereka pada malam hari dengan sujud dan berdiri.(64)
Dan juga mereka yang berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami, sisihkanlah azab neraka Jahannam dari kami, sesungguhnya azab seksanya itu adalah mengertikan(65)
Sesungguhnya neraka Jahannam itu tempat penetapan dan tempat tinggal yang amat buruk(66)
Dan juga mereka (yang diredhai Allah itu ialah) yang apabila membelanjakan hartanya, tiadalah melampaui batas dan tiada bakhil kedekut; dan (sebaliknya) perbelanjaan mereka adalah betul sederhana di antara kedua-dua cara (boros dan bakhil) itu.(67)
Dan juga mereka yang tidak menyembah sesuatu yang lain bersama-sama Allah, dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah membunuhnya, kecuali dengan jalan yang hak (yang dibenarkan oleh syarak), dan tidak pula berzina; dan sesiapa melakukan yang demikian, akan mendapat balasan dosanya(68)
Akan digandakan baginya azab seksa pada hari kiamat, dan ia pula akan kekal di dalam azab itu dengan menerima kehinaan,(69)
Kecuali orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal yang baik, maka orang-orang itu, Allah akan menggantikan (pada tempat) kejahatan mereka dengan kebaikan; dan adalah Allah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.(70)

Dan sesiapa yang bertaubat serta beramal soleh, maka sesungguhnya (dengan itu) ia bertaubat kepada Tuhannya dengan sebenar-benar taubat(71)
Dan mereka (yang diredhai Allah itu ialah orang-orang) yang tidak menghadiri tempat-tempat melakukan perkara-perkara yang dilarang, dan apabila mereka bertembung dengan sesuatu yang sia-sia, mereka melaluinya dengan cara membersihkan diri daripadanya.(72)
Dan juga mereka (yang diredhai Allah itu ialah orang-orang) yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat keterangan Tuhan mereka, tidaklah mereka tunduk mendengarnya secara orang-orang yang pekak dan buta.(73)
Dan juga mereka (yang diredhai Allah itu ialah orang-orang) yang berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami, berilah kami beroleh dari isteri-isteri dan zuriat keturunan kami: perkara-perkara yang menyukakan hati melihatnya, dan jadikanlah kami imam ikutan bagi orang-orang yang (mahu) bertaqwa.(74)
Mereka itu semuanya akan dibalas dengan mendapat tempat yang tinggi di Syurga disebabkan kesabaran mereka, dan mereka pula akan menerima penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya,(75)
Mereka kekal di dalam Syurga itu; amatlah eloknya Syurga menjadi tempat penetapan dan tempat tinggal.(76)”

Surah Al-Furqan ayat 63-76
Mulai saat ini,berazamlah kita bahawa kita akan menjadi hamba yang baik dan mensyukuri nikmat nikmat dari Ilahi.

p/s : Mampukah kita seandainya Allah meminta ganti bagi segala nikmat yang telah Dia beri? Jika kita tak mampu jadilah hamba yang baik, beriman dan bertaqwa. Jika kita tidak mampu sekalipun menunaikan dan menjaga solat fardhu, maka persilakan untuk keluar dari bumi. Anda boleh cipta bumi anda yang lain.

Rabu, 25 November 2015

Orang-orang Kafir adalah “Penghuni neraka”, dan mereka telah mendapatkan kemarahan dan kutukan Allah Swt.


Setiap orang Muslim berkewajiban untuk wasapada, dan mempelajari tentang plot dan trik-trik musuhnya. Allah Swt. befirman dalam Al-Qur’an

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Al Fathir, 35: 6)

Ayat ini dengan jelas menginformasikan kepada kita siapa musuh kita, dia adalah: Syaitan. Allah Swt. dengan tegas memerintahkan kita untuk menjadikan musuh kita sebagai musuh – tidak berteman atau pun bersekutu. Konsekuensinya, tidak diperbolehkan bagi seorang yang beriman untuk mempunyai rasa simpatik, cinta, kasih sayang, haru atau respek pada musuh-musuhnya. Allah Swt berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu.” (QS Al Mumtahanah, 60: 1)

Sebagaimana telah diindikasikan pada ayat di atas bahwa Musuh-musuh Allah adalah musuh-musuh kita. Selanjutnya, seorang beriman hanya dibolehkan untuk mencintai orang-orang yang Allah Swt. cintai, dan membenci orang-orang yang Allah Swt. benci. Sebagai contoh, jika Allah Swt. mengutuk sebuah bangsa atau masyarakat, tidak dibolehkan bagi seorang beriman untuk menuruti atau bersekutu dengan mereka (seperti dengan bergabung dengan polisi mereka).

Lebih lanjut, Syaitan (musuh Allah) bisa dalam dua bentuk yang berbeda. Dia bisa berbentuk jin dan juga manusia (QS An Naas, 114:6). Pada saat Syaitan dalam bentuk jin sangat sulit bagi seseorang untuk melawannya, kecuali tentu saja dia adalah seorang beriman yang benar dan seorang Muwahid. Namun, pada saat dia berbentuk manusia (yaitu Kuffar) itu lebih mudah untuk mengenalinya dan mempertahankan dirinya dari serangan Syaitan. Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS An Nisaa’, 4: 101)
Berdasarakan ayat di atas, mengambil orang-orang Kafir sebagai musuh adalah kondisi/syarat untuk menjadi seorang Muslim. Ini karena mereka benar-benar menghina Allah Swt. dan selanjutnya, kita harus menghinakan mereka juga – walau pun jika itu terlarang untuk melakukannya. Allah Swt berfirman:
“…sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.”
(QS Ali Imran, 3: 32)

Pada saat ini, jika seseorang bertanya, “maukah kamu mengambil Syaitan sebagai teman mu, memberikan suara untuk mereka atau bergabung dengan polisinya?” Dia seharusnya dengan pasti berkata “tidak.” Namun jika seseorang ditanya dengan pertanyaan yang sama tetapi kata Syaitan diganti dengan “Kaafir”, dia mungkin akan menjawab, “Ya tentu saja! Itu adalah kewajiban bagi kita untuk melakukannya”, bahkan pernyataan ini adalah Kufur dan tidak ada perbedaan yang mutlak antara Syaitan dan Kaafir.

Demikian juga, banyak orang yang percaya bahwa merupakan perbuatan murtad untuk menjadi Mufti dari Syaitan. Tetapi pada saat kata Syaitan diganti dengan Thaghut, bisa saja dibolehkan – walau pun Thaghut adalah kata lain dari Syaitan. Semoga Allah Swt. melindungi orang-orang beriman dari sifat nifaq.

Selanjutnya dalam Islam tidak ada konsep “mencintai musuh mu” (sebagaimana telah diindikasikan pada ayat di atas Al Fatir, 35: 6), selanjutnya, cinta kita pada satu dengan yang lainnya adalah berdasarkan Imaan – bukan pada darah, ras, atau nasionalisme. Selanjutnya tidak dibolehkan bahkan untuk bersekutu dengan saudaranya atau ayah-nya jika itu berdasarkan kebatilan atau lebih menyukai Kufur di atas Iman. Allah Swt. berfirman:

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapa-bapa dan saudara-saudara mu menjadi wali(mu), jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa di antara kamu yang menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS At Taubah, 9: 23)
Konsekuensi mengambil Syaitan sebagai sekutu atau teman adalah hukuman yang keras sekali dalam Islam. Faktanya dalam kesepakatan Syari’ah itu adalah perbuatan Riddah (murtad), dan inilah mengapa Rasulullah Saw. dan para Shahabatnya sangat tidak menyukai bersepakat dengan orang-orang yang bersekutu dengan Musyrikin.

Selanjutnya, hanya karena orang kafir adalah musuh kita itu tidak berarti bahwa serta merta kita harus membunuh mereka. Ketika Allah Swt. mengabarkan orang Kaafir sebagai musuh-Nya dan kita, itu dengan tujuan untuk memperingati kita agar tidak mengikuti mereka, meniru atau mendukung mereka.

Orang-orang Kafir adalah “Penghuni neraka”, dan mereka telah mendapatkan kemarahan dan kutukan Allah Swt.; selanjutnya ini adalah sebab mengapa kita meminta kepada Allah 17 kali sehari (ketika membaca Al-Fatihah) tidak menjadikan kita seperti mereka.


Pada abad 21 tentara salib memerangi Islam dan Muslimin, musuh-musuh Allah sekarang berusaha untuk memaksa orang-orang beriman untuk mencintai mereka dan ideologi jahat mereka dengan membuat legislasi baru yang akan mencegah Muslim untuk memenuhi kewajiban mereka dan “menghasut agama kebencian”. Selanjutya mereka juga ingin untuk menghentikan memuji Muslim atau “memuliakan” individu yang telah memberikan musuh perlawanan. Ini karena – disamping orang pandai teknologi mereka dan kekayaan – mereka mempunyai kegagalan yang sangat buruk untuk mengalahkan dengan kekuatan atau orang-orang yang mempunyai tidak lain hanyalah Allah sebagai Maula (pendukung) mereka.

Jika seorang Muslim tidak lagi bisa memenuhi kewajibannya dari al-Wala wal Baraa’ dia harus hijrah di negeri di mana dia bisa melakukannnya.

Pada saat ini, dengan sempurna Yahudi dan Nasrani mengejek Islam, Rasulullah Saw. dan Mujahidin, tetapi terlarang bagi Muslim untuk mengejek ideologi jahat mereka dari orang-orang Kafir dan tentaranya. Selanjutnya, seseorang dipuji dan dikagumi karena memanggil tentara-tentara Kuffar “pahlawan”, tetapi mengutuk dan menuduh untuk “memuja terorisme” jika dia memuji tentara-tentara Allah ; disamping fakta bahwa tentara-tentara Kuffar dan orang-orang beriman keduanya melakukan aksi terror, menghancurkan gedung-gedung dan membunuh “rakyat sipil”.

Wallahu’alam bis showab!

Isnin, 23 November 2015

Manhaj Wasatiyah Ahli Sunnah Terhadap Syiah



 Ternyata, ramainya isu anti wahabi dalam beberapa tahun terakhir adalah ulah Syi’ah. Perselisihan antara Salafi Wahabi dengan kelompok Aswaja merupakan propaganda Syi’ah untuk memecah-belah keluarga besar Ahlus sunnah di Indonesia.

Keterangan ini disampaikan Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI Pusat, Fahmi Salim Zubair, M.A. dalam acara bedah buku MUI “Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syi’ah di Indonesia” di masjid An-Nuur, Mahogany Residence, Cibubur, Ahad (06/04/14) pagi.

Salah satu tim penulis buku MUI ini menghimbau kepada umat Islam pengikut ajaran Nabi SAW, baik itu salafi, Muhammadiyah, Aswaja dan lainnya agar bersatu serta meninggalkan perselisihan dalam masalah furu’iyyah.

“Yang penting kita satu koridor, Ahlussunnah wal Jama’ah,” tegasnya.

Ustadz Fahmi yang juga menjabat sebagai wakil Sekjen Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) menilai, pihak yang paling diuntungkan dari konflik dan perselisihan antar sesama Ahlus sunnah wal Jama’ah adalah Syi’ah.

“Yang paling mendapat keuntungan dari perselisihan antara Salafy-Wahabi dan Aswaja adalah Syi’ah,” tuturnya.

Sementara dr. Haidar Bawazier yang juga didaulat menjadi narasumber dalam acara tersebut menjelaskan, walaupun Aswaja dan Salafi berselisih, tapi rujukan mereka satu, Al-Qur’an dan Hadits. Perbedaan-perbedaan dalam masalah furu’iyyah bisa didudukkan oleh orang-orang alim diantara mereka, bukan bawahan-bawahannya. Sedangkan perselisihan dengan Syi’ah adalah perselisahan yang tidak akan pernah bersatu. Ajakan ukhuwah Islamiah mereka (syiah) hanya akan merugikan Ahlus sunnah wal Jama’ah. [PurWD/umam/voa-islam.com] Ahad, 6 Jumadil Akhir 1435 H / 6 April 2014 21:46 wib

(nahimunkar.com)

Ahad, 22 November 2015

[20112015] Syeikh Nuruddin - Soal Jawab@Masjid AlKhairiyyah,Taman Sri Gombak



TAZKIRAH TAMBAHAN

AKIBAT MENINGGALKAN ULAMA' DAN FUQOHA'

Dalam sebuah hadits, Rasulullah pernah menyampaikan tentang salah satu kejadian yang kelak akan terjadi pada ummat Islam. Hal ini terkait dengan kondisi dimana ummat berusaha menjauhkan diri dari Ulama’, beliau bersabda:

"Akan datang suatu masa atas ummatku, dimana mereka menjauhi para ‘Ulama’ dan Ahli Fiqih, maka Allah akan menimpakkan tiga macam bencana pada mereka. Yang pertama, Allah akan mengangkat berkah dari usaha-usaha mereka. kedua, Allah akan memberikan penguasa begi mereka penguasa-peguasa yang zalim. Ketiga, mereka akan keluar dari dunia ini tanpa membawa iman.

Dengan memperhatikan keadaan pada zaman kita ini, dimana sudah banyak ummat Islam yang enggan menuntut ilmu agama, tidak mau masuk ke Pondok atau sekolah agama untuk belajar ilmu agama dari para ‘Ulama’ dan mengkaji hukum-hukum Islam dari para ahli fikih, bahkan orang tua yang memiliki putra dan putri memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka dalam memilih pendidikan mereka tanpa ada usaha atau kemahuan untuk mengarahkan mereka agar memperdalam mempelajari ilmu agama di Pondok atau sekolah agama, lebih dari itu anak-anak mereka yang memang sudah belajar di Pondok mereka tarik kembali untuk kemudian disekolahkan di sekolah-sekolah umum, ini menunjukkan bahwa masa yang disampaikan oleh Rasulullah dalam sabda Beliau tersebut sedang terjadi dan itu di masa kita ini.

Dalam hadis tersebut dinyatakan bahwa akan datang suatu masa dimana ummat Islam akan menjauhi ulama’. Artinya ummat Islam akan senantiasa menjauhkan diri mereka dari ulama’, menghindar dari ulama’, bahkan kalau kita melihat dimasa sekarang ini, bukan saja ummat Islam menjauhkan diri dan lari dari para ulama’ dan ahlli fikih, namun lebih dari itu mereka juga menentang dan memusuhi Ulama’.

Allah akan menimpakkan tiga macam bencana ketika Ummat telah berlaku yang demikian. Yang pertama adalah Allah akan mengangkat keberkatan dari apapun yang mereka usahakan. Jika Allah telah mengangkat keberkatan dari apa yang diusahakan, maka tentu sekali apapun yang dihasilkan dari usaha tersebut, seberapa besarpun keuntungan dan hasil dari usaha tersebut tidak akan mendapatkan keberkatan dari Allah, kebiasaan akan mendatangkan kemudaratan dan kesengsaraan baik hidup di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.

Kemudian yang kedua, ketika Ummat telah menjauhi para Ulama’ dan ahli Fikih, maka Allah akan memberikan penguasa kepada mereka penguasa-penguasa yang zalim. Hal ini bisa kita lihat di zaman kita sekarang ini, dimana banyak para pemimpin di negeri-negeri Muslim yang tidak amanah para rakyat yang dipimpinnya, bukan mengayomi masyarakat, bukannya melayani masyarakat, tapi bahkan menganiaya dan menzalimi masyarakat. Dengan pemimpin-pemimpin yang tidak amanah seperti itu maka kesengsaraan demi kesengsaraanlah yang akan diterima oleh rakyat. Kita bisa mengambil contoh di Negara kita. Malaysia merupakan Negara yang kaya akan kekayaan alamnya, namun kemanakankah hasil-hasil dari kekayaan alam tersebut sehingga kita bisa melihat banyak orang yang kelaparan, berleluasa jenayah, keciciran dari persekolah karena mahalnya biaya pendidikan, bahkan di Negara yang kaya raya ini, kita masih mendengar ada rakyat yang mati karena berebut zakat. Padahal Rasulullah SAW telah menyampaikan:

"Tiap-tiap kalian adalah pemimpin, dan tiap-tiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Tiap-tiap amir (Imam) adalah Pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya”

Namun ketika hal ini terjadi, ini akibat dari Ummat yang menjauhi Ulama dan Ahli Fikih dan tidak mau belajar ilmu agama kepada mereka sehingga Allah menurunkan bencana yang seperti itu.

Yang paling dahsyat bencana yang akan diberikan Allah adalah, mereka akan keluar dari dunia (mati) dalam keadaan membawa iman. Jadi ketika ulama’ dan ahli fikih telah dijauhi oleh ummat, maka dihawatirkan kematian yang tanpa membawa iman, sehingga semua amal yang telah dilakukan selama hidup di dunia menjadi sia-sia hanya karena menjauhkan diri dari Ulama’ dan ahli Fikih.

Kita berdo’a kepada Allah, semoga Allah melindungi kita dari perbuatan demikian dan selalu mengeratkan hubungan baik kita dengan Ulama’ dan Ahli Fikih. Amin Ya Mujibas Sa-ilin.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan semoga ada manfaatnya, terima kasih atas segala perhatian dan mohon maaf atas kekurangan.

Khamis, 19 November 2015

USTAZ AHMAD DUSUKI: Induk Pensucian Diri (IPD) [191115]


Distrim langsung pada 19 Nov 2015
Kuliah Oleh Ustaz Ahmad Dusuki,
Kitab Induk Pensucian Diri,

Masjid Negeri Shah Alam.

Rabu, 18 November 2015

[Rakaman][171115][BM14] Pakatan Pinggan Mangkuk - Ust Shamsuri Hj Ahmad



Distrim langsung pada 17 Nov 2015

Antara yang menarik
~ Dimana kubur Saidina Ali.. tak ada orang tau..
~ Penyakit yang menghancurkan orang Islam.. Berlebihan dalam memihak..

Selasa, 17 November 2015

Pengharaman Kezaliman Ke atas Allah dan Hamba-hamba Allah


Daripada Abu Zar al-Ghifaari r.a, daripada Rasulullah s.a.w berdasarkan apa yang diriwayatkannya daripada Tuhannya yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi bahawasanya Ia berfirman :

"Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya Aku mengharamkan ke atas diri-Ku kezaliman dan Aku menjadikan ia dikalangan kamu sebagai perkara yang diharamkan, maka janganlah kamu saling zalim menzalimi di antara satu sama lain.

Wahai hamba-hamba-Ku! Setiap kamu adalah sesat melainkan sesiapa yang Aku berikan kepadanya petunjuk, maka mintalah petunjuk daripada-Ku nescaya akan-Ku berikan petunjuk kepadamu. Wahai hamba-hamba-Ku setiap kamu adalah lapar melainkan sesiapa yang Aku memberikan kepadanya makan, maka mintalah makanan daripada-Ku nescaya akan Ku berikan makanan kepadamu.

Wahai hamba-hamba-Ku ! Setiap kamu adalah bertelanjang kecuali sesiapa yang Aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian daripada-Ku nescaya akan Ku berikan pakaian kepadamu. Wahai hamba-hamba-KU ! Sesungguhnya kamu melakukan kesalahan di waktu siang dan malam, dan aku mengampuni segala dosa, maka mintalah keampunan daripada-Ku, nescaya akan Ku berikan keampunan kepadamu.

Wahai hamba-hamba-Ku ! Sesungguhnya kamu tidak akan mampu untuk mendatangkan kemudaratan yang boleh menyakiti-Ku. Dan kamu tidak mampu mendatangkan faedah yang boleh memberikan manfaat kepada-Ku. Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya, kalau semua manusia; yang terdahulu dan yang terkemudian daripada kamu, dari kalangan manusia atau jin, kesemua mereka keadaannya sama dengan hati seorang lelaki yang paling bertaqwa di kalangan kamu, kerajaan-Ku tidak akan bertambah sedikit pun disebabkan perkara tersebut.

Wahai hamba-hamba-Ku ! kiranya semua manusia; yang terdahulu dan yang terkemudian daripada kamu, dari kalangan manusia atau jin, kesemua mereka keadaannya sama dengan hati seorang lelaki yang paling jahat daripada kamu, kerajaan-Ku tidak akan berkurangan sedikitpun disebabkan perkara tersebut.

Wahai hamba-hamba-Ku ! Kiranya semua manusia; yang terdahulu dan yang terkemudian daripada kamu, daripada kalangan manusia dan jin berada pada satu tempat, mereka meminta kepada-Ku, lalu Aku berikan kepada setiap orang akan permintaannya, maka perkara tersebut tidak akan mengurangkan apa yang ada pada-Ku melainkan sepertimana berkurangnya air lautan apabila dimasukkan sebatang jarum kemudian dikeluarkan daripadanya.

Wahai hamba-hamba-Ku! Sesungguhnya ia adalah amalan-amalan kamu yang Aku hitungkan untukmu, kemudian Aku sempurnakan balasan kamu disebabkan amalan-amalan kamu. Maka sesiapa yang mendapat kebaikan maka hendaklah dia memuji Allah dan sesiapa mendapat selain daripada itu, maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri."

[ Hadis riwayat Imam Muslim ]

Kandungan Hadis

Pengharaman kezaliman ke atas Allah

Lafaz hadis ini "Aku mengharamkan kezaliman ke atas diri-Ku" jelas menyatakan bahawa Allah melarang dirinya daripada melakukan kezaliman terhadap hamba-hambanya.
Firman Allah:
"KeputusanKu itu tidak dapat diubah atau ditukar ganti, dan Aku tidak sekali-kali berlaku zalim kepada hambaKu"
(Qaf:29)

Firmannya lagi:
Sesungguhnya Allah tidak menganiaya manusia sedikitpun, akan tetapi manusia jualah yang menganiaya diri mereka sendiri.
(Yunus:44)

Firmannya lagi:
Sesungguhnya Allah tidak sekali-kali menganiaya (seseorang) sekalipun seberat zarah (debu). Dan kalaulah (amal yang seberat zarrah) itu amal kebajikan, nescaya akan menggandakannya dan akan memberi, dari sisiNya, pahala yang amat besar.
(an-Nisa:40)

Pengharaman kezaliman ke atas hamba-hamba.

Allah mengharamkan dirinya daripada berlaku zalim ke atas hamba-hamba-Nya dan melarang mereka daripada menzalimi sesama manusia.Dengan itu Dia mengharamkan setiap manusia daripada menzalimi orang lain.Berlaku zalim itu adlah haram secara mutlak,dan ia terbahagi kepada dua jenis:

a) Menzalimi diri sendiri dan yang paling besar ialah menyekutukan Allah dengan sesuatu.Firman Allah:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, semasa ia memberi nasihat kepadanya: " Wahai anak kesayanganku, janganlah engkau mempersekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kezaliman yang besar."
(Luqman:13)

Ini adalah kerana seseorang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu dia telah menjadikan kedudukan mahkluk sama dengan kedudukan Pencipta dan menyamakan hamba dengan Allah.Maha Suci Allah daripada sekutu.

Kezaliman seterusnya ialah maksiat-maksiat dan dosa kecil dan besar.Sesungguhnya di situ terdapat kezaliman terhadap diri sendiri kerana dia menempah azab serta kebinasaan di dunia dan di akhirat.

b) Kezaliman manusia terhadap orang lain.Sesungguhnya hadis-hadis Rasulullah s.a.w berulangkali mengungkapkan pengharamannya serta ancaman supaya tidak melakukannya. Di dalam kitab Bukhari dan Muslim daripada Abdullah bin Omar r.a, daripada Rasulullah s.a.w baginda bersabda:

“Sesungguhnya kezaliman itu merupakan kegelapan di hari akhirat”
Di dalam kitab Bukhari dan Muslim juga diriwayatkan daripada Abu Musa al-Asy’ari,daripada Rasulullah s.a.w baginda bersabda:

“Sesungguhnya Allah menangguhkan(azab) bagi orang yang zalim,tetapi apabila Dia menyeksanya,maka dia tidak akan melepaskannya.Kemudian baginda membaca firman Allah yang bermaksud;”Dan demikianlah azab Tuhanmu,apabila ia menimpa (penduduk) negeri-negeri yang berlaku zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu tidak terperi sakitnya,lagi amat keras serangannya.”(Huud:102)

Menegakkan keadilan serta mengharamkan kezaliman merupakan tujuan dan matlamat Islam yang terpenting.Keadilan merupakan asas pembinaan mahligai mana-mana kerajaan atau tamadun manakala kezaliman merupakan sebab kejatuhan umat dan tamadun. Kebahagiaan dalam hidup juga hilang dan menjadi sebab mendapat kemurkaan Allah.

Keperluan kepada Allah

Mahkluk semuanya berhajat kepada Allah untuk mendapat segala kebaikan dan menolak segala kemudaratan di dunia dan di akhirat.Mereka sangat berhajat kepada hidayah Allah dan rezeki-Nya di dunia dan mereka amat berhajat kepada rahmat Allah serta pengampunan-Nya di akhirat nanti.Seorang muslim menghampirkan diri kepada Allah dengan menzahirkan keberhajatannya kepada Allah. Ubudiahnya yang sebenar terpapar jelas pada salah satu daripada tiga bentuk:

a) Dengan meminta atau memohon.Allah suka manusia menzahirkan hajatnya kepada-Nya dan meminta segala kepentingan agama dan duniawi mereka yang berupa makanan,minuman dan pakaian daripada-Nya sebagaimana mereka meminta daripada-Nya hidayah dan keampunan.Terdapat dalam sebuah hadis, Rasulullah s.a.w bersabda:

“Hendaklah setiap kamu meminta semua hajatnya kepada Tuhannya sehinggakan tali sepatunya apabila terputus.”

b) Dengan meminta hidayah.

c) Dengan kepatuhan yang sempurna,iaitu dengan menjauhkan diri daripada segala perkara yang ditegah oleh Allah dan melakukan segala suruhan-Nya.

sumber:Syarah Hadis 40 Imam Nawawi



Jumaat, 13 November 2015

'Dunia Di Tangan Dihati Jangan': Dr Izhar Ariff, Dr Abdullah Khairi, Ust Syed - Masjid Sg Ramal Luar



Forum Perdana: " Dunia Di Tangan Di Hati Jangan " (Rakaman Tertunda)

https://www.youtube.com/watch?v=IAgcdmTgomE

Panel 1: Ustaz Dr. Mohd Izhar Ariff Mohd Kashim (Pensyarah Kanan UKM)...
Panel 2: Ustaz Dr. Ir. Abdullah Khairi Haji Haron (PAKSY)
Moderator: Ustaz Syed Mohd Norhisyam Al-Idrus (Pendakwah)


Pada: 11 November 2015 / 1 Safar 1437H (Rabu) 7.45pm

Tempat: Masjid Sungai Ramal Luar, Kajang, Selangor

Dipersembahkan oleh: Kuliah Lembah Klang

Jumaat, 6 November 2015

Kenapa ziarah maqam Awliya (Para Wali Allah) ? sedangkan mereka tiada memberi kuasa apa-apa dan tempat meminta hanya pada Allah…!!!



Ada seorang yang berpaham Wahabi bertanya kepada al-Habib Umar bin Hafidz.

“Kenapa ziarah maqam Awliya (Para Wali Allah) ? sedangkan mereka tiada memberi kuasa apa-apa dan tempat meminta hanya pada Allah…!!!”

Al-Habib Umar bin Hafidz lantas menjawab:

“Benar wahai saudaraku, aku juga sama pegangan denganmu bahwa mereka tiada mempunyai kekuasaan apa-apa. Tetapi sedikit perbedaan aku dengan dirimu, karena aku lebih senang menziarahi mereka karena bagiku mereka tetap hidup dalam membangkitkan jiwa yang mati ini kepada cinta Tuhan.

Tapi aku juga heran, kenapa engkau tiada melarang aku menziarahi ahli dunia, mereka juga tiada kuasa apa-apa. Malah mematikan hati. Yang hidupnya mereka bagiku seperti mayat yang berjalan. Kediaman mereka adalah pusara yang tiada membangkitkan jiwa pada cinta Tuhan.

Kematian dan kehidupan di sisi Allah adalah jiwa. Banyak mereka yang dilihat hidup tapi sebenarnya mati, banyak mereka yang dilihat mati tapi sebenarnya hidup, banyak yang menziarahi pusara terdiri dari orang yang mati sedangkan dalam pusara itulah orang yang hidup.

Aku lebih senang menziarahi maqam kekasih Allah dan para syuhada walaupun hanya pusara, tetapi ia mengingatkan aku akan kematian, kerena ia mengingatkan aku bahwa hidup adalah perjuangan, karena aku dapat melihat jiwa mereka ada kuasa cinta yang hebat sehingga mereka dicintai oleh Tuhannya lantaran kebenarannya cinta.

Wahai saudaraku, aku ziarah maqam Awliya, karena pada maqam mereka ada cinta, lantaran Cinta Allah pada mereka seluruh tempat persemadian mereka dicintai Allah. Cinta tiada mengalami kematian, ia tetap hidup dan terus hidup dan akan melimpah kepada para pencintanya.

Aku berziarah karena sebuah cinta mengambil semangat mereka agar aku dapat mengikut mereka dalam mujahadahku mengangkat tangan di sisi maqam mereka bukan meminta kuasa dari mereka, akan tapi memohon kepada Allah agar aku juga dicintai Allah, sebagaimana mereka dicintai Allah.”

سوراتي ﻣﺨﺘﺎﺭ

Rabu, 4 November 2015

RAKAMAN PENUH DIALOG RAKYAT BERSAMA PAS



PROGRAM DIALOG RAKYAT BERSAMA PAS
- 31 OKTOBER 2015 - HOTEL TANJUNG VISTA, KUALA TERENGGANU

Isnin, 2 November 2015

ANCAMAN YANG TIDAK LAGI BOLEH DIPANDANG RINGAN




ANCAMAN YANG TIDAK LAGI BOLEH DIPANDANG RINGAN
Masyarakat Arab memang sudah terbiasa dengan pertumpahan darah, khususnya kesan peperangan saudara. Permusuhan yang membawa kepada pembunuhan antara puak Syiah dan Sunni juga sudah menjadi lumrah bagi mereka.
Namun begitu, pergolakan ganas ini mungkin kurang diambil berat oleh masyarakat kita, khususnya yang kurang menjenguk berita dan pergolakan di luar negara.
Gambar hiasan adalah merujuk kepada salah satu dari beberapa siri perkongsian tentang ajaran Syiah. Ia telah dibaca sekitar 5 juta, lebih 24,000 share, lebih 6,000 Like dan 5,500 komen sejak beberapa hari lalu.




Apa yang membimbangkan kita ialah kaedah kobaran semangat mereka yang luar biasa sehingga berjaya 'menghilangkan' akal waras masyarakat kita. Telitilah semua bukti yang disertakan. Selain dari berjaya merasuk minda sehingga sanggup mencederakan diri sendiri, pengikut mereka juga sanggup makan tahi...
Apabila komen-komen seperti di 'print screen' ini mula meledak, kami lihat ia seperti satu 'red flag' bagi kita semua. Seperti ada yang tidak kena apabila ada yang sanggup mengeluarkan kenyataan terbuka seperti itu.
Banyak juga dari ribuan komen itu yang menceritakan keberadaan jemaah Syiah ini di kampong mereka. Mereka ada masjid sendiri dan bebas melakukan ibadah ritual mereka yang jelas jauh berbeda dengan 'ritual biasa'.
Ironinya, banyak pula gerakan sesat seperti ini telah berjaya merasuk kakitangan kerajaan, termasuklah dari kalangan anggota penguatkuasa.
Kita harap dan kita rayu agar pihak penguatkuasa lebih peka dengan perkembangan ini dan mengambil tindakan 'pasti' sebelum segalanya terlambat.
Kami yakin ini bukan lagi perkara remeh bahkan boleh menggugat keselamatan anak cucu kita jika tidak ditangani dengan kadar segera.
Innalillahiwainnailaihirojiun.
WARGA PRIHATIN

Kalau sudah menjunjung iblis sebegini adakah mereka Islam?



ASTAGHFIRULLAH...Hanya orang yang tidak berakal dan yang malas berfikir sahaja yang akan sanggup jadi pengikut Syiah.Semuga mereka mendapat hidayah untuk segera kembali ke pangkal jalan.Kredit buat siapa sahaja yang menyunting video ini. Semuga usaha murni anda diberkati.WARGA PRIHATIN
Posted by Warga Prihatin on 21hb Oktober 2015


'' Ulama Syi'ah : '' Orang - orang kafir lebih baik daripada Abu Bakar & UmarAnjing ariel sharon lebih baik dari Abu Bakar&Umar ''.
Posted by Syi'ah Adalah KAFIR on 6hb April 2015

'' Ulama Syi'ah : '' Orang - orang kafir lebih baik daripada Abu Bakar & Umar Anjing ariel sharon lebih baik dari Abu Bakar&Umar ''.